Mengenal Sifilis: Gejala, Penyebab, dan Cara Pencegahannya
Ditinjau secara medis oleh dr. Fiona Amelia, MPH Medical Writer Ditulis oleh dr. Fiona Amelia, MPH · Tanggal diperbarui 15/11/2022 Apa Itu Sifilis? Sifilis…
Selengkapnya
Detail: https://bocahindonesia.com/dokter-fertilitas-terbaik-di-jakarta/dr-fiona-amelia/
Bio: Setelah lulus dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, dokter Fiona melayani sebagai dokter Pegawai Tidak Tetap (PTT) dari Kementerian Kesehatan RI di salah satu desa terpencil di Kabupaten Luwuk-Banggai, Sulawesi Tengah. Pengalaman ini membawanya untuk melanjutkan S2 dalam bidang International Health di Universitas Gadjah Mada 2010, Yogyakarta.
Sebagai salah satu prosedur diagnostik kelainan organ kandungan, sonohisterografi atau SIS mampu menampilkan kelainan dinding rahim yang lebih superior dibandingkan dengan pemeriksaan lain yang lebih rutin dilakukan. Hasilnya akurat sebab kelainan yang ada di dinding rahim mampu dibedakan dengan baik dengan kelainan di lapisan rahim lainnya. SIS juga memiliki kelebihan tambahan, yakni dapat menilai patensi tuba di saat bersamaan dengan cukup presisi.
Dalam kasus infertilitas, histerosalpingografi (HSG) lebih dipilih. Kemampuannya untuk memvisualisaikan seluruh saluran tuba falopii membuatnya lebih unggul ketimbang SIS. Namun, SIS lebih baik dalam mendiagnosis kasus perdarahan rahim yang tidak normal dan dapat digunakan sebagai alat skrining sebelum dilakukan MRI panggul.
Salah satu kelemahan SIS adalah prosedurnya agak menimbulkan nyeri dan dapat menyebabkan infeksi bila prosedur asepsis tidak memadai.
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Ut elit tellus, luctus nec ullamcorper mattis, pulvinar dapibus leo.
Bisa disimpulkan bahwa bila mempertimbangkan biaya yang dikeluarkan dan akurasi pemeriksaan, SIS merupakan salah satu prosedur diagnostik yang unggul. SIS juga mudah dilakukan, tidak memakan waktu, dan dapat diterapkan pada berbagai kasus ginekologi yang sering ditemukan.
Jika Anda belum hamil setelah satu tahun usia pernikahan, kami menyarankan Anda untuk melakukan pemeriksaan kesuburan dengan spesialis fertilitas kami.
Buat janji konsultasi dengan menghubungi kami di (021) 50200800 atau chat melalui Whatsapp melalui tombol di bawah.
Sel telur (ovum) adalah sel gamet wanita yang bersifat haploid dan mengandung 23 kromosom. Fungsinya adalah menyediakan setengah materi genetik dalam proses fertilisasi, serta mendukung perkembangan embrio melalui sitoplasma dan organel penting seperti mitokondria.
Sel telur adalah sel kelamin perempuan yang bertanggungjawab dalam proses reproduksi wanita. Sel ini, yang dibentuk melalui proses oogenesis, memiliki potensi untuk berkembang menjadi organisme baru ketika bersatu dengan sel sperma.
Sel telur bersifat haploid, yakni mengandung setengah jumlah kromosom yang ditemukan dalam sel induk.
Sel telur atau bahasa medisnya ‘ovum’, terdiri dari tiga lapisan utama, yakni:
Bagian dalam sel telur terdiri dari sitoplasma dan nukleus atau inti. Sitoplasma adalah substansi seperti gel yang “memegang” semua struktur internal sel, yang disebut organel. Semua aktivitas penting sel, yang menjaganya tetap hidup dan berfungsi normal, berlangsung di dalam sitoplasma. Di dalam sitoplasma terdapat mitokondria, yakni organel terpenting yang memasok sebagian besar energi untuk sel.
Nukleus adalah “jantung” dari sel telur. Di dalam organ inilah terkandung materi genetik (DNA) yang sangat penting untuk perkembangan embrio. Sebuah sel telur, seperti juga sel sperma, mengandung separuh jumlah kromosom sel normal, yakni 23 kromosom. Setelah sel telur dan sperma bersatu melalui pembuahan, embrio yang dihasilkan akan memiliki total 46 kromosom normal.
Sel telur adalah salah satu sel terbesar di dalam tubuh manusia, sedangkan sel sperma seringkali menjadi yang terkecil. Sel telur manusia memiliki diameter antara 0,13-0,2 mm, membuatnya bisa terlihat secara kasat mata. Sebaliknya, sel sperma berukuran 3-4 kali lebih kecil daripada sel telur, yakni sekitar 0,05-0,06 mm panjangnya, dan 0,005 mm lebar kepalanya.
Sel telur berkembang dari sel-sel kecil di dalam ovarium, melalui berbagai tahap perkembangan, yang disebut dengan oogenesis. Setiap bulannya, masing-masing ovarium akan bergiliran melepaskan sel telur. Namun, bila salah satu ovarium tidak ada atau tidak berfungsi maka ovarium yang sehat akan terus menyediakan sel telur untuk dilepaskan.
Baca juga: Folikel – Fungsinya Pada Sistem Reproduksi Wanita
Proses oogenesis ini tidak bisa dilepaskan dari folikulegenesis, yakni proses di mana sel telur menjadi matur dan siap dibuahi. Di awal setiap siklus menstruasi, sebanyak 10-20 folikel primer mulai berkembang. Perkembangan folikel ini dipengaruhi oleh follicle-stimulating hormone (FSH), yang dikeluarkan ke dalam darah oleh kelenjar pituitari otak. Pada hari ke-9 siklus menstruasi, hanya satu folikel yang nantinya akan terus berkembang dan melepaskan sel telur. Sisanya, akan mengalami degenerasi. Setelah sel telur matur, kurang lebih di hari ke-14, terjadi lonjakan luteinizing hormone (LH). Lonjakan hormon ini akan memicu folikel yang telah matang untuk melepaskan sel telur matur dalam 24-36 jam kemudian. Inilah yang dikenal dengan sebutan ovulasi. Selanjutnya, sel telur yang mengalami ovulasi akan bergerak ke arah saluran tuba falopii dan siap dibuahi oleh sel sperma.
Baca juga: Fakta Mengenai Sel Telur dan Efeknya pada Kehamilan
Seiring bertambahnya usia, akan ada sel telur yang terus berproses menjadi matur. Namun, ada pula yang tetap tidak aktif selama bertahun-tahun sebelum akhirnya matur, dan ada pula yang tidak pernah berkembang sepenuhnya.
Fungsi utama dari sel telur yakni menyediakan setengah dari materi genetiknya saat dibuahi oleh sel sperma, membentuk zigot, lalu embrio, dan selanjutnya berkembang menjadi individu baru. Fungsi lain dari sel telur, yaitu:
Sel telur yang berfungsi baik tentu memiliki kualitas yang baik. Namun sayangnya, tidak ada tes atau pemeriksaan yang bisa langsung memeriksa kualitas sel telur. Teknik terbaik yang ada untuk menilai kualitas sel telur adalah mengukur apa yang disebut sebagai cadangan ovarium (ovarian reserve). Pemeriksaannya disebut tes cadangan ovarium atau ovarian reserve testing.
Tes ini biasanya dilakukan untuk mengevaluasi potensi kesuburan seorang wanita. Hasil pemeriksaan tersebut akan diinterpretasikan sebagai perbandingan dengan wanita yang seusia dengan individu yang diperiksa. Tes cadangan ovarium terdiri dari tes darah yang mengukur kadar hormon FSH dan anti-mullerian hormone (AMH), serta pemeriksaan ultrasonografi transvaginal untuk memperkirakan jumlah sel telur seorang wanita (anthral follicle count/AFC). Hasil pemeriksaan ini dapat membantu memprediksi seberapa baik respon individu terhadap fertility treatment, salah satunya program bayi tabung.
Baca juga: Tes AMH (Anti-Mullerian Hormone) Untuk Program Hamil (bocahindonesia.com)
Satu-satunya cara untuk mengetahui apakah kualitas sel telur itu baik—dalam arti mampu menghasilkan embrio dengan DNA yang normal—adalah dengan mencoba membuahinya dengan sel sperma. Bila pembuahan berhasil, lakukan tes genetik pada embrio untuk mengetahui apakah DNA yang terbentuk normal atau tidak.
Studi menunjukkan bahwa pengaruh usia terhadap kualitas sel telur bersifat konsisten dan universal. Beberapa statistik berikut mendukung pernyataan ini:
Fungsi utama sel telur adalah menyediakan setengah dari materi genetiknya untuk membentuk embrio baru saat dibuahi oleh sperma. Untuk menghasilkan embrio yang sehat, tentu kualitas sel telur harus baik pula. Hal-hal di atas menunjukkan sebuah fakta bahwa usia sel telur sangat menentukan kesuburan seorang wanita. Usia sel telur memengaruhi kemampuannya untuk dibuahi dan menghasilkan kehamilan yang sehat.
Jika Anda belum hamil setelah satu tahun usia pernikahan, kami menyarankan Anda untuk melakukan pemeriksaan kesuburan dengan spesialis fertilitas kami.
Buat janji konsultasi dengan menghubungi kami di (021) 50200800 atau chat melalui Whatsapp melalui tombol di bawah.
Ditinjau secara medis oleh dr. Fiona Amelia, MPH
Medical Writer
Ditulis oleh dr. Fiona Amelia, MPH · Tanggal diperbarui 22/04/2022
In vitro fertilization (IVF) atau bayi tabung adalah serangkaian prosedur kompleks yang bertujuan untuk mengatasi masalah sulit hamil atau mencegah kelainan genetik tertentu.
Program bayi tabung adalah salah satu jenis teknologi reproduksi berbantu (TRB) yang digunakan untuk membantu pasangan yang mengalami infertilitas, yakni sulit hamil atau mendapatkan keturunan.
Prosedur ini dilakukan dengan proses pengambilan sel telur dan sperma, kemudian pembuahan akan dilakukan di laboratorium. Sel telur yang telah dibuahi dan menjadi embrio akan ditransfer kembali ke dalam rahim wanita.
Baca juga: Mitos dan Fakta Seputar Bayi Tabung
Jenis program hamil teknologi reproduksi berbantu (TRB) ini menjadi opsi untuk mengatasi kasus infertilitas pada pasangan yang belum hamil setelah lama menikah. Atau bisa dilakukan pada wanita yang mengalami keguguran berulang, maupun kondisi-kondisi lain yang bisa menyulitkan terjadinya kehamilan alami.
Pada umumnya, program hamil ini dilakukan bila terdapat kondisi-kondisi berikut:
Sebelum menjalani program IVF, pasangan suami istri dapat mencoba pilihan yang kurang lebih invasif, seperti penggunaan obat-obatan penyubur untuk meningkatkan produksi sel telur maupun inseminasi buatan.
Sebelum memulai siklus IVF, Ayah dan Bunda perlu menjalani berbagai skrining, yang meliputi:
Program hamil ini memiliki proses yang kompleks karena pasangan suami istri harus melalui berbagai tahapan untuk mendapatkan kehamilan.
Secara umum, terdapat 5 tahap pada prosesnya, yakni induksi ovulasi, pengambilan sel telur (ovum pick up), pengambilan sperma, pembuahan, hingga transfer embrio.
Siklus bayi tabung dimulai dengan pemberian hormon sintetis untuk menstimulasi ovarium agar dapat memproduksi banyak sel telur.
Diperlukan banyak sel telur oleh karena sebagian tidak dapat dibuahi atau berkembang secara normal setelah pembuahan. Obat-obatan yang digunakan, di antaranya:
Kadang-kadang, siklus harus dibatalkan sebelum proses pengambilan sel telur karena salah satu alasan berikut:
Pengambilan sel telur atau yang juga disebut ovum pick-up (OPU) atau pungsi folikel ini merupakan prosedur bedah untuk mengambil dan mengumpulkan sel telur yang sudah matang. Proses ini dapat dilakukan 34-36 jam setelah injeksi terakhir dan sebelum ovulasi
Beberapa hal yang perlu diperhatikan selama proses pengambilan sel telur, yakni:
Umumnya, sampel cairan sperma akan diambil pada pagi hari pengambilan sel telur.
Kemudian, sampel akan dikumpulkan melalui masturbasi. Meski pada beberapa kondisi diperlukan tindakan lanjutan dalam pengambilan sampel sperma atau biopsi testis. Setelah cairan sperma terkumpul maka sampelnya akan dicuci agar potensi peluang pembuahannya semakin meningkat.
Proses pembuahan terjadi ketika sel telur dan sel sperma bertemu pada tahap ini. Ada dua cara pembuahan yang bisa terjadi, yaitu:
Tahapan ini disebut dengan kultur embrio dimana embrio ditempatkan di dalam inkubator agar tumbuh kembangnya optimal.
Setelah kultur, embrio dengan kualitas terbaik akan dipilih untuk ditransfer ke dalam rahim wanita. biasanya, antara 1 sampai 2 embrio yang ditransfer.
Tiga embrio juga dapat ditransfer tergantung kebijakan setempat dan tempat prosedur. Embrio berkualitas baik yang tidak ditransfer akan dibekukan untuk digunakan di kemudian hari.
Transfer embrio dilakukan antara 2 sampai 5 hari setelah pengambilan sel telur. Prosesnya adalah sebagai berikut:
Jika proses tersebut sukses, maka embrio akan berimplantasi atau menempel pada dinding rahim sekitar 6-10 hari setelah pengambilan sel telur.
Setelah embrio ditransfer ke dalam rahim, Bunda dapat melanjutkan aktivitas sehari-hari. Namun, kondisi ovarium tentu masih bengkak. Oleh sebab itu, Bunda disarankan untuk menghindari aktivitas yang berlebihan sehingga bisa menimbulkan ketidaknyamanan.
Efek samping yang umum, antara lain:
Jika muncul gejala nyeri sedang atau berat pasca transfer embrio, segera hubungi dokter. Dokter akan mengevaluasi ada tidaknya komplikasi seperti infeksi, ovarium terpelintir (torsi ovarium) serta sindrom hiperstimulasi ovarium yang berat.
Untuk memastikan ada tidaknya kehamilan pasca prosedur bayi tabung, dilakukan pemeriksaan-pemeriksaan berikut:
Bunda akan melakukan pemeriksaan kadar hormon beta-hCG yang merupakan hormon kehamilan setelah dua minggu melakukan transfer embrio.
Meski dapat dideteksi melalui test pack urine, pemeriksaan ini kurang disarankan karena tidak sensitif untuk mendeteksi kehamilan dini. Interpretasi hasil pemeriksaan hormon beta-hCG melalui darah adalah sebagai berikut:
Namun, bila kadar hCG pada pemeriksaan kedua tidak meningkat dua kali lipat atau malah menurun, pemeriksaan dapat diulang lagi 48 jam kemudian. Tergantung pada situasi, ada kemungkinan bahwa kehamilan tidak terjadi. Kadar hCG tidak meningkat atau mulai menurun ketika kehamilan tidak berjalan secara normal.
Bila kadar hCG meningkat sesuai yang diharapkan, USG perut dapat dilakukan 3-4 minggu setelah transfer embrio. Di waktu ini (setara dengan usia kehamilan 5-6 minggu), biasanya sudah bisa dilihat adanya kantong kehamilan di dalam rahim.
Dan pada usia kehamilan 6-6,5 minggu (4-4,5 minggu setelah transfer embrio), detak jantung janin sudah bisa dilihat dan didengar.
Pada sebagian besar kasus, perawatan antenatal dimulai pada usia kehamilan 6-10 minggu (4-8 minggu setelah transfer embrio). Sejak saat ini, wanita perlu kontrol kehamilan secara rutin sesuai anjuran dokter.
Tingkat kesuksesan bayi tabung berbeda-beda setiap pasien. Angka keberhasilan di Bocah Indonesia sendiri lebih tinggi dibandingkan data HFEA 2022 (per Juli 2024), yang melaporkan bahwa rerata keberhasilan untuk fresh cycle sebesar 31% dan frozen cycle sebesar 36%.
Angka keberhasilan Bocah Indonesia juga lebih tinggi dibandingkan data keberhasilan IVF rerata VARTA 2023. Laporan VARTA 2023 (Data Juni 2022 – Juli 2023) melaporkan bahwa rerata keberhasilan fresh dan frozen cycle sebesar 35.4%. Rerata angka keberhasilan Bayi Tabung di Indonesia menurut data PERFITRI pada tahun 2017 adalah 29%.
Berikut adalah angka keberhasilan Bocah Indonesia untuk periode 2024:
Total 48% Berhasil hamil
Angka keberhasilan sesuai usia untuk fresh cycle menurut HFEA 2022:
Angka keberhasilan sesuai usia menurut VARTA 2023 adalah:
Total: 35,4% Berhasil hamil
Satu siklus bayi tabung memakan waktu kurang lebih 3 minggu. Bahkan, ada kalanya tahapan ini dibagi menjadi beberapa bagian dan prosesnya memakan waktu lebih lama.
Biaya program bayi tabung beragam tergantung kondisi masing-masing pasien serta tergantung jenis pemeriksaan yang disyaratkan, jenis dan dosis obat-obatan, serta jumlah siklus yang perlu dilalui untuk bisa hamil. Hingga kini, program hamil berbantu ini belum ditanggung oleh asuransi maupun BPJS.
Hingga kini, tidak ada aturan pasti terkait berapa kali bayi tabung bisa dilakukan. Salah satu yang pernah melakukan program hamil berbantu lebih dari sekali ini adalah penyanyi Coco Lee. Ia dan sang suami pernah melakukan IVF sebanyak 9 kali setelah 12 tahun usia pernikahan belum mendapatkan keturunan.
Sebelum memutuskan menjalani program bayi tabung, sebaiknya konsultasikan terlebih dahulu ke dokter. Pastikan Ayah Bunda sudah yakin secara mental dan finansial. Sebab dibutuhkan kesabaran dan konsistensi dalam menjalani setiap tahapan siklusnya agar bisa mencapai hasil yang betul-betul optimal.
Biaya program bayi tabung bisa tinggi, tergantung jenis pemeriksaan yang disyaratkan, jenis dan dosis obat-obatan, serta jumlah siklus yang perlu dilalui untuk bisa hamil.
Biaya di Indonesia memakan biaya mulai dari 40 juta per siklus dan sampai saat ini belum ada asuransi yang menanggung prosedur ini.
Meski demikian, pada kasus-kasus infertilitas berat, ini merupakan bentuk paling efektif dari teknologi reproduksi berbantu.
Sebelum memutuskan untuk menjalaninya, pastikan Anda dan pasangan sudah yakin secara mental dan finansial.
Diperlukan kesabaran dan konsistensi dalam menjalani setiap tahapan siklus bayi tabung, agar bisa mencapai hasil yang betul-betul optimal.
Jika Anda mencari alternatif program hamil berbantu, kami menyediakan layanan IVF untuk Anda. Silakan isi formulir di bawah. Tim kami akan segera menghubungi Anda!
Layanan IVF diperuntukkan bagi pasangan suami istri yang telah 1 tahun menikah belum memiliki keturunan dan juga memiliki masalah infertilitas. Jika Anda mengalami keduanya, segera konsultasikan bersama ahlinya!
Meski semakin berkembang, angka kesuksesan program bayi tabung dengan sel telur beku masih belum konsisten.
Praktik kriopreservasi atau pembekuan sel telur (egg freezing) semakin dikenal di seluruh dunia. Ini merupakan teknik yang dipilih untuk melestarikan kesuburan pada kasus-kasus keganasan reproduksi, oleh karena sederhana dan mudah dilakukan. Teknik ini juga memungkinkan wanita untuk memiliki otonomi dalam proses reproduksi sehingga mereka dapat mengatur kehidupan pribadi dan profesional tanpa “dihantui” oleh kesuburan yang berkurang seiring dengan bertambahnya usia.
Sekitar 15 tahun terakhir, ada banyak studi yang meneliti penggunaan sel telur beku dalam program bayi tabung. Angka kelahiran hidup menggunakan sel telur beku ini sangat bergantung pada usia wanita saat sel telur dibekukan dan banyaknya sel telur yang dibekukan. Usia saat terjadinya kehamilan itu sendiri tidak berpengaruh.
Pada prinsipnya, semakin muda usia wanita, semakin banyak sel telur yang bisa diambil untuk dibekukan dan semakin baik pula kualitasnya. Hasil beberapa studi menemukan bahwa angka kelahiran hidup bisa menyentuh 50 persen atau lebih ketika jumlah sel telur yang dibekukan mencapai 15 atau lebih.
Dengan semakin dikenalnya teknik pembekuan sel telur, tentu semakin banyak pula siklus bayi tabung yang menggunakan sel telur beku. Namun, apakah teknik ini betul efektif? Dalam arti, memberikan angka kehamilan dan kelahiran hidup yang setara atau bahkan lebih baik daripada sel telur segar?
Berikut adalah ringkasan hasil dari beberapa studi yang membandingkan angka kesuksesan program bayi tabung dengan sel telur segar dan sel telur beku.
Berdasarkan hasil-hasil studi di atas, secara umum bisa disimpulkan bahwa seiring makin berkembangnya program bayi tabung dengan sel telur beku, angka kehamilan dan kelahiran hidup dari teknik ini pun semakin membaik.
Meski masih ada pro dan kontra terkait efektivitasnya, studi-studi yang sudah ada merekomendasikan penggunaan sel telur yang dibekukan sebagai alternatif yang masuk akal bagi sel telur segar. Dengan demikian, penyimpanan sel telur (egg banking) menjadi sangat mungkin.
Di samping itu, dibandingkan dengan pembekuan embrio, pembekuan sel telur memberi beberapa keuntungan lebih. Pertama, proses ini terhindar dari isu etika dan hukum terkait pembuatan embrio. Kedua, sel telur adalah milik satu orang–berbeda dengan embrio yang merupakan miliki bersama–sehingga tidak ada risiko terkait persetujuan penggunaan di masa mendatang. Pembekuan sel telur ini juga melindungi kemampuan wanita untuk bereproduksi di kemudian hari. Terakhir, biaya pembekuan sel telur lebih murah daripada pembekuan embrio.
Namun, setiap prosedur pasti tidak sempurna. Salah satu kekurangan dari pembekuan sel telur adalah kemampuannya bertahan hidup dalam proses pembekuan lebih kecil daripada embrio. Yakni, sekitar 80-90 persen untuk sel telur beku dibandingkan dengan >95 persen untuk blastokista embrio.
Jika Anda belum hamil setelah satu tahun usia pernikahan, kami menyarankan Anda untuk melakukan pemeriksaan kesuburan dengan spesialis fertilitas kami.
Buat janji konsultasi dengan menghubungi kami di (021) 50200800 atau chat melalui Whatsapp melalui tombol di bawah.
Waktu yang tepat untuk membekukan sel telur mungkin berbeda dengan waktu ketika kualitas sel telur dianggap terbaik.
Dalam beberapa dekade terakhir, usia rata-rata wanita saat melahirkan untuk pertama kali terus meningkat. Di tahun 2023, tim peneliti dari Universitas Indiana merilis temuan studinya bahwa saat ini, usia rata-rata perempuan saat memiliki anak pertama kali adalah 26,4 tahun. Penyebab wanita menunda kehamilannya diduga bersifat multifaktorial, berasal dari faktor sosial, tingkat pendidikan, dan ekonomi seorang wanita. Penundaan dalam upaya memiliki anak ini tentu berimbas pada peningkatan kasus infertilitas terkait usia.
Saat ini, pengobatan standar hanya bisa mengatasi sebagian masalah infertilitas yang terkait dengan penuaan. Namun, dengan ditemukannya kriopreservasi atau pembekuan sel telur, ada cara alternatif untuk melestarikan kesuburan wanita lajang yang belum siap untuk hamil.
Pembekuan sel telur mampu “membekukan” kualitas sel telur saat itu, yakni sel telur muda yang diambil, sehingga memungkinkan tingkat keberhasilan kehamilan tetap tinggi. Studi pada program bayi tabung yang menggunakan donor sel telur menemukan bahwa penggunaan sel telur beku terbukti mampu memberikan tingkat kelahiran hidup yang sebanding dengan sel telur segar.
Di balik pencapaian itu, sesungguhnya ada satu pertanyaan mendasar, kapan usia atau waktu yang paling tepat untuk membekukan sel telur?
Benar adanya bahwa kesuburan wanita menurun seiring bertambahnya usia. Hal ini terkait langsung dengan jumlah sel telur yang tersisa di ovarium dan juga kualitasnya. Tidak semua sel telur mampu dibuahi atau menghasilkan embrio yang layak untuk hidup. Secara umum, kesuburan wanita mulai menurun sejak akhir usia 20-an atau awal usia 30-an. Setelah usia 35 tahun, kesuburan wanita cenderung menurun lebih cepat karena cadangan sel telur semakin menipis.
Pembekuan sel telur telah berkembang sejak lebih dari 30 tahun silam. Keberhasilannya bergantung pada berbagai faktor, seperti usia wanita saat sel telur dibekukan, indikasi, jumlah sel telur yang dibekukan, dan metode pembekuannya. Namun, dari semua faktor ini, usia saat pembekuan adalah yang paling krusial. Prinsip “semakin muda semakin baik” ada benarnya, tetapi belum tentu efisien.
Studi oleh Doyle dkk. menunjukkan bahwa angka kelahiran hidup dari sel telur beku menurun seiring dengan meningkatnya usia (7,4 persen untuk usia <30 tahun, 7 persen untuk usia 30–34 tahun, 6,5 persen untuk usia 35–37 tahun, dan 5,2 persen untuk usia ≥38 tahun). Walaupun pembekuan sel telur di usia yang lebih muda dapat memaksimalkan jumlah dan kualitas sel telur, wanita cenderung tidak memanfaatkannya di masa mendatang. Ini karena mayoritas wanita muda akan hamil secara alami atau merencanakan cara lain untuk memiliki anak.
Di sisi lain, pembekuan sel telur pada usia lanjut, yakni di atas 40 tahun, jarang berhasil. Pembekuan pada usia lanjut membutuhkan lebih banyak siklus pengambilan sel telur—oleh karena jumlah dan kualitas sel telur sudah jauh berkurang—sehingga meningkatkan beban fisik, mental, dan finansial individu. Dengan kata lain, harus ada keseimbangan antara manfaat yang diharapkan dan efektivitas biaya dalam menentukan usia ideal untuk melakukan pembekuan sel telur.
Nagy dkk. meneliti para wanita yang menjalani pembekuan sel telur elektif dan menemukan bahwa angka kelahiran hidup pada usia <35 tahun lebih besar secara bermakna dibandingkan pada usia 35 tahun (23,8 persen versus 12 persen). Lebih detil lagi, sebuah studi berbasis model di tahun 2015 menyimpulkan bahwa:
Dari hasil studi ini, para pakar menyimpulkan bahwa membekukan sel telur pada usia yang sangat muda (<30 tahun) tidak efisien (hemat biaya) karena kecil kemungkinan sel telur tersebut akan digunakan. Dengan alasan yang sama, menjalani prosedur ini di usia tua (>40 tahun) juga tidak efisien karena peluang keberhasilan kehamilan yang dihasilkan dari sel telur yang diambil sangat rendah.
Oleh sebab itu, usia awal hingga pertengahan 30-an menjadi kelompok usia yang tepat untuk melakukan pembekuan sel telur elektif. Spesifiknya, antara usia 32 hingga 38 tahun menurut studi oleh Polyakov dkk. di tahun 2023. Usia yang lebih muda mungkin direkomendasikan pada individu dengan cadangan ovarium yang berkurang atau berisiko mengalami insufisiensi ovarium prematur (POI).
Membekukan sel telur bisa menjadi cara yang sangat efektif untuk menentukan kapan waktu yang tepat untuk hamil. Secara teori, sel telur bisa dibekukan selama 10 tahun atau bahkan lebih tanpa kualitasnya berkurang. Namun, data studi sampai saat ini hanya tersedia untuk penyimpanan hingga 4 tahun dan sebagian besar klinik fertilitas memiliki batas atas usia di mana sel telur ini bisa digunakan untuk proses kehamilan. Selain itu, ingat bahwa semakin tua usia wanita saat hamil, semakin tinggi peluang terjadinya komplikasi kehamilan, seperti keguguran, tekanan darah tinggi, dan diabetes.
Ketika seorang wanita sudah siap untuk hamil, sel-sel telur yang dibekukan ini akan dicairkan (thawing) hingga mencapai suhu tubuh. Setelah itu, dilakukan penilaian terlebih dulu apakah sel-sel tersebut layak untuk menjalani pembuahan melalui proses injeksi sperma intrasitoplasma (ICSI). Selanjutnya, sel telur yang telah dibuahi akan ditumbuhkan terlebih dulu (kultur embrio) selama 3-5 hari. Setelah itu, embrio dipersiapkan untuk ditransfer ke dalam rahim agar berimplantasi dan menghasilkan kehamilan.
Pembekuan sel telur telah terbukti bisa menjadi salah satu alternatif dalam mencapai kehamilan dengan embrio yang berkualitas. Akan tetapi, usia wanita saat membekukan sel telur menjadi komponen yang sangat krusial. Dengan mempertimbangkan peluang kehamilan dan angka kelahiran hidup, serta efisiensi biaya, hasil studi menemukan bahwa usia terbaik untuk membekukan sel telur adalah di pertengahan usia 30-an, yakni antara usia 32 sampai 38 tahun.
Jika Anda belum hamil setelah satu tahun usia pernikahan, kami menyarankan Anda untuk melakukan pemeriksaan kesuburan dengan spesialis fertilitas kami.
Buat janji konsultasi dengan menghubungi kami di (021) 50200800 atau chat melalui Whatsapp melalui tombol di bawah.
Round spermatid injection (ROSI) diklaim sebagai metode potensial bagi pria dengan azoospermia yang ingin memiliki anak biologis.
Dalam prosedur bayi tabung, injeksi sperma intrasitoplasma (ICSI) rutin digunakan untuk memfasilitasi proses pembuahan sel telur dengan sel sperma matur (matang) berkualitas terbaik. Akan tetapi, pada sebagian pria infertil, sel sperma matur ini sulit atau bahkan tidak ditemukan. Pada kasus ini, sel spermatid bulat kerap menjadi sel paling matang yang terlihat dari hasil biopsi testis. Spermatid bulat ini berada di satu tahap perkembangan sebelum sel sperma menjadi matur. Bila kemudian sel ini yang diinjeksikan ke dalam sel telur, maka prosedurnya disebut dengan round spermatid injection atau disingkat ROSI.
Infertilitas telah menjadi masalah kesehatan global dan terjadi pada sekitar 15 persen pasangan usia subur. Infertilitas pria berperan pada 50 persen kasus, dan di antara pria infertil ini, sekitar 10-15 persennya menunjukkan azoospermia.
Secara definisi, azoospermia adalah tidak adanya sel sperma sama sekali dalam cairan sperma (air mani). Berdasarkan penyebabnya, kondisi ini dikelompokkan menjadi azoospermia obstruktif (OA) dan non-obstruktif (NOA).
Azoospermia obstruktif dapat dialami oleh pria yang telah menjalani vasektomi, mengalami cedera akibat pembedahan pada saluran vas deferens atau epididimis, atau pria dengan obstruksi epipididimis primer akibat infeksi namun memiliki sel sperma yang normal. Sedangkan NOA, dapat terjadi karena kegagalan testis primer maupun sekunder, atau karena perkembangan testis yang tidak sempurna, dan ditandai oleh gangguan pembentukan sperma (spermatogenesis). Meski demikian, sejumlah pria dengan NOA menunjukkan proses spermatogenesis aktif hingga tahap spermatid bulat.
Pada kasus azoospermia, pria umumnya disarankan untuk menjalani prosedur testicular sperm extraction (TESE) yang akan digunakan dalam program bayi tabung. Prosedur ini dilakukan dengan membuat sayatan kecil pada skrotum (kulit zakar), kemudian mengambil sampel jaringan testis dan mencari sperma di dalamnya. Meski demikian, ada kalanya sel sperma matur tetap tidak bisa ditemukan.
Baca juga: Layanan Pengambilan Sperma: MESA, PESA, TESA, TESE (bocahindonesia.com)
Dalam kasus demikian, spermatid bulat yang merupakan prekursor sel sperma matur, dapat dapat menjadi penggantinya. Pada kondisi normal, sel-sel ini tidak mampu membuahi sel telur. Namun, teknik ROSI memungkinkan spermatid bulat untuk membuahi sel telur.
Hasil studi menemukan bahwa sekitar 30 persen pria dengan NOA memiliki spermatid bulat di dalam sampel testisnya, meskipun sel sperma matur maupun spermatid fase lanjut tidak ditemukan. Temuan ini memberi harapan bahwa pria dengan azoospermia masih berpeluang untuk memiliki keturunan menggunakan spermatid bulat mereka sendiri.
Untuk lebih mengerti soal prosedur ROSI, mari dipahami terlebih dulu proses pembentukan sperma, yaitu spermatogenesis.
Spermatogenesis adalah proses di mana spermatogonium diploid (memiliki dua set kromosom/2n) menjadi spermatozoa haploid (hanya memiliki satu set kromosom/n). Proses ini dijabarkan melalui tiga tahapan utama.
Tahap pertama disebut dengan mitosis. Di tahap ini, spermatogonium semakin bertambah jumlahnya dan pembelahan mitosis menghasilkan spermatosit primer diploid. Di tahap kedua, spermatosit primer menjalani pembelahan meiosis sebanyak dua kali. Meiosis yang pertama menghasilkan spermatosis sekunder haploid. Selanjutnya, spermatosit sekunder akan menjalani pembelahan meiosis kedua, yang menghasilkan spermatid bulat (fase awal). Di tahap ini, spermatid memiliki materi genetik haploid seperti yang dimiliki sel sperma matur, namun belum bisa bergerak dan belum mampu membuahi sel telur.
Di tahap akhir spermatogenesis, yakni spermiogenesis, spermatid bulat akan memanjang dan akhirnya mengembangkan ekor menjadi sel sperma matur (spermatozoa) yang memiliki kapasitas pembuahan terbaik. Untuk terjadinya suatu pembuahan, sel sperma harus mampu menginisasi aktivasi sel telur agar bisa mentransfer materi genetiknya dan selanjutnya membentuk embrio.
Para ahli berpendapat bahwa perubahan spermatid menjadi sel sperma matur hanya dimaksudkan untuk menyediakan sarana transportasi informasi genetik paternal (ayah) ke dalam sel telur. Oleh sebab itu, secara teori, gen haploid yang disuntikkan dari inti spermatid bulat mungkin cukup untuk pembuahan dan perkembangan embrio. Pada percobaan tikus sebagai model, penyuntikkan spermatid bulat dan spermatosit sekunder ke dalam sel telur berhasil mencapai pembuahan dan kehamilan dengan angka yang cukup konsisten.
Di tahun 1996, Tesarik dkk. menjadi yang pertama kali berhasil menyuntikkan spermatid bulat ke dalam sel telur manusia. Ketika itu, teknik ROSI digunakan sebagai satu-satunya pengobatan bagi pria NOA dengan sel termatang yang ditemukan spermatid bulat fase lanjut (memanjang). Di antara tahun 1996-2000, dilaporkan ada sembilan keturunan yang dihasilkan melalui teknik ROSI. Namun, 15 tahun setelahnya tidak ada laporan kelahiran yang menggunakan teknik ROSI.
Barulah di tahun 2015 dan 2018, Tanaka dkk. melaporkan pengamatan lanjut dari bayi-bayi yang lahir dari teknik ROSI. Dalam studi ini, sebanyak 2.657 prosedur ROSI dilakukan selama periode September 2011 hingga Desember 2014. Puncaknya, terdapat 90 bayi yang lahir dari 83 pasangan. Tanaka dkk. melaporkan tidak ada perbedaan bermakna dalam hal kemampuan fisik dan kognitif dari bayi-bayi hasil prosedur ROSI dengan bayi yang lahir melalui proses kehamilan normal.
Di tahun 2021, Hanson dkk. membuat meta-analisis 22 studi kohort di Inggris yang melibatkan 1.099 pasangan dan 4.218 transfer embrio. Ditemukan bahwa angka pembuahan setelah ROSI sebesar 38,7 persen, sedangkan angka kehamilan hanya 3,7 persen. Alhasil, angka kelahiran hidup tentu rendah, hanya sekitar 4,3 persen dari total transfer embrio. Angka kehamilan per pasangan didapat 13,4 persen dan angka kelahiran per pasangan sebesar 8,1 persen.
Berdasarkan studi-studi ini, bisa disimpulkan bahwa penggunaan teknik ROSI mampu menghasilkan kehamilan klinis dan kelahiran hidup. Akan tetapi, angka kesuksesan masih jauh lebih rendah daripada yang menggunakan sel sperma matur. Dengan kata lain, spermatid bulat yang didapat dari pria dengan azoospermia melalui prosedur TESE kerap kali tidak mampu membuahi sel telur dengan baik. Bila berhasil membuahi, spermatid bulat mampu menghasilkan bayi yang sehat. Namun tampaknya sel ini membuahi sel telur pada laju yang jauh lebih rendah ketimbang sel sperma yang telah matur sepenuhnya.
Meskipun teknik ini bisa menjadi alternatif yang potensial bagi pria dengan azoospermia, pasangan harus menyadari bahwa peluang keberhasilan kehamilan dan persalinan masih sangat rendah.
Bagi pria dengan azoospermia, pilihan untuk memiliki keturunan relatif terbatas. Pasangan bisa saja mencari donor sperma, namun tentu mereka lebih ingin memiliki keturunan biologis. ROSI bisa menjadi alternatif bagi pria azoospermia yang tidak memiliki sel sperma matur, namun perlu diingat bahwa keberhasilan teknik ini tetap jauh lebih rendah dibandingkan dengan ICSI yang menggunakan sel sperma matur.
Selain itu, ROSI yang melibatkan penggunaan sel sperma imatur tentu memiliki tantangan teknis tertentu dan berpotensi menimbulkan masalah genetik baru. Atas dasar inilah, Komite Praktik American Society for Reproductive Medicine (ASRM) masih merekomendasikan ROSI sebagai prosedur eksperimental yang hanya boleh dilakukan dalam uji klinis, yang telah disetujui dan diawasi oleh institusi berwenang.
Jika Anda belum hamil setelah satu tahun usia pernikahan, kami menyarankan Anda untuk melakukan pemeriksaan kesuburan dengan spesialis fertilitas kami.
Buat janji konsultasi dengan menghubungi kami di (021) 50200800 atau chat melalui Whatsapp melalui tombol di bawah.
Penyakit celiac adalah gangguan autoimun serius yang dipicu oleh konsumsi gluten, protein yang ditemukan dalam gandum, barley, rye, dan beberapa jenis oat. Kondisi ini menyebabkan reaksi imun yang menyerang usus halus, mengakibatkan kerusakan pada vili-vili yang berfungsi menyerap nutrisi. Akibatnya, terjadi malabsorpsi yang dapat memicu berbagai masalah kesehatan serius.
Penyakit celiac adalah kelainan yang memengaruhi sekitar 1 dari 100 orang di seluruh dunia. Sayangnya, hanya sekitar 30% kasus yang berhasil terdiagnosis. Penyakit ini dapat muncul pada usia berapa pun setelah seseorang mulai mengonsumsi makanan yang mengandung gluten.
Jika tidak diobati, penyakit celiac dapat menyebabkan komplikasi berat, seperti malnutrisi, osteoporosis, hingga kanker usus halus.
Saat pengidap penyakit celiac mengonsumsi gluten, tubuhnya mengeluarkan respon imun yang menyerang usus halus. Serangan ini menyebabkan kerusakan pada vili-vili—proyeksi serupa jari-jari—pada dinding usus halus, yang berfungsi menyerap zat gizi. Ketika vili-vili ini rusak, zat gizi tidak dapat diserap dengan baik ke dalam tubuh, menyebabkan sebuah kondisi yang disebut malabsorpsi.
Penyakit celiac tergolong kelainan genetik yang diturunkan. Individu dengan kerabat tingkat pertama yang mengidapnya (orang tua, anak, saudara kandung) berisiko 1:10 untuk mengidap penyakit celiac.
Angka kejadian penyakit ini juga lebih tinggi di antara individu-individu dengan gangguan autoimun lain, seperti dermatitis herpetiformis, diabetes tipe 1, penyakit tiroid autoimun (tiroiditis Hashimoto, penyakit Graves), kolitis mikroskopis, dan penyakit Addison, serta kelainan genetik lain, seperti sindrom Down, sindrom William, atau sindrom Turner.
Baca Juga : Bayi Tabung Dapat Meminimalisir Kehamilan Down Syndrome?
Gejala penyakit celiac sangatlah bervariasi. Gejala juga bisa berbeda antara anak dan dewasa. Anak dengan penyakit celiac umumnya lebih mengalami gangguan di saluran cerna ketimbang orang dewasa.
Gangguan pencernaan: mual, muntah, diare, konstipasi, perut kembung.
Anemia akibat defisiensi zat besi.
Hilangnya kepadatan tulang (osteoporosis atau osteomalasia).
Dermatitis herpetiformis: ruam kulit gatal dan berlepuh.
Gangguan neurologis: sakit kepala, kebas, kesemutan, atau gangguan keseimbangan.
(Sumber: Posner EB, Haseeb M., StatPearls Publishing, 2023)
Diare kronis.
Gagal tumbuh pada bayi.
Anemia.
Perawakan pendek dan pubertas tertunda.
Masalah neurologis seperti ADHD, kejang-kejang, atau gangguan belajar.
Individu dengan penyakit celiac berisiko dua kali lipat lebih besar terkena penyakit jantung koroner dan empat kali lipat lebih besar terkena kanker usus halus. Selain itu, penyakit celiac yang tidak diobati dapat menyebabkan:
Baca Juga : Koriokarsinoma : Kanker yang terkenal “angker”
Banyak orang dengan penyakit celiac tidak menyadari bahwa mereka memilikinya. Dua pemeriksaan berikut dapat membantu mengonfirmasi diagnosisnya:
Bila hasil tes di atas menunjukkan adanya kecurigaan pada penyakit celiac, dokter akan menganjurkan salah satu tes berikut:
Satu-satunya pengobatan untuk penyakit celiac adalah diet bebas gluten yang ketat. Berikut adalah makanan yang perlu dihindari dan diperbolehkan:
Berikut adalah makanan yang mengandung gluten dan perlu dihindari:
Selain itu, gluten juga bisa terkandung di dalam obat-obatan, vitamin, dan produk non-makanan, seperti:
Makanan yang bebas gluten dan boleh dikonsumsi, antara lain:
Pengidap penyakit celiac harus benar-benar mematuhi diet bebas gluten ini oleh karena sedikit gluten saja di dalam makanan dapat membahayakan, meski tidak menimbulkan gejala. Oleh sebab itu, terkait diet ini harus di bawah pengawasan dokter ahli gizi.
Pada umumnya, gejala akan membaik setelah menjalani diet bebas gluten selama beberapa minggu. Anak-anak cenderung sembuh lebih cepat ketimbang orang dewasa.
Selain perubahan pola makan, dokter mungkin merekomendasikan beberapa hal berikut:
Selama pengobatan, ada beberapa panel yang perlu dipantau, yakni darah lengkap, cadangan zat besi, kadar asam folat dan feritin, kadar vitamin D dan vitamin larut lemak lainnya, serta kepadatan tulang.
Baca Juga : Mengenal Penyakit Autoimun, Apakah Memengaruhi Kesuburan?
Ada beberapa bukti bahwa kesuburan pria dan wanita dengan penyakit celiac membaik ketika menjalani diet bebas gluten. Dengan demikian, penyakit celiac yang terkendali meningkatkan peluang dan angka keberhasilan kehamilan.
Baca Juga : Mengenal Dokter Fertilitas dan Kapan Waktu yang Tepat untuk Konsultasi
Pengidap penyakit celiac harus berkonsultasi dengan dokter atau ahli gizi untuk memastikan diet bebas gluten yang benar. Selain itu, suplementasi vitamin dan mineral mungkin diperlukan untuk mengatasi kekurangan nutrisi.
Hingga kini, belum ada cara yang benar-benar bisa menyembuhkan penyakit celiac. Bagi sebagian besar individu, menjalani diet bebas gluten yang ketat dan terkontrol dapat membantu mengendalikan gejala dan memulihkan usus. Bila demikian, kesehatan secara umum akan membaik dan pengidapnya tetap bisa menjalani hidup yang normal dan produktif.
Jika Anda belum hamil setelah satu tahun usia pernikahan, kami menyarankan Anda untuk melakukan pemeriksaan kesuburan dengan spesialis fertilitas kami.
Buat janji konsultasi dengan menghubungi kami di (021) 50200800 atau chat melalui Whatsapp melalui tombol di bawah.
Sindrom Kallmann adalah salah satu penyebab infertilitas yang melibatkan gangguan indra penciuman dengan gangguan hormon seks.
Sindrom Kallmann, atau disebut juga Sindrom Maestre-Kallmann-Morsier, adalah sebuah kelainan genetik yang terkait dengan hipogonadisme hipogonadotropik, dan gangguan penciuman (anosmia dan hiposmia). Sindrom ini memengaruhi seluruh sumbu/aksis hipotalamus-pituitari-adrenal (HPA) dan produksi hormon seks, sehingga dianggap sebagai penyebab infertilitas.
Sindrom Kallmann adalah sebuah kondisi di mana tubuh tidak memproduksi hormon pelepas gonadotropin (gonadotrophin-releasing hormone/GnRH). Dalam kondisi normal, hipotalamus mengeluarkan GnRH secara tiba-tiba dalam kadar yang drastis tinggi kala pubertas. Pada periode ini, GnRH berfungsi menstimulasi testis anak laki-laki dan ovarium anak perempuan untuk menghasilkan hormon seks. Ketika hormon-hormon ini tidak cukup diproduksi, seorang anak tidak akan memasuki masa pubertas dan tidak akan mampu memiliki keturunan tanpa bantuan khusus.
Pengidap Sindrom Kallmann tidak mengalami lonjakan hormon GnRH ini karena kegagalan di masa perkembangan embrio dan janin. Secara spesifik, hal ini disebabkan oleh kegagalan dalam migrasi saraf-saraf dari epitel olfaktorius ke area hipotalamus di otak yang bertanggung jawab dalam mensintesis GnRH. Tanpa adanya saraf-saraf ini, hipotalamus tidak bisa merangsang produksi hormon di kelenjar pituitari. Dalam kasus ini, kelenjar pituitari tidak menghasilkan luteinizing hormone (LH) dan follicle-stimulating hormone (FSH) yang memicu produksi hormon seks pria dan wanita.
Oleh sebab itu, individu dengan Sindrom Kallmann tidak mengalami pubertas atau tertunda, disertai dengan tidak adanya atau hilangnya kemampuan untuk menghidu (anosmia).
Sindrom Kallmann merupakan kelainan genetik yang diturunkan. Berdasarkan tipe mutasinya, pola pewarisan dapat bersifat autosom dominan, autosom resesif, atau terkait dengan pewarisan kromosom X (X-linked).
Pola pewarisan sering bersifat X-linked, sehingga prevalensinya lebih banyak pada pria. Tepatnya, lima kali lipat lebih banyak pada anak laki-laki ketimbang anak perempuan atau kurang lebih 1:30.000 pada anak laki-laki dibandingkan dengan 1:125.000 pada anak perempuan.
Baca Juga : Penyakit Addison – Penyebab, Gejala, Diagnosa dan Pengobatannya
Berikut ini adalah beberapa daftar gen yang mengalami mutasi genetik berdasarkan pola pewarisan Sindrom Kallmann:
Bergantung pada mutasi dan gen yang terpengaruh, pembawa atau carrier Sindrom Kallman tidak punya pilihan selain menghasilkan keturunan menggunakan teknologi reproduksi berbantu untuk mencegah penularan gen ini ke keturunannya.
Individu dengan Sindrom Kallmann tidak mengalami perkembangan seksual dan sistem reproduksi yang sempurna. Karenanya, selain masalah infertilitas, baik pria maupun wanita dengan sindrom ini tidak memiliki karakteristik seksual sekunder yang jelas saat mencapai masa pubertas.
Berdasarkan usia dan fase perkembangannya, berbagai perubahan yang terkait dengan Sindrom Kallmann dapat dideteksi. Bayi atau anak laki-laki memiliki penis yang kecil (mikropenis) dan testis yang tidak turun (kriptorkidismus). Setelah pubertas atau saat individu telah mencapai usia dewasa, pria dengan Sindrom Kallmann akan menunjukkan fitur yang berhubungan dengan hipogonadisme dan tidak adanya hormon testosteron:
Selain itu, pria dewasa yang mengidap Sindrom Kallmann biasanya terlihat seperti remaja, karena beberapa karakteristik di masa kanak-kanak berlanjut hingga dewasa.
Baca Juga : 5 Penyebab Infertilitas pada Pria, Apa dan Bagaimana Mengatasinya
Gejala umum Sindrom Kallmann pada wanita adalah amenorea (tidak haid) primer dan tidak lengkap atau tidak adanya perkembangan payudara selama masa pubertas
Karena kurangnya hormon seks, seperti estrogen, wanita dengan sindrom ini mengalami siklus anovulasi, yakni tidak adanya sel telur yang dilepaskan setiap bulannya. Dengan kata lain, mereka mengalami masalah infertilitas.
Baca juga: Bunda Tanya Infertilitas pada Wanita?
Gejala Sindrom Kallmann yang sama-sama terjadi pada kedua jenis kelamin adalah hilangnya sebagian atau seluruh indera penghidu (indera penciuman), akibat perkembangan bulbus olfaktorius (saraf penghidu) yang tidak sempurna. Selain itu, individu yang terdampak juga mengalami perubahan-perubahan berikut:
Dalam mendiagnosis Sindrom Kallmann, dokter biasanya akan memulai dengan pemeriksaan fisik dan wawancara medis yang mendalam soal gejala yang dialami, terutama yang berkaitan dengan pubertas yang tertunda dan gangguan pada indera penghidu. Oleh karena ini adalah kondisi yang diwariskan, dokter mungkin juga akan bertanya tentang keluarga atau kerabat yang juga mengalami kelainan pubertas atau masalah kesuburan.
Untuk mendiagnosis apakah seseorang benar-benar mengidap Sindrom Kallmann, berikut adalah beberapa pemeriksaan yang mungkin dilakukan:
Sindrom Kallmann biasanya diobati dengan terapi penggantian hormon. Terapi ini diberikan kepada anak laki-laki dan perempuan.
Anak laki-laki membutuhkan hormon testosteron yang memungkinkan mereka tumbuh dan berkembang selama masa pubertas. Anak perempuan membutuhkan hormon wanita, estrogen dan progesteron. Bila mereka ingin memiliki keturunan kelak, keduanya juga memerlukan hormon lain agar tubuhnya mampu memproduksi sel sperma dan sel telur.
Pilihan terapi penggantian hormon dapat berupa:
Terapi penggantian hormon bersifat jangka panjang. Jenis hormon dan cara pemberiannya akan bergantung pada usia atau tahap perkembangan individu. Selain membantu perkembangan selama masa pubertas, hormon-hormon ini penting bagi tubuh anak, khususnya untuk kekuatan tulang dan mengurangi risiko osteoporosis di kemudian hari.
Bila diperlukan obat-obat tertentu untuk melengkapi produksi hormon, tes berkala diperlukan untuk memastikan bahwa pengobatan tersebut efektif. Dosis dan kombinasi obat yang digunakan mungkin perlu disesuaikan dari waktu ke waktu.
Terkait dengan gangguan pada indera penghidu, sampai saat ini belum ada cara untuk mengobatinya. Namun, individu perlu waspada bahwa tidak mampu menghidup dengan baik bisa berbahaya, karena seseorang tidak dapat membaui adanya asap atau makanan yang sudah basi.
Jika Ayah Bunda mengalami gejala seperti yang disebutkan di atas, konsultasikan dengan dokter segera. Sampai saat ini belum ada cara untuk bisa menyembuhkan Sindrom Kallmann. Perawatan jangka panjang dengan terapi hormonal diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan yang normal, dan agar individu dapat memiliki keturunan di masa depan. Baik pengidap maupun pembawa gen Sindrom Kallmann tidak punya pilihan lain, selain program bayi tabung untuk mencegah keturunannya mewarisi gen ini.
Jika Anda belum hamil setelah satu tahun usia pernikahan, kami menyarankan Anda untuk melakukan pemeriksaan kesuburan dengan spesialis fertilitas kami.
Buat janji konsultasi dengan menghubungi kami di (021) 50200800 atau chat melalui Whatsapp melalui tombol di bawah.
Luteinizing hormone (LH) adalah salah satu hormon gonadotropin yang dikeluarkan oleh kelenjar pituitari otak. Hormon ini penting dalam proses pubertas dan fungsi seksual yang normal.
Luteinizing hormone (LH) adalah salah satu jenis hormon gonadotropin yang diproduksi oleh kelenjar pituitari otak pria maupun wanita. Hormon ini dikeluarkan sebagai respon terhadap rangsangan gonadotropin-releasing hormone (GnRH), yang dilepaskan oleh hipotalamus otak.
Kadar LH berfluktuasi, khususnya selama siklus menstruasi. Oleh sebab itu, kadar LH yang tinggi atau rendah pada satu waktu tidak serta merta berarti baik atau buruk. Namun, bila kadarnya terus-menerus rendah, ini dapat menandakan bahwa kelenjar pituitari tidak cukup memproduksi LH yang diperlukan untuk mendukung perkembangan organ seksual dan proses reproduksi yang normal.
Sebelum membahas lebih jauh soal kekurangan hormon LH, mari memahami terlebih dulu soal hormon gonadotropin. Ini adalah hormon yang diproduksi kelenjar pituitari otak, yang memicu perkembangan proses pubertas. Ada dua hormon gonadotropin utama, yakni follicle-stimulating hormone (FSH) dan luteinizing hormone (LH).
Pada anak perempuan, kedua hormon ini memberi sinyal ke ovarium untuk memproduksi estrogen dan progesteron. Selanjutnya, kedua hormon ini memicu perkembangan payudara, ovulasi, terjadinya menstruasi, dan perubahan lain termasuk pertumbuhan tinggi badan yang cepat dan perubahan bentuk tubuh. Hormon-hormon ini juga merangsang ovarium untuk memproduksi sejumlah kecil testosteron, yang menyebabkan pertumbuhan rambut pubis (area kemaluan), rambut ketiak, dan jerawat. Biasanya, proses pubertas pada anak perempuan ini terjadi antara usia 8 dan 12 tahun.
Pada anak laki-laki, hormon gonadotropin memberi sinyal kepada testis (buah zakar) untuk memproduksi hormon testosteron dan memulai produksi sperma. Testosteron sendiri menyebabkan ukuran penis dan testis membesar, pertumbuhan rambut wajah, suara yang lebih dalam, serta perubahan tubuh lain, seperti pertumbuhan tinggi badan dan pertambahan massa otot yang cepat. Biasanya, proses pubertas pada anak laki-laki ini terjadi antara usia 9 dan 14 tahun.
Apabila kadar hormon gonadotropin FSH atau LH kurang atau rendah, anak-anak tidak akan memasuki masa pubertas atau mengalami hambatan perkembangan pubertas selama masa remaja. Namun, kadar hormon-hormon tersebut tidak perlu ditambahkan atau diganti hingga anak siap memasuki masa pubertas. Sedangkan hormon-hormon seks, seperti testosteron untuk anak laki-laki atau estrogen dan progesteron untuk anak perempuan, akan diberikan untuk menginisiasi dan mempertahankan perkembangan seksual di masa pubertas.
Kekurangan atau defisiensi LH dapat bersifat bawaan maupun didapat. Berdasarkan jalur produksinya, penyebab kekurangan LH dapat ditelusuri lebih jauh, yakni apakah gangguannya di hipotalamus atau di kelenjar pituitari. Kekurangan LH hampir selalu terjadi bersamaan dengan kekurangan FSH oleh karena sel-sel asalnya sama.
Baca Juga : Kenali Fungsi Hormon LH pada Sistem Reproduksi Pria dan Wanita
Penyebab kurangnya hormon LH akibat gangguan di pituitari amat beragam, dan mencakup tumor pituitari, sindrom Sheehan, hiperprolaktinemia, infeksi dan peradangan, cedera pada pembuluh darah otak, dan trauma.
Baca Juga : Kenali Fungsi Hormon FSH pada Sistem Reproduksi Pria dan Wanita
Secara umum, kekurangan LH pada wanita membuat ovarium tidak cukup memproduksi sel telur dan hormon estrogen. Dan pada pria, membuat testis tidak cukup memproduksi sel sperma dan hormon testosteron. Selanjutnya, ini akan menurunkan libido dan memicu kelelahan. Kondisi ini juga membuat pasangan sulit memiliki anak atau mengalami infertilitas. Pada anak, proses pubertas yang memicu perubahan fisik mungkin tidak terjadi atau mungkin terlambat.
Gejala kekurangan LH pada laki-laki maupun perempuan bisa berbeda tergantung kelompok usianya.
Untuk mendiagnosis ada tidaknya kekurangan LH, dokter akan melakukan wawancara medis yang mendalam dan pemeriksaan fisik. Untuk mencari penyebab dan mengonfirmasinya, dokter akan menyarankan beberapa pemeriksaan, seperti:
Pengobatan kekurangan hormon LH bergantung pada penyebab yang mendasari, usia, jenis kelamin, serta status fertilitas yang diinginkan.
Pada usia prapubertas, pemberian terapi pengganti testosteron pada anak laki-laki akan menginduksi pubertas dan perkembangan karakteristik seksual sekunder. Terapi pengganti hormon ini dapat diberikan dalam bentuk koyo transdermal, gel, suntikan intramuskular, dan obat minum. Terapi pengganti testosteron ini harus dimulai pada sekitar usia 12 hingga 14 tahun untuk menginduksi pubertas.
Pada pria yang telah mengalami pubertas, pemberian terapi hormon pengganti dapat memperbaiki tanda dan gejala hipogonadisme. Penggantian testosteron juga membantu mengobati kondisi lain yang terkait dengan kekurangan hormon ini, seperti anemia, menurunnya kepadatan tulang, atrofi otot (otot mengecil), dan berubahnya suasana hati atau kemampuan kognitif.
Pada pria yang menginginkan keturunan, pemberian gonadotropin-releasing hormone (GnRH) akan membantu meningkatkan kesuburan. Berbagai macam gonadotropin tersedia untuk pengobatan dan efeknya pun bervariasi. Rata-rata, diperlukan waktu hingga 2 tahun terapi sebelum sel sperma mulai terbentuk (spermatogenesis).
Pada anak perempuan prapubertas, terapi hormon pengganti dengan estrogen eksternal akan menginduksi pubertas dan perkembangan payudara. Terapi hormon pengganti ini dapat diberikan dalam bentuk oral estradiol, oral estrogen terkonjugasi, gel, dan koyo transdermal. Usia terbaik untuk memulai terapi estrogen bersifat individual dengan mempertimbangkan faktor-faktor, seperti usia, usia tulang, tinggi badan absolut, dan isu-isu psikososial.
Pada wanita yang menginginkan keturunan, tentunya proses ovulasi harus terjadi. Ovulasi merupakan hasil dari adanya lonjakan drastis kadar LH di tengah siklus menstruasi normal, dan ini tidak bisa terjadi hanya dengan pemberian terapi pengganti estrogen. Untuk menginduksi ovulasi pada wanita dengan kekurangan hormon LH, terapi estrogen perlu dikombinasi dengan pemberian hormon gonadotropin sintetis, yang dapat berupa human chorionic gonadotropin (HCG) atau human menopausal gonadotropin (HMG).
Baca Juga : Peran Penting Hormon Beta-hCG Pada Terapi Mencapai Kehamilan
Wanita dengan hipogonadisme hipogonadotropik yang terkait dengan stres biasanya gejala membaik setelah penyebab stres dihilangkan. Kenaikan berat badan juga dapat memulihkan kondisi ini, bila memang disebabkan oleh penurunan berat badan dan jaringan lemak yang drastis.
Kekurangan hormon LH akibat kelainan pada pituitari diobati sesuai dengan penyebabnya dan ketidakseimbangan hormon-hormon yang terlibat. Misalnya, hiperprolaktinemia yang disebabkan oleh adenoma pituitari diobati dengan agonis dopamin dan umumnya berespon baik terhadap pengobatan. Sedangkan prolaktinoma yang resisten dengan obat, memerlukan pembedahan dan pemantauan yang ketat.
Setiap individu yang memulai terapi hormon ini memerlukan kunjungan perawatan yang rutin, yakni setiap 4-6 bulan sekali. Terkadang, diperlukan penyesuaian dosis untuk memastikan bahwa perubahan yang terjadi tidak terlalu lambat maupun terlalu cepat. Untuk alasan yang sama, rontgen tangan kiri untuk menentukan usia tulang dan pemeriksaan darah akan dilakukan pada beberapa kunjungan rutin ini. Setelah proses pertumbuhan dan pubertas ini selesai, dapat ditentukan dosis hormon yang tetap. Interval kunjungan juga menjadi lebih panjang, yakni setiap 6 hingga 12 bulan.
Terapi pengganti hormon seks (estrogen pada wanita dan testosteron pada pria) diberikan hingga dewasa. Meski tidak mengancam jiwa kalau terapi ini dihentikan, pemberian hormon jelas memberi manfaat bagi kehidupan normal di masa dewasa. Individu dan tim medis yang merawat juga dapat mempertimbangkan apakah ingin mengurangi atau menghentikan terapi pengganti hormon seks di akhir masa dewasanya.
Dengan terapi hormon pengganti, setiap individu mampu memiliki perkembangan dan fungsi seksual yang normal di masa dewasa. Namun, kondisi kurangnya LH dan gonadotropin secara umum akan memengaruhi kemampuan untuk memiliki keturunan di masa depan. Oleh sebab itu, setiap individu dengan kondisi ini perlu berkonsultasi dengan dokter ahli fertilitas bila berencana untuk memiliki keturunan.
Kecurigaan akan kekurangan luteinizing hormone (LH) perlu dikenali sejak dini agar seorang anak bisa mengalami proses pubertas dan pertumbuhan yang normal. Kondisi ini tidak menutup kemungkinan bagi pengidapnya untuk memiliki keturunan di masa depan, sepanjang kekurangan hormon segera dikoreksi dan diobati oleh ahlinya.
Jika Anda belum hamil setelah satu tahun usia pernikahan, kami menyarankan Anda untuk melakukan pemeriksaan kesuburan dengan spesialis fertilitas kami.
Buat janji konsultasi dengan menghubungi kami di (021) 50200800 atau chat melalui Whatsapp melalui tombol di bawah.
Ditinjau secara medis oleh dr. Fiona Amelia, MPH Medical Writer Ditulis oleh dr. Fiona Amelia, MPH · Tanggal diperbarui 15/11/2022 Apa Itu Sifilis? Sifilis…
Selengkapnya
Likopen dalam tomat berfungsi sebagai antioksidan yang menyeimbangkan radikal bebas, sehingga memperbaiki kualitas sperma, meningkatkan jumlah, motilitas, serta bentuk sperma. Konsumsi rutin tomat matang…
Selengkapnya
Sonohisterografi merupakan prosedur diagnostik yang non-invasif dan minim komplikasi. Kalaupun terjadi, komplikasi paling umum adalah infeksi pascaprosedur. Sonohisterografi (SIS) adalah prosedur diagnostik aman tanpa…
Selengkapnya
Sel telur (ovum) adalah sel gamet wanita yang bersifat haploid dan mengandung 23 kromosom. Fungsinya adalah menyediakan setengah materi genetik dalam proses fertilisasi, serta…
Selengkapnya
Program bayi tabung atau bahasa medisnya in vitro fertilization (IVF) adalah salah satu jenis teknologi reproduksi berbantu (TRB), yang digunakan untuk membantu pasangan infertil, yakni yang sulit hamil atau mendapatkan keturunan. Tujuan utamanya adalah mencapai kehamilan yang sehat dan sukses.
Meski semakin berkembang, angka kesuksesan program bayi tabung dengan sel telur beku masih belum konsisten. Praktik kriopreservasi atau pembekuan sel telur (egg freezing) semakin…
Selengkapnya
Waktu yang tepat untuk membekukan sel telur mungkin berbeda dengan waktu ketika kualitas sel telur dianggap terbaik. Dalam beberapa dekade terakhir, usia rata-rata wanita…
Selengkapnya
Penyakit celiac adalah gangguan autoimun serius yang dipicu oleh konsumsi gluten, protein yang ditemukan dalam gandum, barley, rye, dan beberapa jenis oat. Kondisi ini…
Selengkapnya
Sindrom Kallmann adalah salah satu penyebab infertilitas yang melibatkan gangguan indra penciuman dengan gangguan hormon seks. Sindrom Kallmann, atau disebut juga Sindrom Maestre-Kallmann-Morsier, adalah…
Selengkapnya
Luteinizing hormone (LH) adalah salah satu hormon gonadotropin yang dikeluarkan oleh kelenjar pituitari otak. Hormon ini penting dalam proses pubertas dan fungsi seksual yang…
Selengkapnya