Pentingnya Tahap Gastrulasi dalam Proses Perkembangan Embrio
Gastrulasi adalah proses penting dalam perkembangan embrio manusia yang terjadi pada minggu ke-3 kehamilan. Proses ini mengubah struktur embrio dari dua lapis sel (epiblas…
Selengkapnya
Detail: https://bocahindonesia.com/dokter-fertilitas-terbaik-di-jakarta/dr-fiona-amelia/
Bio: Setelah lulus dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, dokter Fiona melayani sebagai dokter Pegawai Tidak Tetap (PTT) dari Kementerian Kesehatan RI di salah satu desa terpencil di Kabupaten Luwuk-Banggai, Sulawesi Tengah. Pengalaman ini membawanya untuk melanjutkan S2 dalam bidang International Health di Universitas Gadjah Mada 2010, Yogyakarta.
Sebagai salah satu prosedur diagnostik kelainan organ kandungan, sonohisterografi atau SIS mampu menampilkan kelainan dinding rahim yang lebih superior dibandingkan dengan pemeriksaan lain yang lebih rutin dilakukan. Hasilnya akurat sebab kelainan yang ada di dinding rahim mampu dibedakan dengan baik dengan kelainan di lapisan rahim lainnya. SIS juga memiliki kelebihan tambahan, yakni dapat menilai patensi tuba di saat bersamaan dengan cukup presisi.
Dalam kasus infertilitas, histerosalpingografi (HSG) lebih dipilih. Kemampuannya untuk memvisualisaikan seluruh saluran tuba falopii membuatnya lebih unggul ketimbang SIS. Namun, SIS lebih baik dalam mendiagnosis kasus perdarahan rahim yang tidak normal dan dapat digunakan sebagai alat skrining sebelum dilakukan MRI panggul.
Salah satu kelemahan SIS adalah prosedurnya agak menimbulkan nyeri dan dapat menyebabkan infeksi bila prosedur asepsis tidak memadai.
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Ut elit tellus, luctus nec ullamcorper mattis, pulvinar dapibus leo.
Bisa disimpulkan bahwa bila mempertimbangkan biaya yang dikeluarkan dan akurasi pemeriksaan, SIS merupakan salah satu prosedur diagnostik yang unggul. SIS juga mudah dilakukan, tidak memakan waktu, dan dapat diterapkan pada berbagai kasus ginekologi yang sering ditemukan.
Jika Anda belum hamil setelah satu tahun usia pernikahan, kami menyarankan Anda untuk melakukan pemeriksaan kesuburan dengan spesialis fertilitas kami.
Buat janji konsultasi dengan menghubungi kami di (021) 50200800 atau chat melalui Whatsapp melalui tombol di bawah.
Sel telur (ovum) adalah sel gamet wanita yang bersifat haploid dan mengandung 23 kromosom. Fungsinya adalah menyediakan setengah materi genetik dalam proses fertilisasi, serta mendukung perkembangan embrio melalui sitoplasma dan organel penting seperti mitokondria.
Sel telur adalah sel kelamin perempuan yang bertanggungjawab dalam proses reproduksi wanita. Sel ini, yang dibentuk melalui proses oogenesis, memiliki potensi untuk berkembang menjadi organisme baru ketika bersatu dengan sel sperma.
Sel telur bersifat haploid, yakni mengandung setengah jumlah kromosom yang ditemukan dalam sel induk.
Sel telur atau bahasa medisnya ‘ovum’, terdiri dari tiga lapisan utama, yakni:
Bagian dalam sel telur terdiri dari sitoplasma dan nukleus atau inti. Sitoplasma adalah substansi seperti gel yang “memegang” semua struktur internal sel, yang disebut organel. Semua aktivitas penting sel, yang menjaganya tetap hidup dan berfungsi normal, berlangsung di dalam sitoplasma. Di dalam sitoplasma terdapat mitokondria, yakni organel terpenting yang memasok sebagian besar energi untuk sel.
Nukleus adalah “jantung” dari sel telur. Di dalam organ inilah terkandung materi genetik (DNA) yang sangat penting untuk perkembangan embrio. Sebuah sel telur, seperti juga sel sperma, mengandung separuh jumlah kromosom sel normal, yakni 23 kromosom. Setelah sel telur dan sperma bersatu melalui pembuahan, embrio yang dihasilkan akan memiliki total 46 kromosom normal.
Sel telur adalah salah satu sel terbesar di dalam tubuh manusia, sedangkan sel sperma seringkali menjadi yang terkecil. Sel telur manusia memiliki diameter antara 0,13-0,2 mm, membuatnya bisa terlihat secara kasat mata. Sebaliknya, sel sperma berukuran 3-4 kali lebih kecil daripada sel telur, yakni sekitar 0,05-0,06 mm panjangnya, dan 0,005 mm lebar kepalanya.
Sel telur berkembang dari sel-sel kecil di dalam ovarium, melalui berbagai tahap perkembangan, yang disebut dengan oogenesis. Setiap bulannya, masing-masing ovarium akan bergiliran melepaskan sel telur. Namun, bila salah satu ovarium tidak ada atau tidak berfungsi maka ovarium yang sehat akan terus menyediakan sel telur untuk dilepaskan.
Baca juga: Folikel – Fungsinya Pada Sistem Reproduksi Wanita
Proses oogenesis ini tidak bisa dilepaskan dari folikulegenesis, yakni proses di mana sel telur menjadi matur dan siap dibuahi. Di awal setiap siklus menstruasi, sebanyak 10-20 folikel primer mulai berkembang. Perkembangan folikel ini dipengaruhi oleh follicle-stimulating hormone (FSH), yang dikeluarkan ke dalam darah oleh kelenjar pituitari otak. Pada hari ke-9 siklus menstruasi, hanya satu folikel yang nantinya akan terus berkembang dan melepaskan sel telur. Sisanya, akan mengalami degenerasi. Setelah sel telur matur, kurang lebih di hari ke-14, terjadi lonjakan luteinizing hormone (LH). Lonjakan hormon ini akan memicu folikel yang telah matang untuk melepaskan sel telur matur dalam 24-36 jam kemudian. Inilah yang dikenal dengan sebutan ovulasi. Selanjutnya, sel telur yang mengalami ovulasi akan bergerak ke arah saluran tuba falopii dan siap dibuahi oleh sel sperma.
Baca juga: Fakta Mengenai Sel Telur dan Efeknya pada Kehamilan
Seiring bertambahnya usia, akan ada sel telur yang terus berproses menjadi matur. Namun, ada pula yang tetap tidak aktif selama bertahun-tahun sebelum akhirnya matur, dan ada pula yang tidak pernah berkembang sepenuhnya.
Fungsi utama dari sel telur yakni menyediakan setengah dari materi genetiknya saat dibuahi oleh sel sperma, membentuk zigot, lalu embrio, dan selanjutnya berkembang menjadi individu baru. Fungsi lain dari sel telur, yaitu:
Sel telur yang berfungsi baik tentu memiliki kualitas yang baik. Namun sayangnya, tidak ada tes atau pemeriksaan yang bisa langsung memeriksa kualitas sel telur. Teknik terbaik yang ada untuk menilai kualitas sel telur adalah mengukur apa yang disebut sebagai cadangan ovarium (ovarian reserve). Pemeriksaannya disebut tes cadangan ovarium atau ovarian reserve testing.
Tes ini biasanya dilakukan untuk mengevaluasi potensi kesuburan seorang wanita. Hasil pemeriksaan tersebut akan diinterpretasikan sebagai perbandingan dengan wanita yang seusia dengan individu yang diperiksa. Tes cadangan ovarium terdiri dari tes darah yang mengukur kadar hormon FSH dan anti-mullerian hormone (AMH), serta pemeriksaan ultrasonografi transvaginal untuk memperkirakan jumlah sel telur seorang wanita (anthral follicle count/AFC). Hasil pemeriksaan ini dapat membantu memprediksi seberapa baik respon individu terhadap fertility treatment, salah satunya program bayi tabung.
Baca juga: Tes AMH (Anti-Mullerian Hormone) Untuk Program Hamil (bocahindonesia.com)
Satu-satunya cara untuk mengetahui apakah kualitas sel telur itu baik—dalam arti mampu menghasilkan embrio dengan DNA yang normal—adalah dengan mencoba membuahinya dengan sel sperma. Bila pembuahan berhasil, lakukan tes genetik pada embrio untuk mengetahui apakah DNA yang terbentuk normal atau tidak.
Studi menunjukkan bahwa pengaruh usia terhadap kualitas sel telur bersifat konsisten dan universal. Beberapa statistik berikut mendukung pernyataan ini:
Fungsi utama sel telur adalah menyediakan setengah dari materi genetiknya untuk membentuk embrio baru saat dibuahi oleh sperma. Untuk menghasilkan embrio yang sehat, tentu kualitas sel telur harus baik pula. Hal-hal di atas menunjukkan sebuah fakta bahwa usia sel telur sangat menentukan kesuburan seorang wanita. Usia sel telur memengaruhi kemampuannya untuk dibuahi dan menghasilkan kehamilan yang sehat.
Jika Anda belum hamil setelah satu tahun usia pernikahan, kami menyarankan Anda untuk melakukan pemeriksaan kesuburan dengan spesialis fertilitas kami.
Buat janji konsultasi dengan menghubungi kami di (021) 50200800 atau chat melalui Whatsapp melalui tombol di bawah.
Ditinjau secara medis oleh dr. Fiona Amelia, MPH
Medical Writer
Ditulis oleh dr. Fiona Amelia, MPH · Tanggal diperbarui 22/04/2022
In vitro fertilization (IVF) atau bayi tabung adalah serangkaian prosedur kompleks yang bertujuan untuk mengatasi masalah sulit hamil atau mencegah kelainan genetik tertentu.
Program bayi tabung adalah salah satu jenis teknologi reproduksi berbantu (TRB) yang digunakan untuk membantu pasangan yang mengalami infertilitas, yakni sulit hamil atau mendapatkan keturunan.
Prosedur ini dilakukan dengan proses pengambilan sel telur dan sperma, kemudian pembuahan akan dilakukan di laboratorium. Sel telur yang telah dibuahi dan menjadi embrio akan ditransfer kembali ke dalam rahim wanita.
Baca juga: Mitos dan Fakta Seputar Bayi Tabung
Jenis program hamil teknologi reproduksi berbantu (TRB) ini menjadi opsi untuk mengatasi kasus infertilitas pada pasangan yang belum hamil setelah lama menikah. Atau bisa dilakukan pada wanita yang mengalami keguguran berulang, maupun kondisi-kondisi lain yang bisa menyulitkan terjadinya kehamilan alami.
Pada umumnya, program hamil ini dilakukan bila terdapat kondisi-kondisi berikut:
Sebelum menjalani program IVF, pasangan suami istri dapat mencoba pilihan yang kurang lebih invasif, seperti penggunaan obat-obatan penyubur untuk meningkatkan produksi sel telur maupun inseminasi buatan.
Sebelum memulai siklus IVF, Ayah dan Bunda perlu menjalani berbagai skrining, yang meliputi:
Program hamil ini memiliki proses yang kompleks karena pasangan suami istri harus melalui berbagai tahapan untuk mendapatkan kehamilan.
Secara umum, terdapat 5 tahap pada prosesnya, yakni induksi ovulasi, pengambilan sel telur (ovum pick up), pengambilan sperma, pembuahan, hingga transfer embrio.
Siklus bayi tabung dimulai dengan pemberian hormon sintetis untuk menstimulasi ovarium agar dapat memproduksi banyak sel telur.
Diperlukan banyak sel telur oleh karena sebagian tidak dapat dibuahi atau berkembang secara normal setelah pembuahan. Obat-obatan yang digunakan, di antaranya:
Kadang-kadang, siklus harus dibatalkan sebelum proses pengambilan sel telur karena salah satu alasan berikut:
Pengambilan sel telur atau yang juga disebut ovum pick-up (OPU) atau pungsi folikel ini merupakan prosedur bedah untuk mengambil dan mengumpulkan sel telur yang sudah matang. Proses ini dapat dilakukan 34-36 jam setelah injeksi terakhir dan sebelum ovulasi
Beberapa hal yang perlu diperhatikan selama proses pengambilan sel telur, yakni:
Umumnya, sampel cairan sperma akan diambil pada pagi hari pengambilan sel telur.
Kemudian, sampel akan dikumpulkan melalui masturbasi. Meski pada beberapa kondisi diperlukan tindakan lanjutan dalam pengambilan sampel sperma atau biopsi testis. Setelah cairan sperma terkumpul maka sampelnya akan dicuci agar potensi peluang pembuahannya semakin meningkat.
Proses pembuahan terjadi ketika sel telur dan sel sperma bertemu pada tahap ini. Ada dua cara pembuahan yang bisa terjadi, yaitu:
Tahapan ini disebut dengan kultur embrio dimana embrio ditempatkan di dalam inkubator agar tumbuh kembangnya optimal.
Setelah kultur, embrio dengan kualitas terbaik akan dipilih untuk ditransfer ke dalam rahim wanita. biasanya, antara 1 sampai 2 embrio yang ditransfer.
Tiga embrio juga dapat ditransfer tergantung kebijakan setempat dan tempat prosedur. Embrio berkualitas baik yang tidak ditransfer akan dibekukan untuk digunakan di kemudian hari.
Transfer embrio dilakukan antara 2 sampai 5 hari setelah pengambilan sel telur. Prosesnya adalah sebagai berikut:
Jika proses tersebut sukses, maka embrio akan berimplantasi atau menempel pada dinding rahim sekitar 6-10 hari setelah pengambilan sel telur.
Setelah embrio ditransfer ke dalam rahim, Bunda dapat melanjutkan aktivitas sehari-hari. Namun, kondisi ovarium tentu masih bengkak. Oleh sebab itu, Bunda disarankan untuk menghindari aktivitas yang berlebihan sehingga bisa menimbulkan ketidaknyamanan.
Efek samping yang umum, antara lain:
Jika muncul gejala nyeri sedang atau berat pasca transfer embrio, segera hubungi dokter. Dokter akan mengevaluasi ada tidaknya komplikasi seperti infeksi, ovarium terpelintir (torsi ovarium) serta sindrom hiperstimulasi ovarium yang berat.
Untuk memastikan ada tidaknya kehamilan pasca prosedur bayi tabung, dilakukan pemeriksaan-pemeriksaan berikut:
Bunda akan melakukan pemeriksaan kadar hormon beta-hCG yang merupakan hormon kehamilan setelah dua minggu melakukan transfer embrio.
Meski dapat dideteksi melalui test pack urine, pemeriksaan ini kurang disarankan karena tidak sensitif untuk mendeteksi kehamilan dini. Interpretasi hasil pemeriksaan hormon beta-hCG melalui darah adalah sebagai berikut:
Namun, bila kadar hCG pada pemeriksaan kedua tidak meningkat dua kali lipat atau malah menurun, pemeriksaan dapat diulang lagi 48 jam kemudian. Tergantung pada situasi, ada kemungkinan bahwa kehamilan tidak terjadi. Kadar hCG tidak meningkat atau mulai menurun ketika kehamilan tidak berjalan secara normal.
Bila kadar hCG meningkat sesuai yang diharapkan, USG perut dapat dilakukan 3-4 minggu setelah transfer embrio. Di waktu ini (setara dengan usia kehamilan 5-6 minggu), biasanya sudah bisa dilihat adanya kantong kehamilan di dalam rahim.
Dan pada usia kehamilan 6-6,5 minggu (4-4,5 minggu setelah transfer embrio), detak jantung janin sudah bisa dilihat dan didengar.
Pada sebagian besar kasus, perawatan antenatal dimulai pada usia kehamilan 6-10 minggu (4-8 minggu setelah transfer embrio). Sejak saat ini, wanita perlu kontrol kehamilan secara rutin sesuai anjuran dokter.
Tingkat kesuksesan bayi tabung berbeda-beda setiap pasien. Angka keberhasilan di Bocah Indonesia sendiri lebih tinggi dibandingkan data HFEA 2022 (per Juli 2024), yang melaporkan bahwa rerata keberhasilan untuk fresh cycle sebesar 31% dan frozen cycle sebesar 36%.
Angka keberhasilan Bocah Indonesia juga lebih tinggi dibandingkan data keberhasilan IVF rerata VARTA 2023. Laporan VARTA 2023 (Data Juni 2022 – Juli 2023) melaporkan bahwa rerata keberhasilan fresh dan frozen cycle sebesar 35.4%. Rerata angka keberhasilan Bayi Tabung di Indonesia menurut data PERFITRI pada tahun 2017 adalah 29%.
Berikut adalah angka keberhasilan Bocah Indonesia untuk periode 2024:
Total 48% Berhasil hamil
Angka keberhasilan sesuai usia untuk fresh cycle menurut HFEA 2022:
Angka keberhasilan sesuai usia menurut VARTA 2023 adalah:
Total: 35,4% Berhasil hamil
Satu siklus bayi tabung memakan waktu kurang lebih 3 minggu. Bahkan, ada kalanya tahapan ini dibagi menjadi beberapa bagian dan prosesnya memakan waktu lebih lama.
Biaya program bayi tabung beragam tergantung kondisi masing-masing pasien serta tergantung jenis pemeriksaan yang disyaratkan, jenis dan dosis obat-obatan, serta jumlah siklus yang perlu dilalui untuk bisa hamil. Hingga kini, program hamil berbantu ini belum ditanggung oleh asuransi maupun BPJS.
Hingga kini, tidak ada aturan pasti terkait berapa kali bayi tabung bisa dilakukan. Salah satu yang pernah melakukan program hamil berbantu lebih dari sekali ini adalah penyanyi Coco Lee. Ia dan sang suami pernah melakukan IVF sebanyak 9 kali setelah 12 tahun usia pernikahan belum mendapatkan keturunan.
Sebelum memutuskan menjalani program bayi tabung, sebaiknya konsultasikan terlebih dahulu ke dokter. Pastikan Ayah Bunda sudah yakin secara mental dan finansial. Sebab dibutuhkan kesabaran dan konsistensi dalam menjalani setiap tahapan siklusnya agar bisa mencapai hasil yang betul-betul optimal.
Biaya program bayi tabung bisa tinggi, tergantung jenis pemeriksaan yang disyaratkan, jenis dan dosis obat-obatan, serta jumlah siklus yang perlu dilalui untuk bisa hamil.
Biaya di Indonesia memakan biaya mulai dari 40 juta per siklus dan sampai saat ini belum ada asuransi yang menanggung prosedur ini.
Meski demikian, pada kasus-kasus infertilitas berat, ini merupakan bentuk paling efektif dari teknologi reproduksi berbantu.
Sebelum memutuskan untuk menjalaninya, pastikan Anda dan pasangan sudah yakin secara mental dan finansial.
Diperlukan kesabaran dan konsistensi dalam menjalani setiap tahapan siklus bayi tabung, agar bisa mencapai hasil yang betul-betul optimal.
Jika Anda mencari alternatif program hamil berbantu, kami menyediakan layanan IVF untuk Anda. Silakan isi formulir di bawah. Tim kami akan segera menghubungi Anda!
Layanan IVF diperuntukkan bagi pasangan suami istri yang telah 1 tahun menikah belum memiliki keturunan dan juga memiliki masalah infertilitas. Jika Anda mengalami keduanya, segera konsultasikan bersama ahlinya!
Meski semakin berkembang, angka kesuksesan program bayi tabung dengan sel telur beku masih belum konsisten.
Praktik kriopreservasi atau pembekuan sel telur (egg freezing) semakin dikenal di seluruh dunia. Ini merupakan teknik yang dipilih untuk melestarikan kesuburan pada kasus-kasus keganasan reproduksi, oleh karena sederhana dan mudah dilakukan. Teknik ini juga memungkinkan wanita untuk memiliki otonomi dalam proses reproduksi sehingga mereka dapat mengatur kehidupan pribadi dan profesional tanpa “dihantui” oleh kesuburan yang berkurang seiring dengan bertambahnya usia.
Sekitar 15 tahun terakhir, ada banyak studi yang meneliti penggunaan sel telur beku dalam program bayi tabung. Angka kelahiran hidup menggunakan sel telur beku ini sangat bergantung pada usia wanita saat sel telur dibekukan dan banyaknya sel telur yang dibekukan. Usia saat terjadinya kehamilan itu sendiri tidak berpengaruh.
Pada prinsipnya, semakin muda usia wanita, semakin banyak sel telur yang bisa diambil untuk dibekukan dan semakin baik pula kualitasnya. Hasil beberapa studi menemukan bahwa angka kelahiran hidup bisa menyentuh 50 persen atau lebih ketika jumlah sel telur yang dibekukan mencapai 15 atau lebih.
Dengan semakin dikenalnya teknik pembekuan sel telur, tentu semakin banyak pula siklus bayi tabung yang menggunakan sel telur beku. Namun, apakah teknik ini betul efektif? Dalam arti, memberikan angka kehamilan dan kelahiran hidup yang setara atau bahkan lebih baik daripada sel telur segar?
Berikut adalah ringkasan hasil dari beberapa studi yang membandingkan angka kesuksesan program bayi tabung dengan sel telur segar dan sel telur beku.
Berdasarkan hasil-hasil studi di atas, secara umum bisa disimpulkan bahwa seiring makin berkembangnya program bayi tabung dengan sel telur beku, angka kehamilan dan kelahiran hidup dari teknik ini pun semakin membaik.
Meski masih ada pro dan kontra terkait efektivitasnya, studi-studi yang sudah ada merekomendasikan penggunaan sel telur yang dibekukan sebagai alternatif yang masuk akal bagi sel telur segar. Dengan demikian, penyimpanan sel telur (egg banking) menjadi sangat mungkin.
Di samping itu, dibandingkan dengan pembekuan embrio, pembekuan sel telur memberi beberapa keuntungan lebih. Pertama, proses ini terhindar dari isu etika dan hukum terkait pembuatan embrio. Kedua, sel telur adalah milik satu orang–berbeda dengan embrio yang merupakan miliki bersama–sehingga tidak ada risiko terkait persetujuan penggunaan di masa mendatang. Pembekuan sel telur ini juga melindungi kemampuan wanita untuk bereproduksi di kemudian hari. Terakhir, biaya pembekuan sel telur lebih murah daripada pembekuan embrio.
Namun, setiap prosedur pasti tidak sempurna. Salah satu kekurangan dari pembekuan sel telur adalah kemampuannya bertahan hidup dalam proses pembekuan lebih kecil daripada embrio. Yakni, sekitar 80-90 persen untuk sel telur beku dibandingkan dengan >95 persen untuk blastokista embrio.
Jika Anda belum hamil setelah satu tahun usia pernikahan, kami menyarankan Anda untuk melakukan pemeriksaan kesuburan dengan spesialis fertilitas kami.
Buat janji konsultasi dengan menghubungi kami di (021) 50200800 atau chat melalui Whatsapp melalui tombol di bawah.
Waktu yang tepat untuk membekukan sel telur mungkin berbeda dengan waktu ketika kualitas sel telur dianggap terbaik.
Dalam beberapa dekade terakhir, usia rata-rata wanita saat melahirkan untuk pertama kali terus meningkat. Di tahun 2023, tim peneliti dari Universitas Indiana merilis temuan studinya bahwa saat ini, usia rata-rata perempuan saat memiliki anak pertama kali adalah 26,4 tahun. Penyebab wanita menunda kehamilannya diduga bersifat multifaktorial, berasal dari faktor sosial, tingkat pendidikan, dan ekonomi seorang wanita. Penundaan dalam upaya memiliki anak ini tentu berimbas pada peningkatan kasus infertilitas terkait usia.
Saat ini, pengobatan standar hanya bisa mengatasi sebagian masalah infertilitas yang terkait dengan penuaan. Namun, dengan ditemukannya kriopreservasi atau pembekuan sel telur, ada cara alternatif untuk melestarikan kesuburan wanita lajang yang belum siap untuk hamil.
Pembekuan sel telur mampu “membekukan” kualitas sel telur saat itu, yakni sel telur muda yang diambil, sehingga memungkinkan tingkat keberhasilan kehamilan tetap tinggi. Studi pada program bayi tabung yang menggunakan donor sel telur menemukan bahwa penggunaan sel telur beku terbukti mampu memberikan tingkat kelahiran hidup yang sebanding dengan sel telur segar.
Di balik pencapaian itu, sesungguhnya ada satu pertanyaan mendasar, kapan usia atau waktu yang paling tepat untuk membekukan sel telur?
Benar adanya bahwa kesuburan wanita menurun seiring bertambahnya usia. Hal ini terkait langsung dengan jumlah sel telur yang tersisa di ovarium dan juga kualitasnya. Tidak semua sel telur mampu dibuahi atau menghasilkan embrio yang layak untuk hidup. Secara umum, kesuburan wanita mulai menurun sejak akhir usia 20-an atau awal usia 30-an. Setelah usia 35 tahun, kesuburan wanita cenderung menurun lebih cepat karena cadangan sel telur semakin menipis.
Pembekuan sel telur telah berkembang sejak lebih dari 30 tahun silam. Keberhasilannya bergantung pada berbagai faktor, seperti usia wanita saat sel telur dibekukan, indikasi, jumlah sel telur yang dibekukan, dan metode pembekuannya. Namun, dari semua faktor ini, usia saat pembekuan adalah yang paling krusial. Prinsip “semakin muda semakin baik” ada benarnya, tetapi belum tentu efisien.
Studi oleh Doyle dkk. menunjukkan bahwa angka kelahiran hidup dari sel telur beku menurun seiring dengan meningkatnya usia (7,4 persen untuk usia <30 tahun, 7 persen untuk usia 30–34 tahun, 6,5 persen untuk usia 35–37 tahun, dan 5,2 persen untuk usia ≥38 tahun). Walaupun pembekuan sel telur di usia yang lebih muda dapat memaksimalkan jumlah dan kualitas sel telur, wanita cenderung tidak memanfaatkannya di masa mendatang. Ini karena mayoritas wanita muda akan hamil secara alami atau merencanakan cara lain untuk memiliki anak.
Di sisi lain, pembekuan sel telur pada usia lanjut, yakni di atas 40 tahun, jarang berhasil. Pembekuan pada usia lanjut membutuhkan lebih banyak siklus pengambilan sel telur—oleh karena jumlah dan kualitas sel telur sudah jauh berkurang—sehingga meningkatkan beban fisik, mental, dan finansial individu. Dengan kata lain, harus ada keseimbangan antara manfaat yang diharapkan dan efektivitas biaya dalam menentukan usia ideal untuk melakukan pembekuan sel telur.
Nagy dkk. meneliti para wanita yang menjalani pembekuan sel telur elektif dan menemukan bahwa angka kelahiran hidup pada usia <35 tahun lebih besar secara bermakna dibandingkan pada usia 35 tahun (23,8 persen versus 12 persen). Lebih detil lagi, sebuah studi berbasis model di tahun 2015 menyimpulkan bahwa:
Dari hasil studi ini, para pakar menyimpulkan bahwa membekukan sel telur pada usia yang sangat muda (<30 tahun) tidak efisien (hemat biaya) karena kecil kemungkinan sel telur tersebut akan digunakan. Dengan alasan yang sama, menjalani prosedur ini di usia tua (>40 tahun) juga tidak efisien karena peluang keberhasilan kehamilan yang dihasilkan dari sel telur yang diambil sangat rendah.
Oleh sebab itu, usia awal hingga pertengahan 30-an menjadi kelompok usia yang tepat untuk melakukan pembekuan sel telur elektif. Spesifiknya, antara usia 32 hingga 38 tahun menurut studi oleh Polyakov dkk. di tahun 2023. Usia yang lebih muda mungkin direkomendasikan pada individu dengan cadangan ovarium yang berkurang atau berisiko mengalami insufisiensi ovarium prematur (POI).
Membekukan sel telur bisa menjadi cara yang sangat efektif untuk menentukan kapan waktu yang tepat untuk hamil. Secara teori, sel telur bisa dibekukan selama 10 tahun atau bahkan lebih tanpa kualitasnya berkurang. Namun, data studi sampai saat ini hanya tersedia untuk penyimpanan hingga 4 tahun dan sebagian besar klinik fertilitas memiliki batas atas usia di mana sel telur ini bisa digunakan untuk proses kehamilan. Selain itu, ingat bahwa semakin tua usia wanita saat hamil, semakin tinggi peluang terjadinya komplikasi kehamilan, seperti keguguran, tekanan darah tinggi, dan diabetes.
Ketika seorang wanita sudah siap untuk hamil, sel-sel telur yang dibekukan ini akan dicairkan (thawing) hingga mencapai suhu tubuh. Setelah itu, dilakukan penilaian terlebih dulu apakah sel-sel tersebut layak untuk menjalani pembuahan melalui proses injeksi sperma intrasitoplasma (ICSI). Selanjutnya, sel telur yang telah dibuahi akan ditumbuhkan terlebih dulu (kultur embrio) selama 3-5 hari. Setelah itu, embrio dipersiapkan untuk ditransfer ke dalam rahim agar berimplantasi dan menghasilkan kehamilan.
Pembekuan sel telur telah terbukti bisa menjadi salah satu alternatif dalam mencapai kehamilan dengan embrio yang berkualitas. Akan tetapi, usia wanita saat membekukan sel telur menjadi komponen yang sangat krusial. Dengan mempertimbangkan peluang kehamilan dan angka kelahiran hidup, serta efisiensi biaya, hasil studi menemukan bahwa usia terbaik untuk membekukan sel telur adalah di pertengahan usia 30-an, yakni antara usia 32 sampai 38 tahun.
Jika Anda belum hamil setelah satu tahun usia pernikahan, kami menyarankan Anda untuk melakukan pemeriksaan kesuburan dengan spesialis fertilitas kami.
Buat janji konsultasi dengan menghubungi kami di (021) 50200800 atau chat melalui Whatsapp melalui tombol di bawah.
Gastrulasi adalah proses penting dalam perkembangan embrio manusia yang terjadi pada minggu ke-3 kehamilan. Proses ini mengubah struktur embrio dari dua lapis sel (epiblas…
Selengkapnya
Sebagian besar kejadian abortus atau keguguran disebabkan oleh kelainan genetik, membuat komplikasi kehamilan ini sulit dicegah. Secara definisi, abortus atau keguguran adalah terhentinya kehamilan…
Selengkapnya
Kriopreservasi sel telur adalah teknik pelestarian sel reproduksi wanita dengan cara membekukannya untuk digunakan di kemudian hari. Banyak wanita ingin memiliki keturunan suatu saat.…
Selengkapnya
Bayi prematur adalah bayi-bayi yang terlahir sebelum waktunya, yakni sebelum usia kehamilan genap 37 minggu atau >3 minggu sebelum hari perkiraan lahir. Sebuah kehamilan…
Selengkapnya
Ditinjau secara medis oleh dr. Fiona Amelia, MPH Medical Writer Ditulis oleh dr. Fiona Amelia, MPH · Tanggal diperbarui 15/11/2022 Apa Itu Sifilis? Sifilis…
Selengkapnya
Likopen dalam tomat berfungsi sebagai antioksidan yang menyeimbangkan radikal bebas, sehingga memperbaiki kualitas sperma, meningkatkan jumlah, motilitas, serta bentuk sperma. Konsumsi rutin tomat matang…
Selengkapnya
Sonohisterografi merupakan prosedur diagnostik yang non-invasif dan minim komplikasi. Kalaupun terjadi, komplikasi paling umum adalah infeksi pascaprosedur. Sonohisterografi (SIS) adalah prosedur diagnostik aman tanpa…
Selengkapnya
Sel telur (ovum) adalah sel gamet wanita yang bersifat haploid dan mengandung 23 kromosom. Fungsinya adalah menyediakan setengah materi genetik dalam proses fertilisasi, serta…
Selengkapnya
Program bayi tabung atau bahasa medisnya in vitro fertilization (IVF) adalah salah satu jenis teknologi reproduksi berbantu (TRB), yang digunakan untuk membantu pasangan infertil, yakni yang sulit hamil atau mendapatkan keturunan. Tujuan utamanya adalah mencapai kehamilan yang sehat dan sukses.
Meski semakin berkembang, angka kesuksesan program bayi tabung dengan sel telur beku masih belum konsisten. Praktik kriopreservasi atau pembekuan sel telur (egg freezing) semakin…
Selengkapnya
Waktu yang tepat untuk membekukan sel telur mungkin berbeda dengan waktu ketika kualitas sel telur dianggap terbaik. Dalam beberapa dekade terakhir, usia rata-rata wanita…
Selengkapnya