Beranda » BLOG » Program Hamil » Kesehatan Reproduksi » Mengenal Fase Blastula pada Perkembangan Embrio Bunda
Mengenal Fase Blastula pada Perkembangan Embrio Bunda
Fase blastula adalah salah satu perkembangan dari embrio. Cari tahu apa tahapan dari perkembangan embrio berikut ini.
Selama kehamilan, embrio dan janin adalah istilah yang digunakan untuk merujuk pada tahap-tahap perkembangan yang berbeda. Embrio adalah istilah yang digunakan dalam 2 hingga 8 minggu pertama setelah pembuahan, sementara janin mulai digunakan setelah 8 minggu kehamilan atau sekitar 11 minggu setelah periode menstruasi terakhir Bunda.
Pada tahap embrio, sistem-sistem tubuh dasar sedang terbentuk, sementara pada tahap janin, pertumbuhan dan perkembangan utama terjadi. Penting untuk memahami perbedaan ini karena perawatan dan perhatian ibu selama kehamilan harus disesuaikan dengan tahapan perkembangan ini. Berikut ini akan dibahas mengenai perkembangan embrio.
Baca Juga: Tahap Perkembangan Embrio pada Bayi Tabung yang Harus Anda Ketahui
Tahap Perkembangan Embrio
Embrio mengalami 4 tahapan, pertama ada fase morula, kemudian fase blastula, fase gastrula, dan terakhir fase organogenesis. Berikut ini akan dijelaskan secara detail mengenai 4 fase perkembangan embrio.
Tanya Ferly tentang Promil?
1. Fase Morula
Pada tahap morula, zigot yang awalnya terdiri dari satu sel mulai mengalami pembelahan mitosis, menghasilkan sejumlah sel baru yang disebut blastomer. Ini menghasilkan sekitar 16 sel blastomer dengan sifat yang padat.
Selanjutnya, sel-sel blastomer ini bergabung membentuk struktur bulat yang disebut morula, yang mirip dengan bentuk buah berry kecil tanpa rongga.
2. Fase Blastula
Setelah fase morula, perkembangan selanjutnya adalah fase blastula. Morula yang sudah terbentuk akan terus membelah dan membentuk sekitar 100 sel. Dengan jumlah sel yang banyak ini, mereka akan membentuk rongga-rongga di dalamnya yang disebut blastula.
Blastula ini biasanya berupa lapisan sel berbentuk bola atau dikenal sebagai blastoderm, yang mengelilingi rongga berisi cairan. Embrio membentuk struktur baru yang disebut blastokista pada tahap ini, yang dapat ditandai dengan adanya massa di dalam sel yang jelas berbeda dari daerah blastula bagian luar.
Selama proses pembelahan yang cepat, sel-sel ditemukan membelah tanpa menambah massa total, yang berarti bahwa proses ini hanyalah sebuah zigot bersel tunggal besar yang membelah dirinya menjadi beberapa sel yang lebih kecil. Masing-masing sel di dalam blastula ini dapat disebut blastomer.
Sel-sel yang telah terbentuk akan berkembang dan membentuk embrio manusia, sementara sel-sel terluar akan menjadi plasenta, yang berfungsi sebagai penghubung untuk sirkulasi darah dan metabolisme antara embrio dan ibu.
3. Fase Gastrula
Dalam fase gastrula, sel-sel yang berasal dari blastula akan mengalami reorganisasi yang menghasilkan tiga lapisan germinal. Lapisan-lapisan ini juga dikenal sebagai lapisan embriogenik yang akan membentuk berbagai jaringan dan organ dalam embrio. Lapisan-lapisan ini adalah:
- Ektoderm, yang akan menjadi lapisan terluar dari embrio.
- Mesoderm, yang akan membentuk lapisan tengah embrio.
- Endoderm, yang merupakan lapisan dalam yang akan berkembang menjadi organ-organ utama dalam janin.
Baca Juga: Keuntungan dan Risiko dari Transfer Embrio
4. Fase Organogenesis
Tahap akhir dari perkembangan embrio adalah organogenesis. Pada tahap ini, organ-organ tubuh mulai terbentuk secara bertahap dari tiga lapisan germinal yang sudah terbentuk sebelumnya. Setiap lapisan germinal akan menghasilkan berbagai organ yang berbeda, termasuk:
- Ektoderm, yang akan membentuk kulit, mata, sistem saraf, dan telinga dalam.
- Mesoderm, yang akan menjadi dasar untuk otot, sel darah, sistem ekskresi, dan organ reproduksi.
- Endoderm, yang akan membentuk sistem pencernaan, paru-paru, pankreas, kelenjar tiroid, hati, dan organ reproduksi.
Faktor Kesehatan Embrio
Perkembangan embrio pada tahap awal sangat rentan terhadap kelainan genetik dan paparan lingkungan yang dapat memengaruhi proses ini. Beberapa faktor yang memengaruhi kesehatan embrio berikut ini.
1. Kelainan Genetik
Kelainan genetik dapat terjadi dalam embrio sebagai akibat dari mutasi genetik spontan atau kelainan kromosom. Mutasi genetik spontan adalah perubahan genetik yang terjadi secara acak dan dapat memengaruhi perkembangan organisme.
Sementara itu, kelainan kromosom seperti trisomi (misalnya, sindrom Down) atau monosomi (kehilangan satu kromosom) dapat memiliki efek yang signifikan pada perkembangan organisme, termasuk struktur penting seperti jantung atau otak.
2. Paparan Lingkungan
Lingkungan juga dapat memainkan peran penting dalam perkembangan embrio. Faktor lingkungan seperti malnutrisi, infeksi, penyakit, dan paparan racun dapat memiliki efek yang merusak.
Misalnya, kurangnya nutrisi penting seperti asam folat selama kehamilan dapat menyebabkan kelainan pada perkembangan tulang belakang (spina bifida). Infeksi seperti rubella (campak Jerman) selama kehamilan juga dapat mengganggu perkembangan embrio. Paparan racun seperti alkohol, merokok, atau obat-obatan tertentu juga dapat merusak embrio.
Faktor lingkungan juga dapat memengaruhi ekspresi genetik. Dalam arti lain, meskipun seorang individu mungkin memiliki gen normal, faktor lingkungan tertentu dapat mematikan atau mengaktifkan gen-gen tertentu, yang pada gilirannya dapat memengaruhi perkembangan embrio.
Karena sensitivitas embrio terhadap kelainan genetik dan paparan lingkungan, sangat penting bagi Bunda untuk merawat diri dengan baik dan menghindari faktor-faktor risiko seperti alkohol, merokok, obat-obatan tertentu, serta mendapatkan perawatan prenatal yang tepat.
Pencegahan kelainan genetik melibatkan pemahaman risiko genetik dalam keluarga, sedangkan pencegahan kelainan lingkungan melibatkan menjaga kesehatan ibu hamil dan menghindari paparan yang berpotensi merusak selama kehamilan.
Nah, itu tadi adalah gambaran umum tentang berbagai tahap dan fase perkembangan embrio serta menjaga embrio untuk mendukung kehamilan yang sehat. Jika Ayah Bunda sedang mencari program hamil atau perawatan infertilitas, baca informasi selengkapnya di website Bocah Indonesia.
Jadwalkan Konsultasi
Jika Anda belum hamil setelah satu tahun usia pernikahan, kami menyarankan Anda untuk melakukan pemeriksaan kesuburan dengan spesialis fertilitas kami.
Buat janji konsultasi dengan menghubungi kami di (021) 50200800 atau chat melalui Whatsapp melalui tombol di bawah.
Referensi
- Browne W.E. et al. (2005). Stages of Embryonic Development in the Amphipod Crustacean, Parhyale hawaiensis.https://onlinelibrary.wiley.com/doi/epdf/10.1002/
- Hall T.E. et al. (2004). Stages of Embryonic Development in the Atlantic Cod Gadus morhua. https://onlinelibrary.wiley.com/doi/epdf/10.1002/jmor.10222
- Kimmel C.B. et al. Stages of Embryonic Development of the Zebrafish. anatomypubs.onlinelibrary.wiley.com/doi/epdf/10.1002/
- Cherry, Kendra, MSEd.(2023). Very Well. Stages of Prenatal Development
- Mittelmark, Raul Artal (2022). MSD Manual. Physical Changes During Pregnancy
- Peran dan Masalah Simfisis Pubis pada Kehamilan - 01/11/2024
- Koriokarsinoma pada Hamil Anggur: Risiko, Gejala, dan Cara Pengobatan - 31/10/2024
- Pahami Fase Praovulasi Biar Promil Berhasil - 30/10/2024
Artikel Terkait:
- USG Fetomaternal untuk Pantau Perkembangan Janin…
- Mengenal Fungsi Tuba Fallopi, Organ Reproduksi…
- Mengenal Fungsi Hormon Prolaktin Pada Pria dan Wanita
- Hati-Hati, Risiko Eklampsia pada Bunda yang Berbadan Dua
- Cara Pemeriksaan Fungsi Tiroid pada Bunda
- Usia Pria dan Kualitas Embrio, Adakah Hubungannya?
- Mengenal Fungsi Testis, Organ Reproduksi Pria Paling Penting
- Mengenal Oogenesis, Proses Pembentukan Sel Telur