Bunda Tanya Infertilitas pada Wanita?

Penyebab Mandul pada Wanita

Infertilitas pada wanita disebabkan oleh banyak faktor.

Sesuai definisi Badan Kesehatan Dunia (WHO) di tahun 2013, infertilitas adalah ketidakmampuan pasangan untuk hamil, mempertahankan kehamilan atau menghasilkan kelahiran hidup dengan berhubungan intim rutin selama dua sampai tiga kali seminggu tanpa pengaman selama minimum satu tahun.

Infertilitas bisa disebabkan oleh faktor wanita maupun faktor pria. Faktor wanita dan pria masing-masing menyumbang sekitar satu per tiga kasus. Penyebab sisanya tidak diketahui atau merupakan kombinasi dari faktor wanita dan pria.

Penyebab infertilitas pada wanita dapat sulit didiagnosis. Namun, ini tak berarti infertilitas pada wanita menjadi sulit untuk diobati.

Penyebab infertilitas pada wanita

Penyebab infertilitas pada wanita

Agar bisa hamil, setiap tahap dari proses reproduksi manusia harus terjadi dengan benar. Tahapan dalam proses ini adalah:

Tanya Ferly tentang Promil?

New CTA WA

  • Salah satu ovarium melepaskan sel telur. Ini disebut dengan ovulasi.
  • Sel telur diambil oleh tuba falopii dari ovarium.
  • Dari vagina, sperma berenang melalui serviks, ke dalam rahim dan dan tuba falopii untuk mencapai sel telur.
  • Ketika sperma mencapai sel telur, setidaknya satu sperma dapat menembus lapisan luar sel telur. Inilah yang disebut dengan fertilisasi atau pembuahan. 
  • Sel telur yang telah dibuahi bergerak melalui tuba falopii ke dalam rahim.
  • Sel telur yang telah dibuahi (embrio) berimplantasi ke dalam dinding rahim dan berkembang.

Pada wanita, sejumlah faktor dapat mengganggu proses ini di tahap manapun. Dengan demikian, infertilitas pada wanita disebabkan oleh satu atau lebih faktor berikut:

1. Masalah pada proses ovulasi

Ovulasi adalah momen di dalam siklus menstruasi bulanan wanita ketika ovarium melepaskan sel telur ke dalam tuba falopii. Hormon-hormon reproduksi mengontrol proses ini. Infertilitas terjadi ketika ovulasi tidak terjadi secara teratur atau tidak sama sekali, yang membuat wanita menjadi sulit hamil. Beberapa kondisi tersering penyebab gangguan ovulasi, yakni:

  • Sindrom ovarium polikistik (PCOS). Kondisi ini disebabkan oleh gangguan hormon, yang memengaruhi ovulasi. PCOS berkaitan dengan adanya resistensi insulin dan obesitas, pertumbuhan rambut wajah dan tubuh, serta jerawat. Kondisi ini merupakan penyebab tersering dari infertilitas wanita. 
  • Disfungsi hipotalamus. Follicle-stimulating hormone (FSH) dan luteinizing hormone (LH), yang diproduksi oleh kelenjar pituitari otak, bertanggung jawab untuk menstimulasi ovulasi setiap bulannya. Adanya stres fisik maupun emosional yang berlebihan, berat badan yang sangat berlebih atau sangat kurang, atau penurunan/peningkat berat badan yang drastis, dapat memengaruhi produksi hormon-hormon ini dan memengaruhi ovulasi. Tanda yang paling umum, yakni menstruasi yang tidak teratur atau tidak terjadi sama sekali.
  • Insufisiensi ovarium primer atau disebut juga kegagalan ovarium prematur. Kondisi ini umumnya disebabkan oleh respon autoimun atau hilangnya sel telur sebelum waktunya (prematur) pada wanita di bawah usia 40 tahun akibat faktor genetik atau kemoterapi. Produksi hormon estrogen turun drastis kala ovarium tak lagi memproduksi sel telur.
  • Kadar hormon prolaktin terlalu tinggi. Kelenjar pituitari dapat menyebabkan kelebihan produksi hormon prolaktin, yang selanjutnya menurunkan produksi estrogen dan menyebabkan infertilitas. Kondisi ini juga dapat disebabkan oleh obat-obatan tertentu.

2. Kerusakan pada tuba falopii

Tuba falopii yang rusak atau tersumbat membuat sperma tidak dapat mencapai sel telur atau menghalangi jalannya sel telur yang telah dibuahi ke dalam rahim. Penyebab kerusakan atau penyumbatan tuba falopii, mencakup:

  • Penyakit radang panggul, yakni infeksi pada rahim dan tuba falopii akibat chlamydia, gonore, dan infeksi menular seksual lainnya.
  • Riwayat operasi perut atau panggul, termasuk operasi untuk kehamilan ektopik, dimana kehamilan terjadi di luar rahim (biasanya di tuba falopii).
Kerusakan pada tuba falopii

Masalah-masalah pada rahim atau serviks dapat mengganggu proses implantasi atau meningkatkan risiko keguguran:

  • Polip atau tumor jinak rahim, seperti mioma. Sebagian kasusnya dapat menghalangi saluran tuba atau mengganggu implantasi. Akan tetapi, banyak wanita dengan mioma atau polip tetap hamil.
  • Kelainan bawaan lahir pada rahim, seperti bentuk rahim yang tidak normal.
  • Stenosis serviks atau leher rahim yang menyempit, akibat kelainan bawaan lahir atau kerusakan pada serviks.
  • Kadang-kadang, serviks tidak dapat menghasilkan lendir terbaik untuk memungkinkan sperma berenang melaluinya ke dalam rahim.

3. Endometriosis

Endometriosis adalah suatu kondisi yang menyebabkan nyeri perut bawah. Endometriosis terjadi ketika jaringan dinding rahim (endometrium) tumbuh di tempat lain. Pertumbuhan jaringan ekstra ini, dan prosedur pembedahannya, dapat menyebabkan jaringan parut, yang selanjutnya dapat menyumbat saluran tuba dan mencegah pembuahan. Dengan demikian, kehamilan sulit terjadi. 

Endometriosis juga dapat mengganggu proses implantasi dari sel telur yang telah dibuahi. Studi pun menemukan bahwa secara tidak langsung, endometriosis dapat memengaruhi kesuburan dengan cara menimbulkan kerusakan pada sperma atau sel telur.

4. Infertilitas yang tidak bisa dijelaskan

Pada sebagian kasus, penyebab infertilitas pada wanita tak pernah diketahui. Kombinasi dari beberapa faktor minor pada pasangan dapat menyebabkan hal ini. Meski kerap membuat frustasi karena tidak ada penyebab yang jelas, masalah ini dapat teratasi dengan sendirinya seiring dengan waktu. Namun, pasangan tetap tidak boleh menunda untuk mendapatkan pengobatan infertilitas.

Faktor risiko infertilitas pada wanita

Beberapa faktor menyebabkan wanita lebih berisiko mengalami infertilitas, seperti:

1. Usia

Puncak tahun-tahun reproduksi wanita adalah antara masa akhir remaja dan akhir usia 20-an. Di usia 30 tahun, kesuburan mulai menurun. Penurunan ini menjadi lebih cepat kala wanita mencapai pertengahan usia 30-an. Di usia 45 tahun, kesuburan sudah sangat menurun sehingga peluang kehamilan alami sangat kecil.

Wanita yang berada di pertengahan hingga akhir usia 30-an atau lebih tua dari itu, akan lebih sulit untuk hamil. Wanita terlahir dengan semua sel telur yang akan dimilikinya sepanjang hidup. Jumlah sel telur ini semakin menurun seiring dengan bertambahnya usia. Di samping itu, sel telur yang tersisa lebih cenderung memiliki materi genetik yang abnormal. Ini membuat pembuahan menjadi lebih sulit, dan meningkatkan risiko keguguran. Selain itu, dengan bertambahnya usia, peluang wanita mengalami kondisi-kondisi yang memengaruhi kesuburan—seperti mioma atau endometriosis—pun lebih tinggi.

2. Merokok

Selain merusak serviks dan tuba falopii, merokok meningkatkan risiko keguguran dan kehamilan ektopik. Paparan rokok juga diperkirakan membuat ovarium menua sehingga sel telur habis sebelum waktunya.

3. Berat badan

Memiliki berat badan yang berlebih atau sangat kurang dapat memengaruhi ovulasi. Mencapai berat badan yang sehat dapat meningkatkan frekuensi ovulasi dan peluang untuk hamil.

4. Riwayat seksual

Berhubungan intim tanpa pengaman dengan banyak pasangan seksual meningkatkan risiko wanita mengalami infeksi menular seksual, seperti chlamydia atau gonore, yang dapat menyebabkan infertilitas di kemudian hari.

5. Alkohol

Sebuah studi terkini di tahun 2022 menyebutkan bahwa wanita yang menjalani pengobatan infertilitas dan mengonsumsi lebih dari 7 porsi minuman beralkohol dalam seminggu lebih sulit untuk hamil.

Gejala infertilitas pada wanita

Gejala utama dari infertilitas pada wanita adalah ketidakmampuan untuk hamil. Siklus menstruasi yang terlalu panjang (lebih dari 35 hari), terlalu pendek (kurang dari 21 hari), tidak teratur atau tidak ada sama sekali dapat berarti wanita tidak berovulasi. Selain kedua gejala ini, mungkin tidak ada gejala lain.

Lantas kapan harus ke dokter? Mencari pertolongan medis untuk bisa hamil bergantung pada usia wanita:

  • Hingga usia 35 tahun, sebagian besar dokter menyarankan untuk mencoba mencapai kehamilan alami terlebih dulu setidaknya selama satu tahun, sebelum mulai tes dan pengobatan kesuburan.
  • Antara usia 35 dan 40 tahun, tes dan pengobatan kesuburan dapat dimulai setelah 6 bulan mencoba untuk hamil alami.
  • Di atas usia 40 tahun, dokter mungkin menyarankan untuk segera melakukan tes dan pengobatan kesuburan. 

Dokter juga mungkin akan langsung memulai tes dan pengobatan kesuburan bila penyebab infertilitas telah diketahui, baik pada wanita maupun pasangannya. Atau, bila wanita memiliki riwayat menstruasi yang tidak teratur, nyeri menstruasi yang berat, penyakit radang panggul, keguguran berulang, pengobatan kanker, atau endometriosis.

Diagnosis infertilitas pada wanita

Banyak pasangan infertil memiliki lebih dari satu penyebab. Oleh sebab itu, wanita dan pria sama-sama harus menjalani evaluasi. Sebelum memulai tes dan pengobatan kesuburan, tentu dokter akan melakukan wawancara mendalam terlebih dulu dan pemeriksaan fisik.

Pada wanita, tes kesuburan dapat mencakup:

  • Tes ovulasi. Di rumah, alat tes ovulasi mandiri dapat mendeteksi lonjakan LH yang terjadi sebelum ovulasi. Tes darah untuk mendeteksi progesteron, yang diproduksi setelah ovulasi, juga dapat menilai apakah wanita sedang berovulasi. Kadar hormon lain, seperti prolaktin, juga mungkin diperiksa. 
  • Histerosalpingografi (HSG). Pada HSG, cairan zat kontras disuntikkan ke dalam rahim dan dilihat melalui rontgen sinar X. Pemeriksaan ini dapat menunjukkan apakah cairan tersebut dapat melalui rahim dan keluar dari tuba falopii. Pemeriksaan ini dapat mengetahui masalah-masalah di dalam rahim dan ada tidaknya sumbatan pada tuba.
  • Tes untuk mengetahui cadangan ovarium. Tes ini membantu menentukan jumlah dan kualitas sel telur yang tersedia untuk ovulasi. Wanita yang berisiko kekurangan pasokan sel telur, termasuk wanita berusia 35 tahun ke atas, mungkin menjalani serangkaian tes darah dan radiologi untuk hal ini. 
  • Tes hormon lainnya yang mengendalikan proses reproduksi, seperti hormon tiroid dan pituitari.
  • Pemeriksaan radiologi. USG panggul dilakukan untuk menilai adanya masalah pada rahim atau tuba falopii. Kadang-kadang, dilakukan juga sonohisterogram atau histeroskopi untuk melihat secara detail kelainan pada rahim yang tidak bisa dilihat dengan USG biasa. 
  • Laparoskopi. Prosedur bedah minimal invasif ini melibatkan sayatan kecil di bawah pusar. Selanjutnya, dokter akan memasukkan selang berkamera untuk melihat secara langsung saluran tuba, ovarium, dan rahim. Prosedur ini dapat mengidentifikasi endometriosis, jaringan parut, sumbatan tuba, atau masalah pada ovarium dan rahim. Meski demikian, prosedur ini jarang dilakukan.
  • Tes genetik. Tes ini membantu menentukan apakah terdapat kelainan atau perubahan pada gen-gen tertentu, yang dapat menyebabkan infertilitas. Pemeriksaan ini juga jarang dilakukan.

Cara Mengatasi Infertilitas pada Wanita

Patut disyukuri, bahwa kini ada banyak pengobatan yang dapat membantu mengoreksi masalah infertilitas pada wanita. Jenis pengobatan yang dipilih tentu bergantung pada penyebab, usia wanita, berapa lama sudah mengalami infertilitas, dan pilihan pribadi. Oleh karena infertilitas bersifat kompleks, pengobatan ini memerlukan komitmen dari sisi waktu, finansial, fisik, dan psikologi. 

Pilihan pengobatan infertilitas pada wanita dapat mencakup:

1. Pemberian obat untuk mengembalikan kesuburan

Beberapa jenis obat kesuburan yang kerap diberikan, yakni:

  • Clomiphene. Obat ini meningkatkan peluang terjadinya ovulasi, khususnya pada wanita yang tidak berovulasi secara teratur. Ini adalah obat lini pertama untuk wanita di bawah usia 39 tahun yang tidak memiliki PCOS. Di banyak kasus infertilitas pada wanita, obat ini dicoba terlebih dahulu. 
  • Suntikan hormon gonadotropin. Suntikan hormon kerap direkomendasikan bila wanita tidak dapat hamil saat mengkonsumsi clomiphene. Jenis suntikan hormon gonadotropin ini dapat berupa human menopausal gonadotropin atau hMG (Menopur®) dan FSH (Gonal-F®, Follistim AQ®, Bravelle®). Jenis lain, yakni human chorionic gonadotropin (Ovidrel®, Pregnyl®), digunakan untuk mematangkan folikel sel telur dan menginduksi ovulasi.
  • Metformin. Obat ini digunakan ketika resistensi insulin diketahui mendasari infertilitas, biasanya pada wanita dengan PCOS. Metformin akan memperbaiki resistensi insulin, yang selanjutnya memperbaiki peluang ovulasi.
  • Letrozole. Letrozole (Femara®) berasal dari golongan obat aromatase inhibitor dan kerjanya mirip dengan clomiphene. Akan tetapi, letrozole biasanya digunakan untuk wanita di bawah usia 39 tahun dengan PCOS.

Bromocriptine. Obat ini merupakan agonis dopamin, yang digunakan ketika gangguan ovulasi disebabkan oleh kelebihan produksi prolaktin (hiperprolaktinemia) oleh kelenjar pituitari.

2. Pembedahan untuk mengembalikan kesuburan

Beberapa prosedur pembedahan dapat mengoreksi masalah atau memperbaiki kesuburan wanita. Namun, terapi bedah kini lebih jarang dilakukan karena keberhasilan metode pengobatan lainnya. Ini mencakup:

  • Pembedahan laparoskopi atau histeroskopi. Pembedahan dapat berupa mengoreksi masalah pada anatomi rahim, mengangkat polip rahim dan beberapa jenis mioma yang merusak bentuk rahim, atau mengangkat adhesi/perlengkatan di rahim atau rongga panggul.
  • Pembedahan pada tuba falopii. Cara ini dilakukan pada tuba yang tersumbat atau terisi cairan. Tuba falopii dilebarkan atau dibuatkan lubang baru. Kadang-kadang, tuba diangkat atau sengaja disumbat, untuk meningkatkan peluang kehamilan pada program bayi tabung.

3. Teknologi reproduksi berbantu

Metode reproduksi berbantu yang paling sering dilakukan, yakni:

  • Inseminasi intrauteri (IIU) atau inseminasi buatan. Selama prosedur ini, berjuta-juta sperma sehat disemprotkan ke dalam rahim di sekitar waktu ovulasi. Pada sebagian kasus, prosedur ini dikombinasi dengan clomiphene atau suntikan hormon untuk meningkatkan peluang kehamilan.
  • Program bayi tabung (IVF). Cara ini biasanya dilakukan bila cara lain tidak berhasil membuahkan kehamilan. Program bayi tabung melibatkan pengambilan sel telur, pembuahan sel telur di laboratorium, dan mentransfer kembali sel telur yang telah dibuahi ke dalam rahim. Ini merupakan teknologi reproduksi berbantu yang paling efektif. Sebuah siklus IVF memakan waktu beberapa minggu dan membutuhkan serangkaian tes darah dan suntikan hormon setiap hari.

Penutup

Prospek kasus infertilitas pada wanita sangat bergantung pada individu dan penyebab yang mendasarinya. Dalam kasus di mana obat-obatan dapat mengoreksi gangguan ovulasi, atau prosedur bedah sederhana dapat mengoreksi kelainan struktural, kehamilan umumnya bisa dicapai. Yang pasti, dalam semua kasus infertilitas, baik wanita dan pasangannya harus diperiksa dan dikelola bersama-sama. Keduanya juga harus memiliki komitmen dan bersedia bekerja sama dengan tim medis ahli untuk mencapai hasil yang optimal.

cheer

Jadwalkan Konsultasi

Jika Anda belum hamil setelah satu tahun usia pernikahan, kami menyarankan Anda untuk melakukan pemeriksaan kesuburan dengan spesialis fertilitas kami.

Buat janji konsultasi dengan menghubungi kami di (021) 50200800 atau chat melalui Whatsapp melalui tombol di bawah.

  • American College of Obstetricians and Gynecologists. [Last reviewed November 2022]. Having a baby after age 35: how aging affects fertility and pregnancy. FAQ 060. URL: https://www.acog.org/womens-health/faqs/having-a-baby-after-age-35-how-aging-affects-fertility-and-pregnancy.
  • Kuohung W, Hornstein MD. Female infertility: evaluation. In: UpToDate, Post, TW (Ed), UpToDate, Waltham, MA, 2023.
  • Kuohung W, Hornstein MD. Female infertility: treatments. In: UpToDate, Post, TW (Ed), UpToDate, Waltham, MA, 2023.
  • Mayo Clinic. [Last reviewed 27 Aug 2021]. Female infertility. URL: https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/female-infertility/symptoms-causes/syc-20354308.
  • Walker MH, Tobler KJ. Female Infertility. [Updated 2022 Dec 19]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2023 Jan-. URL: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK556033/ 
Share:

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

doctors
Buat Janji