Diabetes dan Kesuburan, Apa Hubungannya?

Gula dan Diabetes memengaruhi kesuburan

Ditinjau secara medis oleh dr. Fiona Amelia, MPH
Medical Writer


Ditulis oleh dr. Fiona Amelia, MPH · Tanggal diperbarui 21/12/2021

Waspadalah! diabetes ternyata sangat memengaruhi kesuburan pria dan wanita.

Diabetes merupakan salah satu penyakit kronis yang sering ditemukan di Indonesia. Berdasarkan data International Diabetes Federation tahun 2020, Indonesia menempati urutan ketujuh dari 10 negara dengan jumlah pasien diabetes tertinggi. Faktanya, penyakit ini merupakan penyebab kematian terbanyak ketiga di Indonesia—setelah stroke dan jantung—sejak tahun 2014. 

Di tahun 2020, diperkirakan ada lebih dari 10,8 juta orang Indonesia yang menderita diabetes. Jumlah ini diprediksi akan terus meningkat hingga mencapai 2-3 kali lipatnya pada tahun 2030. 


Tanya Ferly tentang Promil?

New CTA WA

Meski tak dapat sepenuhnya disembuhkan, penyakit ini dapat dikelola dan dikendalikan agar tak terjadi komplikasi, termasuk gangguan kesuburan. 

Apa Itu Diabetes?

Diabetes atau lengkapnya diabetes mellitus, adalah penyakit kronis yang ditandai dengan gula darah tinggi. Kadar gula darah diatur oleh hormon insulin, yang diproduksi oleh organ pankreas. Hormon ini bertugas memasukkan gula (glukosa) di dalam darah ke dalam sel-sel tubuh untuk disimpan atau digunakan sebagai energi. Ketika menderita penyakit ini, pankreas tidak memproduksi cukup insulin atau sel-sel tubuh tidak mampu menggunakan insulin dengan efektif.

Ada tiga tipe diabetes yang utama, yakni:

  • Diabetes tipe 1, yang merupakan penyakit autoimun. Pada tipe ini, sistem kekebalan tubuh menyerang dan menghancurkan sel-sel pankreas yang menghasilkan insulin. Tipe ini diidap oleh sekitar 10 persen penderita penyakit ini.
  • Diabetes tipe 2, yang terjadi ketika tubuh menjadi resisten atau tidak respon terhadap insulin. Akibatnya, gula darah terakumulasi di dalam darah dan terdeteksi tinggi.
  • Diabetes gestasional, yakni diabetes pada kehamilan. Pada tipe ini, plasenta menghasilkan hormon yang menghambat kerja insulin sehingga gula darah menjadi tinggi.

Di luar ketiga tipe ini, ada pula istilah prediabetes, yaitu kadar gula darah yang lebih tinggi dari normal, namun belum cukup tinggi untuk disebut diabetes.

Tipe-tipe diabetes

Gejala Diabetes

Kadar gula darah yang tinggi memicu timbulnya gejala-gejala yang khas untuk diabetes, di antaranya:

  • Meningkatnya rasa lapar yang ditandai dengan sering makan
  • Kehausan sehingga sering minum
  • Berat badan menurun
  • Sering buang air kecil di malam hari (>3x) sehingga mengganggu tidur
  • Penglihatan terganggu (buram)
  • Rasa lelah yang ekstrim
  • Luka yang sulit menyembuh

Di samping itu, penyakit ini juga menimbulkan gejala yang spesifik sesuai jenis kelamin pengidapnya.

  • Pria dapat mengalami penurunan gairah seksual, disfungsi ereksi, dan berkurangnya kekuatan otot.
  • Wanita dapat mengalami infeksi saluran kemih berulang, infeksi jamur, serta kulit yang terasa kering dan gatal. 

Sedangkan pada wanita hamil, penyakit ini jarang bergejala. Kondisi ini kerap terdeteksi secara kebetulan saat dilakukan skrining gula darah rutin pada usia kehamilan 24-28 minggu.

Penyebab dan Faktor Risiko Diabetes

Tiap tipe diabetes memiliki penyebabnya masing-masing:

  • Diabetes tipe 1. Hingga kini, penyebab pasti dari diabetes tipe 1 belum diketahui. Namun, diperkirakan ada faktor genetik atau infeksi virus yang mendasari terjadinya gangguan autoimun pada tipe ini. 
  • Diabetes tipe 2. Tipe ini disebabkan oleh kombinasi faktor genetik dan gaya hidup. Berat badan yang berlebih dan obesitas, khususnya obesitas sentral (kelebihan lemak perut), membuat sel-sel tubuh lebih resisten terhadap kerja insulin pada gula darah. Kondisi ini umumnya diwariskan dalam keluarga.
  • Diabetes gestasional. Pada tipe ini, plasenta memproduksi hormon yang membuat sel-sel tubuh wanita hamil kurang sensitif terhadap insulin. Kondisi ini lebih banyak dialami oleh wanita yang sebelum hamil memiliki berat badan berlebih atau obes, serta pertambahan berat badannya terlalu banyak selama hamil. 

Berikut adalah faktor-faktor yang meningkatkan risiko seseorang mengalami diabetes.

  • Diabetes tipe 1 lebih banyak dialami oleh anak-anak atau remaja yang memiliki orang tua atau saudara kandung dengan kondisi yang sama. 
  • Diabetes tipe 2 lebih banyak dialami oleh individu dengan:
    • Berat badan berlebih
    • Berusia 45 tahun ke atas
    • Memiliki orang tua atau saudara kandung dengan kondisi serupa
    • Aktivitas fisik yang kurang
    • Riwayat diabetes gestasional
    • Prediabetes
    • Tekanan darah tinggi, kolesterol dan/atau trigliserida darah yang tinggi
  • Diabetes gestasional lebih banyak dialami oleh wanita dengan:
    • Berat badan berlebih
    • Berusia 25 tahun ke atas
    • Riwayat diabetes gestasional pada kehamilan sebelumnya
    • Riwayat melahirkan bayi dengan berat lebih dari 4 kg
    • Riwayat keluarga dengan diabetes tipe 2
    • Polycystic ovary syndrome (PCOS).

Diagnosis Diabetes

Diagnosis diabetes pada umumnya didasarkan pada gejala dan pemeriksaan fisik yang mendukung, serta dikonfirmasi melalui pemeriksaan gula darah. Jenis pemeriksaan dapat berupa:

  • Gula darah puasa, yang dilakukan setelah berpuasa selama 8-10 jam. 
  • Gula darah sewaktu, yang dapat dilakukan kapan saja tanpa berpuasa.
  • HbA1c. Tes ini memberikan informasi tentang kadar gula darah rata-rata selama 2-3 bulan terakhir. Individu tak perlu berpuasa sebelum pemeriksaan ini.
  • Tes toleransi glukosa oral (TTGO). Pada pemeriksaan ini, kadar gula darah pertama kali diukur setelah berpuasa semalaman. Setelah itu, individu diminta untuk minum sejumlah air gula. Setelahnya, kadar gula darah diperiksa kembali secara serial pada jam pertama, kedua, dan ketiga.
Jenis pemeriksaanNormal (mg/dL)Prediabetes (mg/dL)Diabetes (mg/dL)
Gula darah puasa<100100-125126 atau lebih
Gula darah sewaktu<140140-199200 atau lebih
HbA1c<5,7%5,7-6,4%6,5% atau lebih
TTGO<140140-199200 atau lebih

Untuk diabetes gestasional, diagnosis dikonfirmasi melalui tes toleransi glukosa oral tanpa puasa. Wanita akan diminta untuk meminum sejumlah air gula dan satu jam setelahnya dilakukan pemeriksaan kadar gula darah. Bila hasilnya menunjukkan angka lebih dari normal (di atas 140 mg/dL), maka kadar gula darah diperiksa ulang di jam kedua dan ketiga.

Untuk mendiagnosis diabetes tipe 1, keberadaan autoantibodi dalam darah juga perlu diperiksa untuk mengonfirmasi bahwa tubuh menyerang dirinya sendiri. Selain itu, pemeriksaan urin pun dilakukan untuk mencari ada tidaknya keton, yang menandai bahwa tubuh membakar lemak sebagai sumber energi.

Komplikasi Diabetes

Komplikasi diabetes dapat terjadi bila kadar gula darah yang tinggi tidak diobati dan dikendalikan. Komplikasi dapat bersifat jangka pendek dan jangka panjang. 

  • Komplikasi jangka pendek terjadi ketika kadar gula darah terlalu rendah atau terlalu tinggi. Komplikasi dapat berupa hipoglikemia (kadar gula darah di bawah 70 mg/dL) atau hiperglikemia (kadar gula darah di atas 300 mg/dL). Hiperglikemia berat dapat menimbulkan ketoasidosis diabetikum (KAD) atau hyperglycemic hyperosmolar state (HHS). Ketiganya bersifat mengancam nyawa sehingga perlu segera ditangani. 
  • Komplikasi jangka panjang terjadi secara bertahap dan dapat berupa penyakit jantung koroner, stroke, kerusakan saraf yang memicu kaki diabetik, gagal ginjal, gangguan penglihatan akibat kerusakan retina, sering infeksi berulang, gangguan pendengaran, demensia Alzheimer, dan depresi. Komplikasi ini lebih mungkin dialami oleh individu yang telah lebih lama mengidap diabetes dan kadar gula darahnya tidak terkendali.

Pada ibu hamil, diabetes yang tidak terkendali dapat menimbulkan masalah yang berefek pada ibu dan bayi. Komplikasi yang berdampak pada bayi, mencakup kelahiran prematur, berat badan lahir besar, bayi menjadi lebih berisiko mengalami diabetes tipe 2 saat dewasa, kadar gula darah terlalu rendah saat lahir, bayi kuning, dan lahir mati. Sedangkan ibu, dapat mengalami komplikasi seperti preeklampsia (keracunan pada kehamilan) atau diabetes tipe 2. Ibu juga lebih berisiko mengalami diabetes gestasional pada kehamilan yang berikutnya.

Alat kesehatan diabetes

Diabetes dan Kesuburan

Di samping komplikasi-komplikasi yang telah disebutkan, diabetes yang tidak diobati juga diketahui memengaruhi kesuburan dan kesehatan reproduksi pria dan wanita. Pada pria dan wanita usia subur, kondisi diabetes berhubungan dengan angka kehamilan yang lebih rendah. Pada wanita, penyakit ini diketahui menyebabkan gangguan hormonal yang berkaitan dengan kegagalan pembuahan dan/atau implantasi. Sedangkan pada pria, penyakit ini berhubungan dengan kualitas sperma dan embrio yang buruk.

Efek diabetes pada wanita

Kondisi-kondisi berikut berhubungan dengan diabetes pada wanita dan memicu sulit hamil:

  • PCOS. Gangguan hormonal ini mengganggu kesuburan karena menyebabkan haid yang tidak teratur atau jarang. Selain diabetes tipe 2, kondisi ini juga berhubungan dengan obesitas.
  • Haid jarang atau berhenti. Baik diabetes tipe 1 maupun tipe 2 berhubungan dengan meningkatnya risiko gangguan haid berupa oligomenorea (haid jarang dengan siklus lebih dari 35 hari) atau amenore sekunder (siklus haid normal tetapi kemudian berhenti selama 6 bulan atau lebih). 
  • Memendeknya masa reproduksi. Beberapa studi menunjukkan bahwa mulainya periode haid satu tahun lebih lambat pada anak perempuan yang terdiagnosis diabetes tipe 1 di bawah usia 10 tahun dibandingkan dengan yang tidak mengalami kondisi ini. Mereka juga lebih cenderung mengalami gangguan haid sebelum usia 30 tahun dan menopause dini, yakni berhentinya haid sebelum usia 40 tahun. Kombinasi keduanya membuat masa reproduksi wanita dengan penyakit ini cenderung memendek.
  • Kanker rahim. Kanker ini lebih banyak ditemukan pada wanita dengan diabetes tipe 2 dan PCOS. Serta, dapat memicu sulit hamil bila tidak ditangani sejak dini.
  • Antibodi antisperma yang diproduksi pada individu dengan diabetes dapat menyerang sel telur wanita itu sendiri dan sperma yang masuk ke dalam saluran reproduksi wanita.

Efek diabetes pada pria

  • Disfungsi ereksi. Diabetes dapat menyebabkan kerusakan saraf, yang membuat pria sulit mempertahankan ereksi. Tentunya ini akan menyulitkan proses kehamilan yang alami.
  • Gangguan ejakulasi. Kerusakan saraf akibat diabetes juga dapat mengganggu proses keluarnya sperma dari saluran reproduksi pria. Gangguan ini dapat membuat ejakulasi retrograde (ejakulasi bukan ke arah luar melainkan ke arah dalam) atau tidak ejakulasi sama sekali.
  • Penurunan kualitas sperma. Pria dengan diabetes lebih rentan mengalami penurunan kualitas sperma dalam hal berkurangnya jumlah sperma, pergerakan dan bentuk sperma abnormal, serta kerusakan materi genetik sperma.

Apakah bisa hamil bila salah satu atau kedua pasangan mengalami diabetes?

Pada dasarnya, individu dengan diabetes tetap mampu menghasilkan keturunan. Dengan syarat, menjaga berat badan di rentang ideal dan mengendalikan kadar gula darah. Oleh sebab itu, pria maupun wanita dengan penyakit ini yang sedang merencanakan kehamilan perlu berkonsultasi dengan dokter untuk memastikan kondisi ini telah terkontrol sebelum memulai program hamil. Bila kadar gula darah terkendali, risiko gangguan kesuburan tentu lebih rendah.

Cara Mengobati Diabetes

Target utama dari pengobatan diabetes adalah pengendalian kadar gula darah, yang bertujuan untuk mencegah atau memperlambat komplikasi penyakit. Secara umum, diabetes tipe 1 dikelola menggunakan insulin dan perubahan gaya hidup melalui pola makan dan aktivitas fisik. Diabetes tipe 2 dan diabetes gestasional dapat dikelola menggunakan obat-obatan oral, insulin, penurunan berat badan, dan perubahan pola makan.

Ada empat parameter penting yang perlu dikendalikan pada diabetes, yakni kadar gula darah, HbA1c, tekanan darah dan kolesterol. 

  • Kadar gula darah. Kadar gula darah puasa dan 2 jam setelah makan perlu diperiksa secara berkala. Target pengendalian kadar gula darah puasa adalah <80-130 mg/dL (optimal bila <110 mg/dL), sedangkan untuk kadar gula darah 2 jam setelah makan adalah <180 mg/dL (optimal bila <140 mg/dL).
  • HbA1c. Kadar HbA1c memberikan hasil evaluasi pengobatan yang lebih akurat ketimbang peeriksaan gula darah puasa dan 2 jam setelah makan karena menggambarkan profil kadar gula darah dalam jangka panjang. Target HbA1c bagi pengidap diabetes pada umumnya adalah di bawah 7 persen dan disebut optimal bila di bawah 6,5 persen.
  • Tekanan darah. Tekanan darah yang terlalu tinggi akan membuat jantung bekerja terlalu keras. Pada akhirnya, ini akan memicu serangan jantung, stroke, kerusakan ginjal dan mata. Target tekanan darah pada sebagian besar pengidap diabetes yakni di bawah 140/90 mmHg. Sedangkan pada individu dengan risiko tinggi penyakit kardiovaskular, target tekanan darah lebih agresif, yakni <130/80 mmHg.
  • Kolesterol. Ada dua jenis kolesterol di dalam darah, yaitu LDL dan HDL. Kolesterol LDL atau kolesterol ‘jahat’ dapat menumpuk dan menyumbat pembuluh darah. Berikutnya, ini dapat memicu serangan jantung atau stroke. Sedangkan kolesterol HDL atau kolesterol ‘baik’ membantu membersihkan kolesterol LDL dari dalam pembuluh darah. Target kolesterol LDL di bawah 130 mg/dL, sedangkan kolesterol HDL di atas 40 mg/dL untuk pria dan di atas 50 mg/dL untuk wanita.

Selain memperhatikan keempat parameter ini, individu dengan diabetes juga perlu melakukan kunjungan rutin ke dokter, setidaknya dua kali setahun, untuk mendapatkan evaluasi pengelolaan diabetes secara menyeluruh dan memantau komplikasi penyakit.

Pencegahan Diabetes

Delapan puluh persen kejadian diabetes dapat dicegah melalui perubahan gaya hidup seperti menurunkan berat badan, mengonsumsi makanan tinggi serat tinggi protein, dan beraktivitas fisik. American Diabetes Association juga menganjurkan skrining rutin diabetes tipe 2 pada individu berusia 45 tahun ke atas dan yang termasuk ke dalam kelompok ini:

  • Individu di bawah usia 45 tahun dengan obesitas dan berat badan berlebih serta memiliki satu atau lebih faktor risiko diabetes
  • Wanita yang pernah mengalami diabetes gestasional
  • Individu yang sudah didiagnosis prediabetes
  • Anak-anak dengan berat badan berlebih atau obes dan memiliki riwayat keluarga dengan diabetes tipe 2 atau faktor risiko lain

Sebagai kesimpulan, mengalami diabetes tak perlu membuat Anda berkecil hati. Penyakit ini memang sulit sembuh, tetapi sangat bisa dikendalikan. Memang diperlukan niat, komitmen dan kesabaran dalam menjalani pengobatan yang bersifat jangka panjang. Namun, itulah yang menjamin Anda tetap bisa memiliki hidup yang normal dan produktif. Anda pun tetap berpeluang untuk memiliki keturunan secara alami selama gula darah terkendali dengan baik dan berat badan terjaga di rentang normal. Untuk hasil yang optimal, sebaiknya libatkan dokter sejak awal mula merencanakan kehamilan.

  1. Inzucchi SE, Lupsa B. Clinical presentation, diagnosis, and initial evaluation of diabetes mellitus in adults. In: UpToDate, Post, TW (Ed), UpToDate, Waltham, MA, 2021.
  2. Basmatzou T, Hatziveis K. Diabetes mellitus and influences on human fertility. International Journal of Caring Sciences. 2016 Jan 1;9(1):371-9.
  3. Livshits A, Seidman DS. Fertility issues in women with diabetes. Women’s Health. 2009 Nov;5(6):701-7.
  4. Thong EP, Codner E, Laven JS, Teede H. Diabetes: a metabolic and reproductive disorder in women. The Lancet Diabetes & Endocrinology. 2020 Feb 1;8(2):134-49.
  5. Mostafa T, Abdel-Hamid IA. Ejaculatory dysfunction in men with diabetes mellitus. World Journal of Diabetes. 2021 Jul 15;12(7):954.
  6. Condorelli RA, La Vignera S, Mongioì LM, Alamo A, Calogero AE. Diabetes mellitus and infertility: different pathophysiological effects in type 1 and type 2 on sperm function. Frontiers in endocrinology. 2018 May 25;9:268.
  7. American College of Obstetrician and Gynecologists. (Feb 2018). Gestational diabetes mellitus. Practice Bulletin Number 190.  
  8. American College of Obstetrician and Gynecologists. (Dec 2020). Gestational diabetes. FAQ177. 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Hari terakhir untuk hemat 11%
Checkout Sekarang

Hari
Jam
Menit
Detik
doctors
Buat Janji