Beranda » BLOG » Infertilitas » Hiperprolaktinemia: Apa dan Pengaruhnya pada Kesuburan?
Hiperprolaktinemia: Apa dan Pengaruhnya pada Kesuburan?
Hiperprolaktinemia dapat dialami oleh pria maupun wanita. Kondisi ini sesungguhnya berhubungan dengan infertilitas.
Hiperprolaktinemia adalah istilah untuk tingginya kadar hormon prolaktin darah. Kondisi ini sebenarnya sangat bisa diperbaiki dan tidak mengancam nyawa. Akan tetapi, hiperprolaktinemia dapat menyebabkan infertilitas dan masalah kesehatan lainnya.
Prolaktin adalah hormon yang ditemukan pada pria dan wanita. Hormon ini diproduksi oleh kelenjar pituitari otak. Dalam kondisi normal, kadar prolaktin di dalam darah tergolong rendah. Kadar hormon ini dikendalikan oleh hormon lain yang disebut prolactin inhibiting factors (PIF), seperti dopamin.
Saat hamil, kadar prolaktin perlahan naik untuk memicu perkembangan jaringan payudara. Setelah bayi dilahirkan, kadar estrogen dan progesteron akan turun drastis dan ini memicu hormon prolaktin untuk bekerja memproduksi Air Susu Ibu (ASI).
Pada wanita yang tidak hamil, prolaktin membantu mengatur siklus haid. Sedangkan pada pria, prolaktin memengaruhi produksi hormon testosteron dan sel sperma.
Tanya Ferly tentang Promil?
Berikut adalah kadar prolaktin darah yang normal:
- Pria: kurang dari 20 ng/mL (nanogram per milliliter).
- Wanita yang tidak hamil maupun tidak menyusui: kurang dari 25 ng/mL.
- Wanita hamil atau menyusui: 80 to 400 ng/mL.
Apa itu hiperprolaktinemia?
Hiperprolaktinemia mengacu pada kondisi tingginya kadar prolaktin darah pada wanita yang tidak hamil maupun tidak menyusui, serta pada pria. Kondisi ini paling sering dialami oleh individu di bawah usia 40 tahun dan lebih banyak dialami oleh wanita. Faktanya, sekitar sepertiga wanita usia reproduksi dengan haid yang tidak teratur namun kedua ovarium normal, mengalami hiperprolaktinemia.
Penyebab dan faktor risiko hiperprolaktinemia
Penyebab tersering hiperprolaktinemia adalah prolaktinoma, yakni sebuah tumor jinak di kelenjar pitutitari. Kondisi kesehatan lain yang juga dapat meningkatkan kadar prolaktin darah, mencakup:
- Hipotiroidisme atau kekurangan hormon tiroid.
- Penyakit ginjal.
- Adanya iritasi pada dinding dada (seperti bekas operasi, herpes, atau bra yang terlalu ketat).
- Cedera dinding dada, seperti patah tulang rusuk, tulang dada, atau cedera paru.
- Sindrom ovarium polikistik.
- Sindrom Cushing.
- Sindrom Nelson.
Penyebab lainnya, mencakup:
- Obat-obat yang memengaruhi produksi dopamin, seperti antidepresan, antipsikotik (risperidone dan haloperidol), serta obat darah tinggi tertentu (golongan calcium channel blockers dan methyldopa).
- Stres atau aktivitas fisik yang berlebihan.
- Makanan dan rempah-rempah tertentu, seperti fenugreek, biji adas, dan daun semanggi merah.
- Stimulasi berlebihan pada payudara.
Kadang-kadang, penyebab hiperprolaktinemia tidak diketahui. Kondisi ini, yang disebut dengan hiperprolaktinemia idiopatik, biasanya akan menghilang dengan sendirinya setelah beberapa bulan.
Gejala hiperprolaktinemia
Kadar prolaktin darah yang tinggi akan mengganggu pengeluaran hormon lain (gonadotropin) dari kelenjar pituitari yang mengontrol fungsi ovarium pada wanita dan fungsi testis pada pria. Oleh karena itu, gejala hiperprolaktinemia akan dialami oleh wanita premenopause dan pria, namun tidak pada wanita pascamenopause karena ovariumnya sudah berhenti bekerja. Sebagian individu pun bisa tidak mengalami gejala sama sekali.
Pada wanita premenopause, gejala hiperprolaktinemia terjadi akibat mekanisme berikut. Kadar prolaktin yang tinggi akan menghambat produksi estrogen dan progestetron. Selanjutnya, ini akan mengubah atau menghentikan ovulasi atau pelepasan sel telur dari ovarium. Kondisi ini juga menyebabkan haid yang tidak teratur atau jarang-jarang. Bila demikian, wanita dapat sulit hamil atau payudaranya mulai menghasilkan ASI di luar kehamilan (galaktorea). Gejala lain yang dapat muncul adalah hilangnya gairah seksual, serta nyeri saat berhubungan intim akibat vagina yang kering.
Sedangkan pada pria, hiperprolaktinemia dapat mengganggu produksi hormon gonadotropin pitutitari yang memicu testis untuk menghasilkan testosteron dan sperma. Alhasil, produksi hormon testosteron dan sel sperma dapat sangat berkurang. Kondisi ini selanjutnya menimbulkan gejala seperti:
- Berkurangnya energi, libido, massa dan kekuatan otot, serta jumlah sel darah merah (anemia).
- Nyeri dan pembesaran payudara (ginekomastia).
- Galaktorea.
- Sulit ereksi (impotensi).
- Infertilitas.
Pada wanita maupun pria, hiperprolaktinemia yang berkepanjangan dan tidak diobati dapat menurunkan kepadatan tulang sehingga individu berisiko mengalami osteoporosis.
Efek hiperprolaktinemia pada kesuburan
Hiperprolaktinemia dapat menyebabkan infertilitas melalui beberapa cara. Pertama, kondisi ini dapat membuat wanita berhenti berovulasi. Bila demikian, siklus haid akan berhenti juga. Pada kasus yang lebih ringan, kadar prolaktin tinggi hanya sekali-sekali mengganggu ovulasi dan ini tampak dari haid yang tidak teratur atau jarang-jarang. Pada dasarnya, bila sel telur tidak dilepaskan secara teratur, pasangan tidak bisa menentukan kapan masa suburnya. Tentu ini membuat kehamilan alami sulit terjadi.
Pada cara kedua, kadar prolaktin tak cukup tinggi untuk mencegah ovulasi, namun dapat memengaruhi produksi hormon progesteron yang bertanggung jawab untuk menyiapkan dinding rahim pascaovulasi. Ini disebut sebagai defek fase luteal, di mana kadar progesteron yang rendah akan memperpendek fase ini dan dinding rahim tetap tipis. Akibatnya, meski sel telur berhasil dibuahi, embrio yang terbentuk tidak bisa berkembang karena tidak bisa berimplantasi.
Ketiga, hiperprolaktinemia pada pria dapat secara langsung memengaruhi fungsi seksual dan produksi sel sperma. Disfungsi ereksi tentu akan membuat sperma sulit dikeluarkan dari tubuh pria meski jumlahnya cukup. Sedangkan pada kasus yang lebih berat, jumlah sel sperma yang dihasilkan sangat sedikit (oligozoospermia) atau bahkan tidak ada (azoospermia).
Diagnosis hiperprolaktinemia
Hiperprolaktinemia didiagnosis melalui wawancara mendalam, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan darah akan kadar hormon prolaktin. Kadar hormon ini kadang didapat lebih tinggi bila individu baru saja makan atau sedang dalam kondisi stres. Pemeriksaan ini bisa diulang kembali dalam kondisi puasa dan rileks.
Bila kadar hormon prolaktin masih tinggi setelah pemeriksaan yang kedua, dokter akan merekomendasikan pemindaian otak dengan magnetic resonance imaging (MRI) untuk mengevaluasi adanya tumor pada kelenjar pituitari.
Cara mengatasi hiperprolaktinemia
Hiperprolaktinemia diobati sesuai dengan penyebabnya. Bila tidak ditemukan penyebab atau terdapat tumor pada kelenjar pituitari, terapi utama adalah dengan pemberian obat-obatan. Hiperprolaktinemia yang disebabkan oleh hipotiroidisme diobati dengan obat-obat pengganti hormon tiroid, yang juga akan mengembalikan kadar prolaktin ke angka normal. Bila hiperprolaktinemia disebabkan oleh obat-obat rutin, seperti obat darah tinggi, dokter akan mencari alternatif obat lain yang efektif dan tidak meningkatkan kadar hormon prolaktin.
1. Obat-obatan
Obat yang paling sering digunakan untuk mengatasi hiperprolaktinemia adalah cabergoline dan bromocriptine. Dokter akan mulai pada dosis rendah dan secara bertahap meningkatkan dosisnya sampai kadar prolaktin kembali normal. Pengobatan dilanjutkan hingga gejala berkurang atau terjadi kehamilan (bila ini tujuannya). Pengobatan akan dihentikan ketika wanita diketahui hamil.
Cabergoline dikonsumsi sebanyak dua kali seminggu dan memiliki efek samping yang lebih sedikit ketimbang bromocriptine. Efeknya dalam menurunkan kadar prolaktin ke angka normal juga lebih cepat ketimbang bromocriptine. Akan tetapi, cabergoline dapat menyebabkan kelainan katup jantung bila dikonsumsi dalam dosis tinggi—perlu diketahui bahwa dosis ini tidak digunakan pada wanita yang mencoba untuk hamil.
Kedua obat ini dapat digunakan pada wanita hamil. Efek samping yang paling sering terjadi, yakni rasa melayang, mual, dan sakit kepala. Efek samping bisa dikurangi dengan menaikkan dosis obat secara perlahan. Cara lain, yakni dengan memberikan bromocriptine dalam bentuk supositoria vagina. Namun, cara ini termasuk penggunaan off-label.
2. Tidak diobati
Pengobatan hiperprolaktinemia bisa tidak diperlukan bila tidak ditemukan penyebab yang jelas atau bila kadar prolaktin yang tinggi disebabkan oleh tumor di kelenjar pituitari dan individu masih menghasilkan estrogen.
3. Pembedahan
Pada kasus tumor pituitari yang berukuran besar, pembedahan mungkin diperlukan bila obat-obatan tidak berhasil memperbaiki gejala. Pemeriksaan MRI akan dilakukan secara berkala untuk menilai ukuran tumor.
Bisakah hamil bila hiperprolaktinemia?
Secara umum, kondisi hiperprolaktinemia dapat diobati. Hasil studi menemukan bahwa kadar prolaktin kembali normal pada 90 persen wanita yang mengonsumsi bromocriptine atau cabergoline. Bila wanita masih belum berovulasi meski kadar prolaktin sudah normal, individu perlu berdiskusi dengan dokter terkait obat-obat tambahan untuk mengatasi infertilitas.
Bisakah hiperprolaktinemia dicegah?
Hingga kini, belum ada cara untuk mencegah hiperprolaktinemia. Satu-satunya faktor risiko yang diketahui memicu prolaktinoma, yakni memiliki kondisi bawaan yang diwariskan, yakni multiple endocrine neoplasia (MEN) tipe 1. Individu dengan saudara kandung atau orang tua dengan kondisi ini, sebaiknya menjalani tes genetik untuk menilai ada tidaknya. Ini akan membantu mendeteksi dini dan menemukan prolaktinoma di fase awal.
Penutup
Perlu diketahui bahwa prognosis atau luaran hiperprolaktinemia yang diobati umumnya baik. Oleh sebab itu, pasangan yang diketahui mengalami hiperprolaktinemia dan sedang berjuang untuk mencapai garis dua harus segera mendapatkan pengobatan yang sesuai. Meski tidak mengancam nyawa, hiperprolaktinemia jelas dapat menimbulkan infertilitas pada pria maupun wanita.
Jadwalkan Konsultasi
Jika Anda belum hamil setelah satu tahun usia pernikahan, kami menyarankan Anda untuk melakukan pemeriksaan kesuburan dengan spesialis fertilitas kami.
Buat janji konsultasi dengan menghubungi kami di (021) 50200800 atau chat melalui Whatsapp melalui tombol di bawah.
- Al-Chalabi M, Bass AN, Alsalman I. Physiology, Prolactin. [Updated 2022 Jul 25]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. URL: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK507829/.
- American Society for Reproductive Medicine. Hyperprolactinemia (high prolactin levels). URL: https://www.reproductivefacts.org/news-and-publications/patient-fact-sheets-and-booklets/documents/fact-sheets-and-info-booklets/hyperprolactinemia-high-prolactin-levels/
- Thapa S, Bhusal K. Hyperprolactinemia. [Updated 2022 Jul 25]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. URL: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK537331/.
- Cleveland Clinic. [Last reviewed 5 Jan 2022]. Hyperprolactinemia. URL: https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/22284-hyperprolactinemia.
- Maiter D. Mild hyperprolactinemia in a couple: What impact on fertility?. In Annales d’endocrinologie 2022 Jun 1 (Vol. 83, No. 3, pp. 164-167). Elsevier Masson.
- Fungsi Endometrium dan Kegagalan Program Bayi Tabung - 18/10/2024
- Kondiloma Akuminata atau Kutil Kelamin, Infeksi Berdarah Dingin - 15/10/2024
- Koriokarsinoma : Kanker yang terkenal “angker” - 11/09/2024
Artikel Terkait:
- Kenali Penyebab Varikokel dan Pengaruhnya Pada…
- Riwayat Gondongan dan Pengaruhnya Pada Kesuburan Pria
- Kanker Prostat dan Pengaruhnya Pada Kesuburan Pria
- Kanker Ovarium dan Pengaruhnya pada Kesuburan
- Prostatitis, Adakah Pengaruhnya pada Kesuburan?
- Hipospadia, Adakah Pengaruhnya pada Kesuburan?
- Apa Itu Infertilitas? Pahami Penyebab Infertilitas…
- 5 Penyebab Infertilitas pada Pria, Apa dan Bagaimana…