Koriokarsinoma : Kanker yang terkenal “angker”

Koriokarsinoma Kanker yang terkenal “angker”

Koriokarsinoma adalah salah satu jenis kanker jarang, yang berkembang dari sel-sel pembentuk plasenta selama kehamilan.

Koriokarsinoma adalah salah satu jenis kanker yang jarang namun agresif. Tergantung waktu berkembangnya, dikenal dua tipe utama koriokarsinoma, yakni gestasional (berkaitan dengan kehamilan) dan non-gestasional (di luar kehamilan). Keduanya memiliki perkembangan dan luaran penyakit yang berbeda. 

Dalam artikel ini, selanjutnya akan lebih dibahas soal koriokarsinoma gestasional yang memang lebih umum ditemukan.

Dua tipe koriokarsinoma

Koriokarsinoma gestasional, meski lebih umum terjadi, sesungguhnya masih sangat jarang ditemukan. Insidensi koriokarsinoma tipe ini, yaitu 1 dari 20.000-30.000 kehamilan. Koriokarsinoma jenis ini termasuk ke dalam spektrum penyakit trofoblastik gestasional (PTG) dan menyumbangkan sekitar 5 persen dari semua kasus PTG. Penyakit trofoblastik gestasional itu sendiri merupakan sekelompok kelainan yang terjadi pada kehamilan dan berkembang dari sel-sel pembentuk plasenta. Yakni, organ yang menyediakan oksigen dan zat gizi pada janin melalui tali pusat. 

Kejadian koriokarsinoma gestasional lebih banyak ditemukan pada wanita dengan hamil anggur (mola hidatidosa). Kanker ini juga bisa terjadi pascakehamilan ektopik, kehamilan yang berakhir dengan keguguran, atau bahkan pada pascakehamilan normal dengan bayi cukup bulan.


Tanya Ferly tentang Promil?

New CTA WA

Jenis kedua koriokarsinoma, yakni tipe non-gestasional, mengenai semua jenis kelamin. Dalam hal ini, koriokarsinoma merupakan salah satu tipe tumor sel germinal, yakni sel-sel yang membentuk sistem reproduksi manusia. Pada wanita, koriokarsinoma non-gestasional dapat berkembang pada usia prapubertas atau pascamenopause. Organ yang terdampak bisa ovarium maupun dinding rahim, namun bukan berasal dari sel-sel pembentuk plasenta. Sedangkan pada pria, kanker ini berkembang pada usia 15-30 tahun dan mengenai organ testis. 

Penyakit Trofoblastik Gestasional

Gejala koriokarsinoma

Wanita dengan koriokarsinoma dapat mengalami salah satu gejala berikut:

  • Perdarahan dari vagina. Koriokarsinoma paling sering terjadi di dalam rahim, sehingga perdarahan vagina menjadi gejala yang paling umum. 
  • Nyeri atau bengkak pada perut. Pada kasus yang jarang, bisa terbentuk kista ovarium. Kelainan ini membuat perut semakin membengkak. Kista ovarium terbentuk karena tingginya kadar hormon human chorionic gonadotropin (hCG) di dalam tubuh. Sebagian besar kelainan yang termasuk ke dalam PTG menghasilkan hormon ini.
  • Anemia atau kekurangan sel darah merah. Kondisi ini terjadi akibat perdarahan vagina. 

Koriokarsinoma bermula di dalam rahim, tetapi dapat menyebar (bermetastasis) ke bagian tubuh lain. Tempat tersering adalah paru-paru, namun bisa juga ke organ lain. Berikut adalah beberapa gejalanya sesuai dengan lokasi penyebaran kanker:

  • Paru-paru, menyebabkan batuk, sesak napas, dan terkadang nyeri dada.
  • Vagina, menyebabkan perdarahan hebat atau keluarnya gumpalan dari vagina.
  • Perut, menyebabkan nyeri perut, mual atau muntah.
  • Otak, menyebabkan sakit kepala, rasa melayang, atau kejang-kejang.

Gejala-gejala tersebut tampak menakutkan namun sesungguhnya koriokarsinoma hampir selalu dapat disembuhkan meski sudah menyebar ke bagian tubuh lainnya.

Penyebab koriokarsinoma

Koriokarsinoma gestasional terjadi ketika sel-sel pembentuk plasenta (trofoblas) menjadi ganas (cancerous). Koriokarsionoma gestasional dapat berkembang di awal kehamilan atau terjadi setelah kehamilan. Sekitar 50 persen pengidapnya mengalami hamil anggur. 

Sedangkan pada koriokarsinoma non-gestasional, sel-sel di ovarium, testis, atau rahim mulai memproduksi hormon hCG dan menyerupai trofoblas bila dilihat di bawah mikroskop. 

Hingga kini, tidak ada yang bisa memprediksi kapan terjadinya koriokarsinoma gestasional. Kanker ini bisa terjadi berbulan-bulan atau bertahun-tahun setelah kehamilan. Yang pasti, kanker jenis ini menyebar dengan cepat dan dianggap sebagai salah satu jenis kanker yang agresif.

Faktor risiko koriokarsinoma

Koriokarsinoma gestasional bisa terjadi pada siapa saja yang pernah hamil, baik yang kehamilannya normal, mengalami kehamilan ektopik, maupun keguguran. Namun, studi menemukan bahwa risiko tertinggi ditemukan pada wanita yang pernah mengalami hamil anggur. Faktor risiko lainnya, yakni berusia kurang dari 20 tahun atau lebih tua dari 40 tahun saat hamil, menggunakan kontrasepsi oral jangka panjang, dan memiliki golongan darah A.

Komplikasi koriokarsinoma

Sel trofoblas memiliki afinitas atau ketertarikan yang kuat terhadap pembuluh darah sehingga sel kanker cenderung menyebar melalui darah. Dan karena organ paru memiliki pembuluh darah terbanyak, organ ini paling sering menjadi tempat penyebaran koriokarsinoma. Itu juga yang membuat kanker tipe ini menyebar dengan cepat. 

Oleh sebab itu, menunda atau tidak mendapatkan pengobatan koriokarsinoma dapat berakibat fatal. Padahal, dengan pengobatan, banyak pengidap koriokarsinoma bisa mencapai remisi atau bahkan sembuh. Seperti kebanyakan jenis kanker, pengobatan sedini mungkin akan memberikan hasil yang paling optimal.

Diagnosis koriokarsinoma

Untuk mendiagnosis koriokarsinoma, dokter akan terlebih dulu melakukan wawancara mendalam. Pada wanita, dokter akan memberi perhatian khusus pada riwayat reproduksi, khususnya keguguran dan hamil anggur yang meningkatkan risiko koriokarsinoma. Pada wanita pascamenopause, perdarahan vagina yang terjadi harus dianggap mencurigakan.

Dan karena koriokarsinoma cenderung menyebar, dokter juga akan mencari gejala yang timbul dari organ lain, seperti batuk darah, sesak napas, atau perdarahan saluran cerna. 

Untuk mengonfirmasi temuan pada wawancara, dokter akan menyarankan salah satu atau beberapa tes berikut:

  • Pemeriksaan panggul atau pemeriksaan fisik untuk menilai ada tidaknya benjolan atau massa. Pada pria dengan koriokarsinoma, bentuk testis biasanya sangat kecil atau bahkan hampir hilang. Yang tersisa hanyalah sel-sel kanker.
  • Ultrasonografi (USG) perut dan organ panggul.
  • Pemeriksaan darah untuk mengetahui kadar hormon hCG, yang kadarnya tinggi pada penderita koriokarsinoma. Peningkatan kadar hormon ini membuat pasien mengalami perdarahan rahim abnormal, ginekomastia (pembesaran payudara pada pria), atau hipertiroidisme (kelenjar tiroid hiperaktif).
  • Tes darah untuk memeriksa fungsi hati dan ginjal.
  • Pemeriksaan hematologi lengkap.

Setelah koriokarsinoma terdiagnosis, dokter akan mengevaluasi ada tidaknya metastasis atau penyebaran kanker ke organ lain. Hal ini dilakukan untuk menentukan stadium penyakit. Untuk itu, dokter akan merekomendasikan pemeriksaan CT-scan dada, perut, atau panggul serta CT-scan atau MRI kepala.

Stadium koriokarsinoma

Setelah koriokarsinoma terdiagnosis, tahap berikutnya adalah menentukan stadium penyakit. Tahap ini diperlukan untuk mengetahui sejauh mana penyebaran kanker. Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan International Federation of Gynecology and Obstetrics mengembangkan  sistem penentuan stadium koriokarsinoma sebagai berikut:

  • Stadium I: Penyakit terbatas pada rahim.
  • Stadium II: Penyakit menyebar melampaui rahim, namun terbatas pada struktur organ kelamin.
  • Stadium III: Penyakit menyebar ke paru-paru.
  • Stadium IV: Penyakit menyebar ke organ lainnya.

Selanjutnya, individu digolongkan ke dalam kelompok risiko rendah atau tinggi untuk menentukan pengobatan yang akan dijalani. Kriteria yang dipakai adalah sebagai berikut:

Pengobatan koriokarsinoma

Kanker ini bersifat agresif dan sering menyebar, terutama ke paru-paru. Meski demikian, kanker jenis ini sangat sensitif terhadap kemoterapi dan memiliki tingkat kesembuhan yang jauh lebih baik ketimbang kanker ganas lain yang serupa.

Kriteria yang umumnya digunakan untuk memulai kemoterapi pada koriokarsinoma adalah sebagai berikut:

  • Kadar hCG menetap atau meningkat setelah dilakukan evakuasi rahim (pengerokan rongga rahim).
  • Perdarahan vagina yang hebat.
  • Perdarahan saluran cerna atau perdarahan di dalam rongga perut.
  • Ada bukti histologis dari koriokarsinoma.
  • Ada bukti penyebaran di otak, hati, atau saluran cerna.
  • Opasitas paru lebih dari 2 cm.
  • Kadar serum hCG di atas 20,000 IU/L dalam waktu 4 minggu setelah evakuasi rahim.
  • Kadar hCG tetap meningkat dalam waktu 6 bulan pascaevakuasi meski trennya menurun.

Agen kemoterapi yang digunakan disesuaikan dengan hasil penilaian risiko pada saat penentuan stadium penyakit. 

  • Risiko rendah (skor kumulatif <7) dan stadium I-III koriokarsinoma dapat diobati dengan kemoterapi agen tunggal, seperti methotrexate atau actinomycin D.
  • Risiko tinggi (skor kumulatif >7) dan stadium II-IV koriokarsinoma diobat dengan kemoterapi multi-agen, radioterapi tambahan, dan pembedahan.

Setelah pengobatan dan normalisasi hCG, kadar hormon ini harus diperiksa setiap bulan selama satu tahun dengan dua kali pemeriksaan fisik dalam jangka waktu yang sama. Bila terjadi kehamilan berikutnya, USG panggul pada trimester pertama harus dilakukan untuk memastikan lokasi rahim karena risiko koriokarsinoma berulang (meski kecil). Selain itu, sampel plasenta perlu diambil dan diperiksakan secara histologis untuk menentukan ada tidaknya kekambuhan.

Bisakah koriokarsinoma disembuhkan?

Secara umum, koriokarsinoma dapat disembuhkan dengan kemoterapi. Dan luarannya akan lebih baik ketika koriokarsinoma ditemukan dini, sebelum menyebar ke organ lain di luar panggul. Angka kesintasan individu dengan koriokarsinoma gestasional risiko rendah hampir mencapai 100 persen. Sedangkan pada yang berisiko tinggi, sekitar 91-94 persen.

Namun, koriokarsinoma non-gestasional memiliki angka kesembuhan yang jauh lebih kecil oleh karena lebih tidak kemosensitif. Artinya, kemoterapi mungkin tidak efektif dalam membunuh sel kanker.

Selain itu, koriokarsinoma juga lebih sulit sembuh bila:

  • Sudah menjalani kemoterapi dan gagal.
  • Penyakit berkembang setelah kehamilan cukup bulan atau setelah anak lahir.
  • Kadar hormon hCG di atas 40.000 mIU/mL sebelum pengobatan.
  • Mengalami gejala atau sedang hamil lebih dari empat bulan sebelum pengobatan.

Bisakah hamil setelah mengalami koriokarsinoma?

Banyak wanita masih bisa memiliki keturunan setelah menjalani pengobatan koriokarsinoma. Namun tentu itu bergantung pula pada diagnosis dan stadium penyakitnya. Bila masih menginginkan keturunan, diskusikan dengan dokter sehingga dokter tahu cara terbaik untuk mengobati koriokarsinoma tanpa mengganggu kesuburan Bunda.

Bisakah koriokarsinoma dicegah?

Kariokarsinoma tidak bisa dicegah. Namun, bila Bunda memiliki riwayat hamil anggur, sampaikan pada dokter mengenai faktor risiko ini. Bunda juga harus memberitahu dokter bila mengalami perdarahan vagina yang tidak biasa atau nyeri perut bawah, khususnya bila Bunda pernah mengalami hamil anggur.

cheer

Jadwalkan Konsultasi

Jika Anda belum hamil setelah satu tahun usia pernikahan, kami menyarankan Anda untuk melakukan pemeriksaan kesuburan dengan spesialis fertilitas kami.

Buat janji konsultasi dengan menghubungi kami di (021) 50200800 atau chat melalui Whatsapp melalui tombol di bawah.

Referensi
  • Bishop BN, Edemekong PF. Choriocarcinoma. [Updated 2023 Feb 4]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2024 Jan-. URL: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK535434/ 
  • Cancer Research UK. (15 Juni 2023). Invasive mole and choriocarcinoma. URL: https://www.cancerresearchuk.org/about-cancer/gestational-trophoblastic-disease-gtd/invasive-mole-choriocarcinoma.
  • Cleveland Clinic. (4 Oktober 2023). Choriocarcinoma. URL: https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/24863-choriocarcinoma.
  • Radiopaedia. (24 Juni 2023). Choriocarcinoma. URL: https://radiopaedia.org/articles/choriocarcinoma-1.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

doctors
[caldera_form id="CF6195e2bd61123"]
Buat Janji