Beranda » BLOG » Infertilitas » Infertilitas Wanita » Apa Itu kista dan Apa Penyebabnya?
Apa Itu kista dan Apa Penyebabnya?
Kista pada saluran reproduksi wanita biasanya bersifat jinak, tetapi mungkin memerlukan pengobatan bila timbul komplikasi.
Kista adalah tonjolan berbentuk kantong, yang dapat mengandung materi berupa cairan, semi padat, atau gas. Kista dapat muncul di bagian tubuh manapun, namun tersering di kulit, ovarium, payudara, dan ginjal. Sebagian besar kista bersifat jinak, namun sisanya dapat berkembang menjadi kanker.
Meski seringkali tidak berbahaya, kista dapat menyebabkan rasa nyeri, tidak nyaman, serta komplikasi tergantung ukuran kista atau lokasi kemunculannya. Kista yang sangat besar juga dapat menekan atau menggeser organ-organ lain di sekitarnya.
Kista bukanlah bagian normal dari jaringan tubuh karena memiliki lapisan tersendiri—disebut kapsul—yang memisahkannya dari jaringan sekitar. Kista yang berisi nanah, berarti mengalami infeksi, dan selanjutnya akan berkembang menjadi abses.
Penyebab kista
Ada ratusan jenis kista dan kerap kali penyebabnya tidak bisa dijelaskan. Namun, beberapa yang tersering, mencakup:
Tanya Ferly tentang Promil?
- Penumpukan cairan. Tubuh memiliki banyak kelenjar yang menghasilkan cairan. Ketika kelenjar ini tersumbat, cairan akan terakumulasi, membentuk kista. Contoh yang paling umum adalah kista sebasea yang terbentuk di bawah permukaan kulit. Kista ini muncul ketika kelenjar minyak tersumbat. Ada pula kista Bartholin, yang terbentuk ketika saluran-saluran tempat keluarnya cairan pelumas vagina tersumbat.
- Fluktuasi hormonal. Hormon berperan penting perkembangan kista, khususnya pada wanita. Sebagai contoh, kista payudara terbentuk akibat ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron. Ketidakseimbangan hormonal juga memicu timbulnya kista ovarium dan sindrom ovarium polikistik (PCOS).
- Cedera. Cedera dapat menyebabkan kista, khususnya pada kulit. Sel-sel yang rusak atau pembuluh darah yang robek dapat berkembang menjadi kista. Kista pada kulit juga bisa muncul pasca tindakan tindik telinga atau hidung.
Pada kasus yang jarang, kista disebabkan oleh infeksi parasit. Contohnya adalah kista hidatidosa, akibat infeksi cacing pita Echinococcus granulosus melalui agen pembawa domba atau anjing. Infeksi ini menyebabkan timbulnya kista di sepanjang sistem saraf pusat, paru, dan hati. Selain itu, ada pula trichinellosis, yang disebabkan oleh cacing gelang Trichinella spiralis. Infeksi ini menyebabkan kista pada otak.
Faktor risiko kista
Kista dapat berkembang pada siapa saja. Namun, beberapa faktor berikut meningkatkan risikonya:
- Jenis kelamin perempuan. Banyak jenis kista berhubungan dengan hormon wanita, estrogen dan progesteron. Yang tersering, antara lain kista payudara dan kista ovarium. Kista yang lebih jarang, seperti kista ginjal, lebih banyak ditemukan pada pria.
- Usia. Risiko beberapa jenis kista meningkat seiring bertambahnya usia. Misalnya, kista ginjal lebih sering terjadi pada individu berusia di atas 40 tahun. Sedangkan kista payudara, paling banyak ditemukan pada wanita berusia 30-50 tahun.
Kista pada saluran reproduksi wanita
Dalam tubuh wanita, kista paling banyak ditemukan di sistem reproduksi. Kista ini dapat bersifat normal (fisiologis) maupun tidak normal (patologis). Dari sedemikian banyaknya jenis kista pada saluran reproduksi wanita, sebagian besar berasal dari ovarium.
1. Kista vagina dan vulva
Kista vagina dan vulva yang sebenar-benarnya tentu berasal dari jaringan vagina dan vulva. Namun, kelainan yang berasal dari uretra dan jaringan di sekitarnya juga bisa muncul sebagai kista di dalam vagina. Kista pada bagian ini paling sering terjadi pada wanita berusia 30- sampai 40-an. Jenis kista yang tersering, yaitu:
- Kista duktus Mullerian. Kista yang tergolong jarang ini, umumnya muncul pada dekade ketiga dan keempat kehidupan. Kista tampak sebagai benjolan kecil yang tidak bergejala dan tidak memerlukan pengobatan. Kadang-kadang, ukurannya cukup besar untuk menimbulkan gejala, sehingga perlu diangkat.
- Kista epidermal. Kista ini muncul sekunder untuk “mengubur” sisa-sisa sel epitel pascaepisiotomi atau prosedur bedah lainnya. Kista ini dapat diraba dengan jelas (terlokalisasi), tidak menimbulkan nyeri maupun gejala lainnya, dan mirip dengan kista sebasea.
- Kista duktus Gartner. Ini merupakan sisa duktus Wolffii, yang merupakan cikal bakal alat kelamin pria bagian dalam. Kista ini biasanya berlokasi di sepanjang dinding vagina depan dan samping (anterolateral). Kista duktus Gartner dapat berhubungan dengan kelainan pada sistem saluran kemih.
Kista Bartholin. Kelenjar Bartholin terletak di kedua sisi labia minora bagian bawah dan memiliki saluran sepanjang 2-2,5 cm yang bermuara ke liang vagina di sekitar posisi jam 4 dan jam 8. Kelenjar ini berfungsi mengeluarkan cairan pelumas vagina. Sumbatan pada ujung saluran ini dapat menyebabkan cairan menumpuk. Selanjutnya, saluran akan melebar dan membentuk kista, yang tampak sebagai tonjolan di bibir vagina. Kista ini tergolong jinak dan biasa terjadi pada wanita usia reproduksi. Kista juga bisa terinfeksi dan membentuk abses. Bila demikian, tonjolan di bibir vagina akan tampak jelas, nyeri, dan kemerahan. Wanita dapat merasakan nyeri yang mengganggu kala berjalan, duduk, atau berhubungan intim.
2. Kista serviks
Kista serviks seringkali jinak. Yang tersering adalah kista Nabothian, yang terbentuk ketika jaringan normal di bagian luar serviks tumbuh menutupi kelenjar yang menghasilkan lendir serviks. Kista terbentuk ketika lendir, cairan, atau jaringan terakumulasi di dalam kelenjar. Kista Nabothian biasanya tidak bergejala dan tidak membutuhkan pengobatan apapun.
Ada jenis kista serviks lain yang menyerupai kista Nabothian, yakni adenoma malignum. Bedanya, kelainan ini tergolong ganas atau merupakan kanker. Adenoma malignum jarang terjadi, dan biasanya ditemukan secara kebetulan pada saat prosedur histerektomi (pengangkatan rahim) untuk kondisi lain.
3. Kista uteri (rahim)
Kista rahim dapat terbentuk pada kelainan non-kistik, seperti:
- Adenomiosis. Ini merupakan tumor jinak yang mengenai wanita yang masih menstruasi, khususnya yang sudah lebih dari 1 kali melahirkan (multipara). Pada adenomiosis kistik, kista dapat ditemukan di dalam lapisan otot rahim (miometrium).
- Mioma uteri dengan degenerasi kistik. Pada 4 persen kasus mioma rahim, terjadi degenerasi, yakni ketika sel-sel mioma tumbuh melampaui suplai darahnya dan mulai mengalami kematian. Proses ini memicu penumpukan cairan yang tampak seperti kista.
- Hiperplasia endometrium kistik. Ini merupakan penebalan dinding rahim yang disebabkan oleh unopposed estrogen, yakni tingginya kadar hormon estrogen tanpa diimbangi dengan hormon progesteron. Hiperplasia endometrium kistik sesungguhnya merupakan tipe penebalan dinding rahim yang paling banyak ditemukan dan paling jinak. Kondisi ini dicirikan oleh munculnya kista-kista kecil di dalam dinding rahim yang menebal.
Kista hidatidosa. Kelainan ini disebabkan oleh infeksi cacing pita Echinococcus granulosus. Meski lokasi infeksi utama adalah organ hati, infeksinya dapat menyebar ke organ panggul, seperti rahim.
4. Kista tuba falopii
Kista pada tuba falopii umumnya dinamai sesuai dengan kandungan cairan di dalam kista yang terbentuk, seperti:
- Hidrosalping. Kondisi ini terjadi ketika saluran tuba tersumbat sehingga terjadi penumpukan cairan bening di dekat ovarium. Sumbatan bisa terjadi akibat penyakit radang panggul, endometriosis, tumor tuba falopii, atau kehamilan ektopik pada tuba.
- Hematosalping. Kondisi ini disebabkan oleh sumbatan dan perdarahan pada sehingga terjadi penumpukan darah. Hematosalping umumnya terjadi akibat endometriosis, kehamilan ektopik pada tuba, penyakit radang panggul, serta kanker dan cedera pada tuba.
Piosalping. Kondisi ini sering terjadi di kedua sisi tuba falopii dan disertai dengan penebalan dinding tuba. Berbeda dengan hidrosalping dan hematosalping, kista yang terbentuk mengandung nanah. Penyebab tersering adalah infeksi yang menimbulkan penyakit radang panggul.
5. Kista ovarium
Di saluran reproduksi wanita, kelainan berbentuk kista paling banyak ditemukan di dalam ovarium. Pada wanita, kista ovarium dapat terdiagnosis sejak masih janin hingga pascamenopause. Kista ovarium ada yang normal, ada pula yang tidak normal. Berikut adalah beberapa jenisnya yang tersering:
- Kista fungsional. Ini adalah jenis kista jinak yang paling sering muncul dan terjadi pada sebagian besar wanita yang masih memiliki ovarium. Ada dua macam kista fungsional, yakni kista korpus luteum dan kista folikel. Kista korpus luteum terbentuk setelah ovulasi terjadi. Sedangkan kista folikel ditemukan di tengah siklus menstruasi, yakni ketika folikel gagal melepaskan sel telur dan terus membesar. Diameter kista folikel dapat mencapai 25 mm. Kista fungsional tidak bergejala dan akan menghilang dengan sendirinya dalam waktu 6-8 minggu.
- Kista theca-lutein. Nama lainnya adalah kista hiperstimulasi. Kista ini berhubungan dengan tingginya kadar hormon beta-hCG, seperti pada kehamilan kembar, penyakit trofoblas gestasional, atau akibat penggunaan obat-obatan untuk stimulasi ovarium.
- Kistadenoma ovarium. Kista jenis ini terbentuk dari sel epitel ovarium yang terletak di sisi luar organ. Ukuran kista bisa sangat besar, yakni antara 5-20 cm, namun umumnya jinak. Dindingnya tipis dan dapat bersekat-sekat. Ada dua macam kistadenoma ovarium, yakni kistadenoma serosa dan kistadenoma musinosa.
- Kista ganas ovarium. Kista jenis ini sesungguhnya merupakan kanker ovarium, yang cenderung dialami oleh wanita pascamenopause. Beberapa jenisnya, mencakup karsinoma serosa, karsinoma musinosa, karsinoma endometroid, clear cell carcinoma, dan tumor ganas Brenner.
- Sindrom ovarium polikistik. Pada kondisi ini, kista-kista kecil terbentuk di dalam ovarium akibat tidak adanya ovulasi (pelepasan sel telur). Akibatnya, pembuahan tidak terjadi.
Kista endometriosis. Bila terjadi pada ovarium, kista ini disebut dengan endometrioma atau kista coklat. Endometriosis merupakan kondisi di mana jaringan dinding rahim tumbuh di luar rahim. Sekitar 1 dari 10 wanita usia reproduksi mengalaminya, khususnya pada kelompok usia 30-40 tahun. Selain ovarium, endometriosis juga bisa ditemukan di tuba falopii, usus besar, serta bagian permukaan depan, belakang, dan sisi rahim.
6. Kista paraovarium
Kista paraovarium ditemukan di ligamentum latum (penyangga organ-organ panggul) antara ovarium dan tuba falopii. Kasus-kasus kista jenis ini banyak ditemukan pada wanita antara usia 30 sampai 50 tahun. Kista dapat bersifat jinak maupun ganas.
Diagnosis kista
Kista pada saluran reproduksi wanita didiagnosis melalui wawancara medis dan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik mencakup pemeriksaan panggul, untuk mengevaluasi organ internal dan eksternal panggul, seperti vulva, vagina, rektum, serviks, rahim, tuba falopii, dan ovarium. Dokter akan menilai ada tidaknya kemerahan, rasa nyeri, serta ukuran dan bentuk kista yang dicurigai.
Bergantung pada lokasi dan jenis kista, pemeriksaan-pemeriksaan berikut mungkin diperlukan:
- Pemeriksaan radiologi seperti ultrasonografi (USG). USG dapat membedakan kista yang berisi cairan dengan massa padat. Tergantung jenis kista dan usia wanita, USG mungkin diulang beberapa bulan kemudian untuk melihat apakah kista menghilang dengan sendirinya.
- Pemeriksaan radiologi lain, seperti voiding cystourethrogram (VCUG), CT scan, atau MRI bila perlu.
- Kolposkopi atau teropong vagina. Pemeriksaan ini digunakan untuk menilai kondisi vagina dan serviks dengan lebih mendetil.
- Laparoskopi. Ini merupakan prosedur bedah minimal invasif untuk mengevaluasi dan sekaligus mengangkat kista, melalui sayatan kecil pada perut.
- Pemeriksaan darah, seperti penanda tumor CA-125 untuk kanker ovarium.
Pengobatan kista
Perlu tidaknya kista diobati bergantung pada sejumlah faktor, yakni:
- Jenis kista.
- Lokasi kista.
- Ukuran kista.
- Apakah kista menyebabkan nyeri atau rasa tidak nyaman.
- Apakah kista membengkak atau terinfeksi.
Pengangkatan kista melalui pembedahan umumnya direkomendasikan untuk kista yang sangat besar atau menyebabkan gejala yang mengganggu. Kadang-kadang, dokter dapat mengeluarkan cairan di dalam kista dengan memasukkan jarum atau kateter ke dalam kantong kista. Bila kista tidak mudah diakses, dokter akan menggunakan alat bantu seperti USG sebagai pemandu saat memasukkan jarum atau kateter.
Selanjutnya, cairan kista yang sudah dikeluarkan dikirim ke laboratorium untuk diperiksa apakah ada sel-sel yang bersifat kanker. Bila terdapat kecurigaan ke arah kanker, dokter akan menganjurkan pengangkatan kista, melakukan biopsi pada dinding kista, atau keduanya.
Beberapa kista timbul akibat dari kondisi medis kronis yang mendasari, seperti pada sindrom ovarium polikistik. Pada yang seperti ini, pengobatan berfokus pada kondisi medis penyebabnya, dan bukan pada kistanya.
Komplikasi kista
Sebagian kasus kista pada saluran reproduksi wanita dapat menyebabkan komplikasi serius, seperti:
- Infeksi, di mana kista mengandung bakteri dan nanah, lalu berkembang menjadi abses. Bila kemudian abses ini pecah di dalam tubuh, ada risiko terjadi infeksi darah yang disebut septikemia.
- Peritonitis atau peradangan dinding perut akibat kista yang pecah.
- Torsio ovarium, yakni ketika kista ovarium menjadi sangat besar dan terpuntir. Gejala berupa nyeri perut hebat yang bersifat tiba-tiba, disertai dengan mual dan muntah. Torsio ovarium juga dapat mengurangi atau menghentikan aliran darah pada ovarium.
- Penekanan pada organ lain.
Kapan harus waspada bila mengalami kista?
Meski kista umumnya tidak berbahaya, sebaiknya mencari bantuan medis apabila:
- Kista menjadi sangat nyeri atau meradang. Ini dapat menjadi tanda kista pecah atau terinfeksi.
- Ukuran kista membesar dalam waktu singkat. Bila demikian, ini dapat merupakan gejala kanker.
- Terdapat nyeri panggul, yang disertai dengan demam, mual, dan muntah.
- Muncul gangguan saat buang air kecil.
- Terdapat gangguan haid.
Penutup
Kista adalah kantong cairan abnormal dan bisa berkembang pada jaringan manapun dalam tubuh. Pada saluran reproduksi wanita, kondisi ini relatif umum dan jenisnya banyak sekali. Bila Anda khawatir akan hal ini atau baru saja menyadari ada sesuatu yang berbeda, segera periksakan diri ke dokter agar diagnosisnya akurat dan pengobatannya tepat.
Jadwalkan Konsultasi
Jika Anda belum hamil setelah satu tahun usia pernikahan, kami menyarankan Anda untuk melakukan pemeriksaan kesuburan dengan spesialis fertilitas kami.
Buat janji konsultasi dengan menghubungi kami di (021) 50200800 atau chat melalui Whatsapp melalui tombol di bawah.
- Harvard Health Publishing. Cysts (overview). URL: https://www.health.harvard.edu/a_to_z/cysts-overview-a-to
- Johns Hopkins Medicine. Benign ovarian cysts. URL: https://www.hopkinsmedicine.org/health/conditions-and-diseases/benign-ovarian-cysts.
- Medical News Today. [Updated on January 10, 2023]. What to know about cysts. URL: https://www.medicalnewstoday.com/articles/160821.
Artikel Terkait:
- Apa Itu Menopause? Kenali Gejala dan Cara Mengatasinya!
- Apa Perbedaan Miom dan Kista, Mana Yang Lebih Berbahaya?
- Dismenore atau Nyeri Haid Berlebihan, Apa Penyebabnya?
- Apa Itu Displasia Serviks? Kondisi yang Perlu…
- 6 Ciri-Ciri Kista Ovarium dan Pahami Gejalanya!
- Blighted Ovum atau Kehamilan Kosong, Apakah Itu?
- 5 Kista yang Sering Terjadi di Dalam Organ Reproduksi Wanita
- Kenali Penyebab Kista Ovarium pada Remaja