Perdarahan Postpartum: Saat Perdarahan Pasca Persalinan Tak Kunjung Berhenti

Perdarahan Postpartum

Perdarahan postpartum adalah perdarahan vagina hebat setelah melahirkan. Ini merupakan kondisi serius yang dapat berujung pada kematian.

Perdarahan postpartum atau pascapersalinan (postpartum hemorrhage/PPH) adalah perdarahan hebat yang dialami wanita setelah melahirkan. Perdarahan jenis ini dialami oleh sekitar 1 sampai 5 dari 100 wanita yang melahirkan. Meski jarang, kondisi ini tergolong serius karena dapat mengancam nyawa.

Berdasarkan waktu mulai terjadinya, dikenal dua macam PPH, yakni PPH primer yang terjadi dalam 24 jam pasca persalinan dan PPH sekunder yang terjadi setelah 24 jam hingga 12 minggu pasca persalinan. Pada dasarnya, PPH yang ditemukan dini dan segera diatasi, memiliki prognosis yang lebih baik.

Kriteria perdarahan pascapersalinan

Kehilangan sejumlah darah saat bersalin merupakan hal yang normal. Dahulu, wanita disebut mengalami PPH bila kehilangan lebih dari 500 mL darah saat melahirkan per vaginam (normal) atau lebih dari 1.000 mL pada operasi Caesar

Namun, di tahun 2017 American College of Obstetrics and Gynecology memperbarui definisi PPH menjadi kehilangan darah secara kumulatif lebih dari 1.000 mL atau kehilangan darah yang disertai dengan tanda dan gejala hipovolemia dalam 24 jam setelah proses persalinan, apapun metode persalinannya.

Tanya Ferly tentang Promil?

New CTA WA

Dengan kehilangan darah sebanyak itu, PPH dapat memicu penurunan tekanan darah secara tiba-tiba, yang berujung pada syok dan kematian. Syok terjadi ketika organ-organ tubuh tidak mendapatkan aliran darah yang cukup.

Mengapa perdarahan pasca persalinan bisa terjadi?

Ada beberapa alasan mengapa PPH muncul. Plasenta atau ari-ari menempel ke dinding rahim dan menyediakan nutrisi serta oksigen pada bayi selama kehamilan. Setelah bayi lahir, rahim akan terus berkontraksi agar plasenta bisa dikeluarkan. Proses ini terjadi pada kala tiga persalinan. Kontraksi rahim ini juga membantu menekan pembuluh darah tempat plasenta menempel pada dinding rahim. Terkadang, kontraksi ini tidak cukup kuat untuk menghentikan perdarahan. Kondisi ini disebut dengan atonia uteri, yang sesungguhnya menjadi penyebab pada 80% kasus PPH.

PPH juga bisa terjadi ketika sebagian plasenta tetap menempel pada dinding rahim atau bila sebagian organ reproduksi mengalami kerusakan saat bersalin. Risiko PPH juga meningkat bila wanita memiliki kelainan pembekuan darah atau kondisi kesehatan tertentu.

Gejala perdarahan postpartum

Perdarahan pascapersalinan dicurigai bila terdapat gejala atau tanda berikut:

  • Perdarahan hebat dari vagina yang tak kunjung berhenti.
  • Tanda-tanda tekanan darah rendah menuju syok, seperti pandangan buram, menggigil, keringat dingin, detak jantung cepat, merasa bingung, pusing, rasa melayang, mengantuk, rasa lemah atau seperti akan pingsan.
  • Mual atau muntah.
  • Kulit pucat.
  • Bengkak dan nyeri di sekitar vagina atau perineum (area antara vagina dan anus).
  • Telinga berdenging.

Penyebab perdarahan postpartum

Penyebab utama PPH disingkat sebagai “4T”, yakni tone, trauma, tissue, dan thrombin.

1. Tone atau tonus

Ini berkaitan erat dengan atonia uteri, suatu kondisi di mana rahim lembek dan lemah setelah bersalin. Kondisi ini, yang merupakan penyebab tersering PPH, terjadi kala otot-otot rahim tidak mampu berkontraksi kuat setelah bersalin. Kontraksi rahim pasca persalinan membantu menghentikan perdarahan di lokasi perlekatan plasenta pada dinding rahim. 

Atonia uteri bisa terjadi kala rahim teregang atau melebar (distensi) akibat melahirkan kembar atau memiliki bayi besar (berat lahir 4 kg atau lebih). Kondisi ini juga bisa muncul pada wanita yang telah beberapa kali melahirkan sebelumnya, mengalami proses persalinan yang panjang, atau memiliki cairan ketuban yang terlalu banyak (polihidramnion).

2. Trauma atau cedera

Cedera pada vagina, serviks, rahim atau perineum dapat menimbulkan perdarahan. Penggunaan alat bantu seperti forcpes atau vakum selama proses persalinan dapat meningkatkan risiko terjadinya trauma pada rahim. Kadang-kadang, hematoma (penumpukan darah di luar pembuluh darah), dapat terbentuk di area yang tersembunyi dan memunculkan perdarahan yang baru terjadi berjam-jam atau berhari-hari setelah persalinan.

3. Tissue atau jaringan

Perdarahan dapat terjadi ketika jaringan plasenta tertahan atau masih ada sebagian yang menempel pada dinding rahim. Ini biasanya terjadi akibat kelainan plasenta yang memengaruhi kemampuan rahim untuk berkontraksi setelah melahirkan.

4. Thrombin atau faktor pembekuan darah

Hal-hal yang memengaruhi pembekuan darah, seperti adanya preeklampsia/eklampsia atau kelainan pembekuan darah lain dapat mengganggu kemampuan tubuh dalam mengendalikan perdarahan. Kondisi ini bahkan dapat membuat perdarahan kecil tidak terkendali.

Selain keempat faktor di atas, wanita juga lebih berisiko mengalami PPH bila ada riwayat serupa pada kehamilan sebelumnya. Wanita dari ras Asia dan Hispanik juga lebih berpeluang mengalami PPH.

Diagnosis perdarahan postpartum

Dokter mendiagnosis PPH melalui pemeriksaan fisik dan visual, pemeriksaan darah, dan wawancara medis yang mendalam. PPH bisa dideteksi berdasarkan jumlah darah yang hilang saat bersalin. Jumlah darah yang keluar diukur dengan cara menimbang pembalut atau spons yang dibasahi darah sejak persalinan dimulai.

Cara lain untuk mendiagnosis PPH, yaitu:

  • Pemantauan ketat denyut nadi dan tekanan darah.
  • Pemeriksaan darah untuk mengukur konsentrasi sel darah merah (hematokrit) dan faktor-faktor pembekuan darah. 
  • Ultrasonografi (USG) untuk mendapatkan gambaran detil dari rahim, plasenta, dan organ tubuh lainnya.

Cara mengatasi perdarahan postpartum

Perdarahan setelah melahirkan dianggap sebagai kegawatdaruratan medis. Secepat mungkin, sumber perdarahan harus dihentikan dan darah yang hilang diganti.

Untuk mengatasi sumber perdarahan, perawatan dapat mencakup:

  • Memijat rahim secara manual dengan tangan. Dokter akan memijat rahim untuk membantunya berkontraksi, mengurangi perdarahan, dan membantu tubuh mengeluarkan bekuan darah. 
  • Memberikan obat seperti oxytocin agar rahim berkontraksi dan perdarahan berkurang.
  • Mengeluarkan sisa plasenta dari rahim, membebat tekan rahim dengan kassa, balon atau spons khusus, atau menggunakan alat medis atau jahitan untuk membantu menghentikan perdarahan. 
  • Memperbaiki robekan pada vagina, serviks, atau rahim.
  • Embolisasi pembuluh darah yang menyuplai rahim. Pada prosedur ini, dokter akan melakukan tes khusus untuk mencari pembuluh darah sumber perdarahan dan menyuntikkan zat khusus ke dalam pembuluh darah tersebut untuk menghentikan perdarahan. Prosedur ini dilakukan pada kasus tertentu dan dapat mencegah wanita menjalani histerektomi (pengangkatan rahim).

Sedangkan untuk mengendalikan perdarahan dan mengganti darah yang hilang, dokter umumnya memberikan cairan infus, transfusi darah, atau suplemen zat besi oral bersama dengan vitamin hamil. 

Pada kasus yang jarang, atau bila metode lain gagal, dokter mungkin menyarankan laparotomi atau histerektomi. Laparotomi adalah pembedahan dengan sayatan di perut yang bertujuan untuk menemukan sumber perdarahan. Sedangkan histerektomi adalah operasi pengangkatan rahim. Prosedur ini biasanya hanya dilakukan bila cara-cara lain tidak berhasil.

Komplikasi perdarahan postpartum

Hilangnya darah secara berlebihan dapat menyebabkan beberapa komplikasi seperti peningkatan detak jantung, pernapasan cepat, dan menurunnya aliran darah. Semua kombinasi hal ini akan menurunkan aliran darah ke organ-organ penting, seperti hati, otak, jantung, dan ginjal. Konsekuensinya, akan terjadi syok

Pada sebagian kasus, dapat terjadi sindrom Sheehan, yakni sebuah kelainan yang menyebabkan kelenjar pituitari otak tidak mampu menghasilkan hormon. Kelenjar pituitari adalah penghasil hormon-hormon penting yang mengontrol berbagai fungsi tubuh.

Penutup

Ibu hamil perlu mengetahui apa saja yang membuatnya berisiko mengalami PPH atau perdarahan pascapersalinan. Di samping itu, pastikan bahwa saat bersalin tersedia perawatan darurat yang diperlukan. Pada dasarnya, mengenali dan mengatasi PPH secara dini dapat mengurangi jumlah darah yang hilang, dan sekaligus meminimalkan peluang terjadinya komplikasi.

cheer

Jadwalkan Konsultasi

Jika Anda belum hamil setelah satu tahun usia pernikahan, kami menyarankan Anda untuk melakukan pemeriksaan kesuburan dengan spesialis fertilitas kami.

Buat janji konsultasi dengan menghubungi kami di (021) 50200800 atau chat melalui Whatsapp melalui tombol di bawah.

  • American College of Obstetricians and Gynecologists. ACOG Practice Bulletin Number 183, October 2017: Postpartum hemorrhage. Obstet Gynecol 2017; 130:e168. 
  • Cleveland Clinic. [Last reviewed 3 Jan 2022]. Postpartum hemorrhage. URL: https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/22228-postpartum-hemorrhage
  • Mayo Clinic. [Last reviewed 21 Jun 2022]. Postpartum hemorrhage, risks and current management. URL: https://www.mayoclinic.org/medical-professionals/obstetrics-gynecology/news/postpartum-hemorrhage-risks-and-current-management/mac-20533920
  • March of Dimes. [Last reviewed Mar 2020]. Postpartum hemorrhage. URL: https://www.marchofdimes.org/find-support/topics/postpartum/postpartum-hemorrhage#:~:text=Postpartum%20hemorrhage%20(also%20called%20PPH)%20is%20when%20a%20woman%20has,weeks%20after%20having%20a%20baby
  • Wormer KC, Jamil RT, Bryant SB. Acute Postpartum Hemorrhage. [Updated 2023 May 8]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2023 Jan-. URL: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK499988/ 
Share:

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

doctors
Buat Janji