Beranda » BLOG » Infertilitas » Layanan Pengambilan Sperma: MESA, PESA, TESA, TESE
Layanan Pengambilan Sperma: MESA, PESA, TESA, TESE
Ditinjau secara medis oleh dr. Fiona Amelia, MPH
Medical Writer
Ditulis oleh dr. Fiona Amelia, MPH · Tanggal diperbarui 16/02/2023
Pengambilan sperma atau sperm retrieval adalah teknik khusus untuk mendapatkan sperma dari saluran reproduksi pria.
Cara ini dilakukan pada kasus infertilitas faktor pria, di mana tidak ada atau sedikit sekali sel sperma di dalam cairan ejakulasi, atau pria tidak bisa berejakulasi secara normal.
Hanya pria dengan kondisi yang disebut azoospermia ini, yang perlu menjalani pengambilan sperma secara langsung dari testis atau epididimis.
Tanya Ferly tentang Promil?
Agar kehamilan berhasil, pengambilan sperma dilanjutkan dengan siklus bayi tabung menggunakan intracytoplasmic sperm injection (ICSI).
Melalui proses ini, satu sperma disuntikkan secara langsung ke dalam sel telur.
Baca Juga : ICSI dan IMSI
Metode pilihan untuk pengambilan sperma bergantung pada jenis azoospermia serta preferensi dan pengalaman dokter bedah yang melakukan prosedurnya.
Empat puluh persen kasus azoospermia disebabkan oleh adanya sumbatan (obstruksi) pada saluran reproduksi. Sisanya, yang bersifat non-obstruktif, berkaitan dengan gangguan produksi sperma dan ejakulasi.
Apa yang Terjadi Dalam Kondisi Normal?
Sel sperma dan hormon testosteron diproduksi di dalam testis (buah zakar). Sperma kemudian meninggalkan testis melalui saluran melingkar yang disebut epididimis.
Sperma akan menetap di sana hingga siap digunakan. Setiap epididimis terhubung dengan kelenjar prostat melalui saluran yang disebut dengan vas deferens.
Saluran ini membentang dari skrotum, lipat paha, panggul, hingga ke belakang kandung kemih. Di organ ini, vas deferens bergabung dengan vesikula seminalis dan membentuk duktus ejakulatorius.
Saat ejakulasi, sperma akan melewati duktus ejakulatorius untuk bercampur dengan cairan dari vesikula seminalis, prostat, dan kelenjar lain, membentuk semen (cairan sperma atau air mani).
Selanjutnya, semen mengalir melalui uretra dan keluar dari ujung penis pria.
Baca Juga : Sistem Reproduksi Pria
Adanya hambatan dalam aliran sperma, gangguan produksi sperma serta kelainan ejakulasi akan menyebabkan sperma tidak ada atau sangat sedikit.
Itu sebabnya diperlukan pengambilan sperma langsung di saluran reproduksi pria yang lebih dalam atau di testis, tempat sperma diproduksi.
Apa Saja Tujuan Dari Pengambilan Sperma?
- Untuk mendapatkan sperma yang berkualitas baik.
- Untuk mendapatkan sejumlah sperma yang cukup untuk segera digunakan dan/atau dibekukan.
- Untuk meminimalkan cedera pada testis dan saluran reproduksi lainnya.
Apa Saja Metode Pengambilan Sperma yang Tersedia?
- Testicular sperm aspiration (TESA)
TESA merupakan prosedur pengambilan sperma yang hanya memerlukan bius lokal. Cara ini dapat dilakukan di kamar operasi maupun ruang rawat jalan.
Waktu pengambilannya disesuaikan dengan waktu pengambilan sel telur dari wanita. Teknik ini mengambil sperma dengan cara memasukkan jarum khusus ke dalam testis untuk menyedot jaringan/sperma (aspirasi).
TESA umumnya dilakukan pada pria dengan azoospermia obstruktif, seperti pada yang telah menjalani vasektomi.
Kadang-kadang, hasil pengambilan sperma melalui TESA kurang optimal sehingga diperlukan biopsi testis secara terbuka.
- Microsurgical Epididymal Sperm Aspiration (MESA)
MESA adalah prosedur yang ditujukan untuk pria dengan azoospermia obstruktif, seperti pada yang telah menjalani vasektomi atau tidak memiliki kedua vas deferens sejak lahir).
Prosedur ini bisa dilakukan secara terjadwal atau disesuaikan dengan waktu pengambilan sel telur wanita.
MESA harus dilakukan di kamar operasi dengan bius umum sebab akan dibuat sayatan pada kulit skrotum.
Selanjutnya, dokter menggunakan mikroskop khusus untuk melihat epididimis melalui perbesaran. Lalu, cairan dari epididimis diperiksa untuk mencari sperma yang bergerak.
Bila ditemukan sperma yang bergerak, cairan segera diambil untuk langsung digunakan atau dibekukan (kriopreservasi) untuk penggunaan di kemudian hari.
Dibandingkan dengan metode aspirasi, MESA memungkinkan sperma dikumpulkan secara ekstensif. Metode ini juga lebih disukai untuk pria-pria yang tidak memiliki kedua vas deferens sejak lahir karena tidak memengaruhi produksi hormon pada testis.
- Percutaneous Epididymal Sperm Aspiration (PESA)
PESA merupakan prosedur pengambilan sperma untuk pria dengan azoospermia obstruktif akibat vasektomi atau infeksi.
Sama seperti TESA, metode ini hanya memerlukan bius lokal dan waktu pengambilannya disesuaikan dengan waktu pengambilan sel telur wanita.
Pada Berbeda dengan TESA, teknik ini mengambil sperma dengan cara memasukkan jarum khusus ke dalam epididimis untuk menyedot jaringan/sperma (aspirasi).
Bagi sebagian pria, PESA lebih dipilih ketimbang MESA karena tidak memerlukan bius umum. Akan tetapi, jumlah sperma yang didapat melalui cara ini tentu lebih sedikit.
- Testicular Sperm Extraction (TESE)
TESE melibatkan pembuatan sayatan kecil pada testis dan memeriksa tubulus seminiferus untuk mencari keberadaan sperma.
Prosedur ini dapat dilakukan secara terjadwal atau disesuaikan dengan waktu pengambilan sel telur wanita.
TESE umumnya dilakukan di kamar operasi dengan sedasi (obat tidur), tetapi bisa juga dilakukan di ruang rawat jalan dengan bius lokal. Hasil pengambilan sperma dapat dibekukan untuk digunakan di kemudian hari.
- Microsurgical TESE (MicroTESE)
Kini, MicroTESE telah menggantikan TESE sebagai metode yang paling optimal untuk pria dengan azoospermia akibat gangguan produksi.
Seperti MESA, MicroTESE menggunakan mikroskop khusus untuk mencari sperma. Prosedurnya dilakukan di kamar operasi dengan bius umum dan waktu pengambilannya disesuaikan dengan waktu pengambilan sel telur wanita.
Cara ini mampu mendapatkan sperma dalam jumlah yang lebih banyak ketimbang TESE. Melalui MicroTESE, sperma bisa didapat meski produksinya sangat rendah hingga tidak ada yang terlihat di dalam semen.
Sperma yang didapat juga bisa di kriopreservasi untuk digunakan di kemudian hari. Keuntungan lain dari MicroTESE adalah jauh lebih aman sebab lebih sedikit jaringan testis yang diambil.
Ini akan menurunkan risiko perdarahan pada testis, yang selanjutnya dapat memicu pembentukan jaringan parut yang merusak testis.
Metode Mana yang Terbaik?
Setiap metode memiliki keuntungan dan kerugiannya masing-masing. Sebagai contoh, PESA biasanya hanya memerlukan bius lokal dan dokter bedah tidak memerlukan peralatan bedah mikro. Akan tetapi, melalui prosedur operasi terbuka, lebih banyak lokasi yang bisa diakses dan suatu area bisa dilihat dengan lebih jelas.
Baca Juga : Layanan Pengobatan Pria
Waktu dan Durasi Pengambilan Sperma
Pengambilan sperma sederhana (TESA, PESA, dan TESE), biasanya dilakukan di hari yang sama dengan pengambilan sel telur.
Cara ini menyangkut prosedur-prosedur untuk pria dengan azoospermia obstruktif, jadi tidak ada gangguan pada produksi spermanya. Sedangkan yang lebih kompleks, seperti MicroTESE, dilakukan di hari sebelum pengambilan sel telur wanita.
Untuk durasi proses pengambilan sperma, berkisar antara beberapa menit hingga beberapa jam. Durasinya bergantung pada penyebab azoospermia, teknik yang digunakan, dan seberapa cepat sperma ditemukan.
Apakah Diperlukan Pemeriksaan Tertentu Sebelum Prosedur?
Sebelum menjalani pengambilan sperma, pria dan pasangan wanitanya perlu menjalani evaluasi kesuburan.
Bila analisis semen menunjukkan tidak ada sperma (azoospermia), atau sangat sedikit sperma (oligozoospermia berat), pria perlu menjalani wawancara medis yang mendalam, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium lanjutan.
Kadang-kadang, diperlukan pula biopsi testis. Melalui biopsi, sebagian kecil jaringan testis diambil untuk dilihat apakah azoospermia terjadi akibat sumbatan atau gangguan produksi sperma.
Hasil dari semua pemeriksaan ini menjadi pertimbangan bagi dokter untuk menentukan metode pengambilan sperma mana yang terbaik.
Setelah Sperma Diambil, Apakah Akan Langsung Digunakan?
Waktu pengambilan sperma dan sel telur biasanya disesuaikan agar sperma bisa langsung digunakan atau dibekukan untuk penggunaan di kemudian hari.
Bila pasangan menjalani siklus bayi tabung, sperma yang diambil akan langsung disuntikkan ke dalam sel telur melalui proses injeksi sperma intrasitoplasmik (ICSI).
Adakah Efek Samping atau Komplikasi Dari Prosedur Pengambilan Sperma Ini?
Pemulihan setelah pengambilan sperma melalui testis atau epididimis ini bergantung pada metode yang digunakan. Waktu pemulihan bervariasi antara beberapa hari hingga beberapa minggu.
Untuk mempercepat pemulihan, dokter umumnya menyarankan untuk:
- Menghindari aktivitas fisik yang berat.
- Menggunakan penyangga skrotum (jockstrap) hingga betul-betul pulih.
- Mengompres dingin area skrotum untuk mengurangi perdarahan dan peradangan.
- Mengonsumsi obat antinyeri, serta antibiotik untuk menurunkan risiko infeksi.
Sebagian besar pria dapat kembali beraktivitas ringan dalam waktu 24-48 jam. Sedangkan untuk aktivitas berat membutuhkan waktu sekitar 5-10 hari.
Meski jarang terjadi, efek samping atau komplikasi berikut bisa muncul pasca prosedur pengambilan sperma:
- Perdarahan
- Infeksi
- Nyeri pada skrotum
- Kemungkinan perlu dilakukannya prosedur lanjutan karena tidak ditemukan sperma atau hasil pengambilan kurang optimal
- Cedera hingga kehilangan jaringan testis (sangat jarang)
Penutup
Dalam proses pengambilan sperma, selalu ada kemungkinan tidak ada sperma yang ditemukan sama sekali.
Tentu ini dapat menguras emosi dan mental pasangan. Oleh sebab itu, pasangan perlu mendiskusikan hal ini bersama-sama dengan dokter sebelum prosedur.
Memahami seluruh proses pengambilan sperma, kemungkinan hasil yang didapat, dan potensi komplikasinya akan membuat pria dan pasangannya lebih mantap untuk memilih dan menjalani prosedur yang terbaik.
Jadwalkan Konsultasi
Periksa kesuburan pria dilakukan untuk mengetahui kondisi kesehatan organ reproduksi pada pria.
Jadwalkan konsultasi dengan menghubungi kami di (021) 50200800 atau dengan mengisi formulir melalui tombol dibawah.
- American Society for Reproductive Medicine. [Developed 2015]. Surgical techniques for sperm retrieval: what should I know?
- Esteves SC, Miyaoka R, Orosz JE, Agarwal A. An update on sperm retrieval techniques for azoospermic males. Clinics. 2013 Jan 1;68:99-110.
- Johns Hopkins Medicine. Sperm retrieval procedures.
- Practice Committee of the American Society for Reproductive Medicine. Sperm retrieval for obstructive azoospermia. Fertility and Sterility. 2008 Nov 1;90(5):S213-8.
- Urology Care Foundation. What is sperm retrieval?
- Fungsi Endometrium dan Kegagalan Program Bayi Tabung - 18/10/2024
- Kondiloma Akuminata atau Kutil Kelamin, Infeksi Berdarah Dingin - 15/10/2024
- Koriokarsinoma : Kanker yang terkenal “angker” - 11/09/2024
Artikel Terkait:
- 5 Kelainan Sperma pada Pria yang Dapat Memengaruhi Kesuburan
- Asthenozoospermia, Saat Sperma Kurang Lincah Bergerak
- Oligoasthenoteratozoospermia, Jenis Kelainan Sperma…
- Penyebab dan Cara Mengatasi Sperma Berdarah
- Keluar Sperma Tapi Tidak Terasa? Ini Penyebabnya!
- Adakah Dampak Terlalu Sering Mengeluarkan Sperma Bagi Tubuh?
- Terlalu Lama Duduk, Kualitas Sperma Memburuk?
- Kurang Istirahat, Sperma Jadi Tak Kuat