Ingin Program Hamil Kembar? Pahami Faktor Penunjang dan Risikonya!

program-hamil-kembar

Bagi beberapa pasangan yang ingin memiliki keturunan, mengharapkan kehadiran buah hati kembar. Namun, sayangnya tidak semua wanita mendapatkan kehamilan kembar. Meski belum diketahui pasti faktor pendukung hamil kembar namun banyak yang beranggapan hamil kembar adanya keturunan dari keluarga. Lantas, apakah program hamil kembar dianjurkan?

Bagaimana Seseorang Bisa Mendapatkan Hamil Kembar?

Hingga saat ini belum ada alasan pasti seseorang bisa mendapatkan hamil kembar, terutama kembar identik. Setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan kehamilan kembar identik sekitar 1 dari 250. Kembar identik tidak diturunkan dalam keluarga, usia, hingga etnis.

BACA JUGA : 8 Ciri-Ciri Hamil Muda yang Sering Tidak Disadari Bunda

Jika Anda hamil dan berusia di atas 35 tahun, Anda cenderung memiliki anak kembar yang tidak identik karena kemungkinan besar Anda akan melepaskan lebih dari 1 sel telur selama ovulasi

kembar non-identik berjalan di pihak ibu dari keluarga, mungkin karena kecenderungan bawaan untuk melepaskan lebih dari 1 sel telur.


Tanya Ferly tentang Promil?

New CTA WA

Faktor yang Menentukan Hamil Kembar

Berbeda dengan kembar identik, kembar non-identik bisa dipengaruhi beberapa faktor, diantaranya:

Usia

Wanita yang berusia di atas 30 tahun memiliki peluang untuk hamil anak kembar. Hal ini dikarenakan hormon FSH meningkat seiring bertambahnya usia wanita. FSH atau hormon perangsang folikel memiliki peran atas perkembangan telur di ovarium sebelum dilepaskan.

Seiring bertambahnya usia, para wanita yang berusia 30-an akan membutuhkan tingkat FSH lebih tinggi karena sel telur membutuhkan lebih banyak stimulasi untuk tumbuh daripada wanita yang berusia lebih muda.

Meski kehamilan di atas usia 30-an memiliki risiko tersendiri namun nyatanya wanita yang menginjak usia 30-an akan melepaskan lebih dari satu telur sehingga memiliki peluang hamil kembar.

Genetik 

Riwayat keluarga kembar identik tidak selalu membuat Anda lebih mungkin untuk memiliki anak kembar. Namun jika Anda memiliki saudara kembar fraternal (tidak identik) dalam keluarga maka peluang untuk hamil kembar meningkat. Jika terdapat saudara kembar fraternal di pihak ibu dan ayah, peluang untuk mendapatkan anak kembar lebih tinggi.

Kehamilan Sebelumnya

Kehamilan sebelumnya bisa menjadi faktor hamil kembar terjadi. Meski belum dibuktikan secara ilmiah namun jika Anda sudah memiliki anak sebelumnya maka dapat meningkatkan peluang hamil kembar.

Hal ini disebabkan sistem reproduksi yang bekerja dengan baik serta tidak memiliki masalah dengan ovulasi, sehingga kemungkinan melepaskan lebih dari satu telur lebih besar. Selain itu, jika Anda sebelumnya memiliki anak kembar bukan tidak mungkin pada kehamilan berikutnya juga akan mendapatkan anak kembar.

BACA JUGA: Cara Menentukan Program Hamil yang Tepat

sarang bayi kembar

Apakah Program Hamil Kembar Dianjurkan?

Banyak pasangan yang menganggap jika program hamil berbantu teknologi dapat menentukan hamil kembar. Namun apakah program hamil kembar bisa dilakukan dan dianjurkan? Jika Anda ingin melakukan program hamil kembar, dokter tidak menganjurkan hal tersebut karena selain dapat meningkatkan risiko pada kesehatan sang ibu, hamil kembar juga memengaruhi kondisi janin.

Faktor Risiko Hamil Kembar

Hamil kembar akan meningkatkan risiko bagi kesehatan sang ibu, seperti darah tinggi, preeklamsia, diabetes gestasional, hingga persalinan prematur. Hal ini yang menyebabkan program hamil kembar tidak dianjurkan.

Risiko Hamil Kembar Pada Ibu

Berikut beberapa risiko hamil kembar yang bisa terjadi pada ibu.

Hipertensi gestasional 

Hipertensi gestasional atau yang disebut juga tekanan darah tinggi yang terjadi pada saat kehamilan. Kondisi ini terjadi pada kehamilan kembar dua, tiga,atau lebih, yang mana potensi tekanan darah tinggi mengalami peningkatan. Jika pada kehamilan tunggal atau satu anak, tingkat hipertensi mencapai 6,5% maka pada kehamilan anak kembar, potensi hipertensi naik menjadi dua kali lipat, yaitu 12,7%.

Jika tidak segera mendapat perawatan, hipertensi gestasional dapat menyebabkan persalinan prematur, bayi yang tidak berkembang dengan baik, hingga tidak terselamatkan.

Preeklampsia 

Salah satu faktor risiko kehamilan kembar adalah preeklamsia. Preeklampsia merupakan suatu kondisi yang meliputi tekanan darah tinggi dan protein dalam urin. Gejala yang muncul saat mengalami preeklamsia, yaitu pembengkakan, sakit kepala berlebihan, dan penambahan berat badan yang cepat. Hal ini memiliki peluang tinggi bagi wanita yang hamil anak kembar. Jika tidak segera mendapat penanganan tepat, preeklamsia dapat menyebabkan eklampsia.

Hiperemesis Gravidarum 

Hiperemesis gravidarum adalah mual di pagi hari yang parah, yang menyebabkan penurunan 5% berat badan ibu dan mungkin memerlukan rawat inap. Hiperemesis gravidarum disebabkan akibat morning sickness.

Morning sickness merupakan kondisi mual dan muntah yang terjadi selama kehamilan. Kondisi ini merupakan hal normal yang terjadi pada wanita hamil. Namun kondisi morning sickness lebih intens dialami oleh wanita hamil anak kembar. Hiperemesis gravidarum dapat menyebabkan penurunan berat badan ibu hamil hingga 5%.

Kelahiran prematur

Salah satu faktor risiko yang dapat dialami ibu hamil adalah kelahiran prematur. Ibu hamil yang mengandung anak kembar memiliki potensi kelahiran prematur (kurang dari 37 minggu) daripada ibu hamil yang hanya mengandung seorang bayi. Semakin banyak jumlah anak yang dikandung maka semakin tinggi risiko kelahiran prematur ini.

Anemia

Anemia merupakan kondisi di mana jumlah sel darah merah lebih rendah dari biasanya. Anemia defisiensi besi terjadi lebih dari dua kali lebih pada wanita yang hamil anak kembar.

Risiko hamil kembar pada bayi

Tidak hanya risiko bagi ibu, hamil kembar juga berisiko bagi bayi yang dikandung. Berikut beberapa risiko hamil kembar pada bayi yang dikandung:

Twin-Twin Transfusion Syndrome (TTTS)

Twin twin transfusion merupakan salah satu komplikasi yang cukup serius. Twin twin transfusion merupakan komplikasi yang terjadi pada bayi kembar identik ketika darah mengalir dari satu bayi ke bayi lainnya melalui plasenta yang sama. Hal ini tentu dapat menyebabkan satu bayi mendapat terlalu banyak darah yang membebani sistem kardiovaskular dan menyebabkan terlalu banyak cairan ketuban untuk berkembang (polihidramnion).

Sementara bayi lainnya tidak mendapatkan darah yang cukup atau membuat cukup cairan ketuban (oligohidramnion).

Intrauterine Growth Restriction (IGR)

Intrauterine Growth Restriction (IGR) atau pembatasan pertumbuhan intrauterin merupakan kondisi terjadi ketika bayi kembar Anda tidak tumbuh pada tingkat yang tepat. Kondisi ini dapat menyebabkan bayi lahir prematur atau dengan berat badan lahir rendah. Kondisi ini biasa dialami pada kehamilan anak kembar.

Keguguran

Risiko yang dapat terjadi pada bayi yang dikandung adalah keguguran. Hal ini bisa terjadi dari komplikasi yang timbul pada kehamilan kembar seperti kromosom, komplikasi twin-twin transfusion syndrome (TTTS), serta pembatasan pertumbuhan janin selektif. Kelahiran prematur dan komplikasi terkait juga dapat meningkatkan risiko keguguran.

Abruptio plasenta

Abruptio plasenta merupakan kondisi plasenta telah terlepas dari dinding rahim sebelum melahirkan. Abruptio plasenta dapat terjadi kapan saja pada trimester kedua kehamilan. Hal ini dapat menyebabkan masalah pertumbuhan, kelahiran prematur, hingga keguguran.

BACA JUGA : Plasenta Akreta, Saat Ari-Ari Tumbuh Terlalu Dalam

Diabetes gestasional

Wanita yang mengandung anak kembar memiliki potensi lebih mengalami diabetes gestasional daripada wanita yang mengandung seorang bayi. Jika Anda mengalami diabetes gestasional maka tubuh akan mengalami kesulitan mempertahankan kadar gula darah normal. Diabetes yang tidak terkontrol dengan baik dapat memiliki risiko yang cukup serius untuk ibu dan bayi.

cheer

Jadwalkan Konsultasi

Kami dengan senang hati akan mendiskusikan opsi finansial yang ada dan membantu menjawab pertanyaan Anda.

Jadwalkan konsultasi dengan menghubungi kami di (021) 50200800 atau dengan mengisi formulir melalui tombol dibawah.

  1. F Parazzini, L Tozzi, L Bocciolone, E Molteni, C Moreschi, L Fedele. Risk factors for multiple births. Acta Obstet Gynecol Scand. 1993 Apr;72(3):177-80. doi: 10.3109/00016349309013368.
  2. Marlena S. Fejzo, Sue Ann Ingles, Melissa Wilson, Kimber MacGibbon, Roberto Romero, Thomas M. Goodwin. High prevalence of severe nausea and vomiting of pregnancy and hyperemesis gravidarum among relatives of affected individuals. VOLUME 141, ISSUE 1, P13-17, NOVEMBER 01, 2008. Published:August 08, 2008, DOI:https://doi.org/10.1016/j.ejogrb.2008.07.003.
  3. Practice Bulletin No. 169: Multifetal Gestations: Twin, Triplet, and Higher-Order Multifetal Pregnancies. Obstetrics & Gynecology: October 2016 – Volume 128 – Issue 4 – p e131-e146. doi: 10.1097/AOG.0000000000001709.
  4. Lazarov, L. Lazarov, N. Lazarov. MULTIPLE PREGNANCY AND BIRTH: TWINS, TRIPLETS AND HIGH-ORDER MULTIPLES. OVERVIEW. Trakia Journal of Sciences, No 1, pp 103-107, 2016.
  5. Adashi, Eli Y. MD, MS; Gutman, Roee PhD. Delayed Childbearing as a Growing, Previously Unrecognized Contributor to the National Plural Birth Excess. Obstetrics & Gynecology: October 2018 – Volume 132 – Issue 4 – p 999-1006. doi: 10.1097/AOG.0000000000002853.
  6. Maxine L. Croft, Vera Morgan, Anne W. Read, and Assen S. Jablensky. Recorded Pregnancy Histories of the Mothers of Singletons and the Mothers of Twins: A Longitudinal Comparison. Volume 13 Issue 6. Published online by Cambridge University Press:  21 February 2012.
  7. David B. Schwartz, MD., Yahya Daoud, MA., Pauline Zazula, MSN, and authors. Gestational diabetes mellitus: Metabolic and blood glucose parameters in singleton versus twin pregnancies. VOLUME 181, ISSUE 4, P912-914, OCTOBER 01, 1999.
  8. Rashid,M. H. Rashid,F. Malik &R. P. Herath. Hyperemesis gravidarum and fetal gender: a retrospective study. Pages 475-478 | Published online: 04 Jun 2012.
  9. Sonia Hernández-Díaz, Sengwee Toh, and Sven Cnattingius. Risk of pre-eclampsia in first and subsequent pregnancies: prospective cohort study. BMJ. 2009; 338: b2255. Published online 2009 Jun 18. doi: 10.1136/bmj.b2255.
Avatar photo

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

doctors
Buat Janji