Kanker Prostat dan Pengaruhnya Pada Kesuburan Pria

kanker prostat dan kesuburan

Ditinjau secara medis oleh dr. Fiona Amelia, MPH
Medical Writer


Ditulis oleh dr. Fiona Amelia, MPH · Tanggal diperbarui 23/12/2021

Kanker prostat umumnya tidak bersifat fatal karena tumbuh lambat. Namun, pengobatan untuk kanker ini dapat memicu gangguan kesuburan.

Kanker prostat adalah penyakit serius yang menyerang pria berusia paruh baya atau lebih tua. Sekitar 60 persen kasus terjadi pada pria berusia 65 tahun ke atas. Menurut Global Cancer Statistics, kanker ini merupakan kanker dengan jumlah kasus tertinggi keempat di seluruh dunia. 

Di Indonesia, kanker prostat adalah jenis kanker yang kedua terbanyak diderita oleh pria setelah kanker paru. Sebagian besar penderitanya terdiagnosis pada stadium lanjut oleh karena deteksi dini penyakit yang belum optimal serta kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat untuk memeriksakan diri kala merasakan gejala penyakit.


Tanya Ferly tentang Promil?

New CTA WA

Apa Itu Kanker Prostat?

Prostat merupakan sebuah kelenjar kecil yang berlokasi di bagian perut bawah pria. Persisnya, di bawah kandung kemih dan mengitari uretra, yaitu saluran tempat keluarnya urin dan cairan sperma. Kelenjar ini dikendalikan oleh hormon testosteron dan memproduksi cairan sperma yang disebut semen. Semen mengandung sel sperma, yang nantinya dikeluarkan secara bersamaan melalui uretra kala pria mengalami ejakulasi.

Kanker prostat terjadi ketika sel-sel normal di kelenjar prostat mengalami perubahan sehingga tumbuh tidak terkendali. Kanker ini dapat menyebar ke bagian tubuh lain, khususnya kelenjar getah bening dan tulang. Meski demikian, kanker ini jarang menyebabkan kematian karena perkembangannya sangat lambat.

Gejala kanker prostat

Pada awalnya, kanker prostat tidak menimbulkan gejala. Bila ada, gejala dapat mencakup:

  1. Gangguan berkemih
  2. Disfungsi seksual
  3. Nyeri dan mati rasa

1. Gangguan berkemih

Gejala ini adalah yang paling umum dan paling awal dirasakan oleh karena prostat berada di bawah kandung kemih dan mengitari uretra. Bila kanker tumbuh di dalam prostat, maka prostat akan membesar dan kemudian menekan kandung kemih atau uretra. Gangguan berkemih dapat berupa:

  • Sering buang air kecil
  • Pancaran urin lebih lambat dari biasanya
  • Adanya darah pada urin (hematuria)

2. Disfungsi seksual

Disfungsi ereksi atau dikenal sebagai impotensi, dapat menjadi gejala kanker prostat. Kondisi ini membuat pria tidak dapat maupun mempertahankan ereksi. Gejala disfungsi seksual lain pada kanker ini dapat berupa darah pada cairan ejakulasi.

3. Nyeri dan mati rasa

Kanker prostat stadium lanjut kerap menyebar ke tulang dan menimbulkan nyeri pada area panggul, punggung, dan dada. Bila kanker ini menyebar ke tulang belakang, maka dapat menimbulkan sensasi mati rasa pada tungkai bawah dan keinginan untuk berkemih sehingga mengompol.

Penyebab dan Faktor Risiko Kanker Prostat

Belum diketahui apa penyebab pasti kanker ini. Namun, para ahli telah mengidentifikasi beberapa faktor yang meningkatkan risiko kanker prostat, diantaranya :

Usia

Usia merupakan faktor risiko utama untuk kanker prostat. Penyakit ini paling sering terjadi pada pria berusia 65 tahun ke atas. Secara statistik, kanker ini terjadi pada 1 dari 14 pria berusia antara 60-69 tahun. Kanker ini jarang terjadi pada pria di bawah usia 40 tahun.

Ras

Kanker prostat lebih banyak dialami oleh pria kulit hitam dari ras Afrika ketimbang Asia maupun Hispanik.

Diet dan gaya hidup

Diet tinggi lemak jenuh (daging merah) dan rendah serat meningkatkan risiko kanker prostat. Diet tinggi kalsium juga berhubungan dengan peningkatan risiko kanker ini.

Obesitas

Hubungan kanker ini dengan obesitas masih kontroversial, namun obesitas diketahui berkaitan dengan stadium kanker prostat yang lebih tinggi.

Riwayat keluarga

Pria yang memiliki anggota keluarga dengan kanker prostat lebih berisiko mengalami penyakit serupa. Risiko meningkat 2 kali lipat bila pria memiliki ayah atau saudara lelaki yang terdiagnosis kanker ini pada usia 50 tahun. Dan, meningkat hingga 7-8 kali lipat bila pria memiliki dua atau lebih anggota keluarga yang menderita kanker ini.

Mutasi genetik

Pria dengan mutasi gen BRCA lebih berisiko mengalami kanker prostat. Adanya mutasi gen ini juga meningkatkan peluang terjadinya kanker yang bersifat agresif.

Merokok

Hubungan antara kanker prostat dengan merokok masih kontroversial. Namun, kebiasaan ini dikaitkan dengan meningkatnya risiko kanker yang lebih agresif.

Diagnosis kanker prostat

Diagnosis Kanker Prostat

Kanker prostat didiagnosis melalui wawancara medis yang mendalam dan pemeriksaan berikut:

Colok Dubur

Pada pemeriksaan ini, dokter akan memasukkan jari ke dalam anus hingga ke rektum. Dinding rektum ditekan untuk merasakan area prostat yang abnormal. Bila ditemukan kelainan pada tekstur, bentuk atau ukuran prostat, diperlukan evaluasi lanjutan.

Tes kadar prostate-specific antigen (PSA)

Ini merupakan tes darah untuk mengukur kadar PSA, yakni zat yang secara alami dihasilkan oleh kelenjar prostat. Dalam kondisi normal, kadar PSA terdeteksi di dalam darah dalam jumlah yang sedikit (< 4 ng/mL). Bila kadarnya meningkat, dapat mengindikasikan adanya infeksi, pembengkakan atau pembesaran prostat, hingga kanker.

Bila colok dubur dan tes PSA menunjukkan hasil yang abnormal, dokter akan meminta pemeriksaan-pemeriksaan berikut untuk mengonfirmasinya:

  • Ultrasonografi transrektal/transabdominal untuk melihat lebih jelas kondisi prostat.
  • CT scan, MRI, atau pemeriksaan radiologi lain untuk melihat kondisi prostat dan apakah kanker sudah menyebar ke organ lain.
  • Biopsi jaringan prostat untuk mengonfirmasi ada tidaknya sel kanker.

Diagnosis pasti didapatkan dari hasil biopsi prostat. Bila kanker prostat betul terkonfirmasi langkah selanjutnya menentukan derajat dan stadium kanker. Stadium kanker yang lebih besar menunjukkan tingkat agresivitas kanker yang lebih tinggi, yakni lebih cepat menyebar.

Derajat kanker prostat ditentukan dengan skor Gleason, berdasarkan pemeriksaan mikroskopis jaringan prostat yang dibiopsi. Skor 6 ke bawah menunjukkan kanker yang tidak agresif (derajat rendah), skor 7 menunjukkan kanker derajat sedang, dan skor 8-10 menunjukkan kanker derajat berat, yakni bersifat agresif (cepat menyebar). 

Berikutnya, dilakukan penilaian stadium kanker berdasarkan ukuran dan penyebarannya. Secara umum ada 4 stadium di mana stadium 1 adalah yang paling ringan dan stadium 4 adalah yang paling berat. Bila kanker dicurigai telah menyebar ke organ lain, dokter akan menyarankan pemeriksaan radiologi seperti scan tulang, CT scan, MRI scan, atau PET scan.

Pengobatan Kanker Prostat

Pengobatan kanker prostat disesuaikan dengan usia, status kesehatan, dan stadium kanker. Bila kanker tidak agresif, dokter akan menyarankan untuk menunggu dengan waspada (watchful waiting). Ini berarti, pengobatan ditunda namun individu perlu melakukan kunjungan rutin ke dokter untuk memantau perkembangan kanker.

Bila kanker lebih agresif, pilihan pengobatan dapat berupa:

  • Operasi pengangkatan prostat (prostatektomi)
  • Radioterapi
  • Bedah beku atau krioterapi
  • Terapi hormon
  • Kemoterapi
  • Imunoterapi

Pilihan-pilihan pengobatan ini dapat digunakan secara kombinasi, tergantung stadium kanker dan kondisi individu secara umum.

Komplikasi Kanker Prostat

Komplikasi dapat timbul akibat kanker prostat itu sendiri maupun pengobatannya:

Kanker yang menyebar (metastasis)

Kanker prostat dapat menyebar ke organ-organ yang berdekatan, seperti kandung kemih. Sel kanker juga dapat masuk ke dalam pembuluh darh atau sistem limfatik, dan kemudian menyebar ke tulang maupun organ lain. Kanker yang menyebar ke tulang dapat menimbulkan nyeri dan patah tulang. Kanker yang telah menyebar masih bisa berespon terhadap pengobatan, namun akan sangat sulit untuk sembuh.

Inkontinensia urin

Baik kanker prostat maupun pengobatannya dapat membuat individu mengompol. Pengobatan inkontinensia bergantung pada tipenya, derajat keparahannya, dan kemungkinannya untuk membaik seiring dengan waktu. Pilihan pengobatan dapat berupa obat-obatan, kateterisasi, dan pembedahan.

Disfungsi ereksi

Disfungsi ereksi dapat terjadi akibat kanker prostat maupun pengobatannya, seperti operasi, radioterapi, atau terapi hormon. Untuk mengatasinya, dapat digunakan obat-obatan, alat bantu ereksi atau pembedahan.

BACA JUGA : Disfungsi Ereksi pada Pengantin Baru

Kanker Prostat dan Kesuburan Pria

Pengobatan kanker prostat dapat memengaruhi kemampuan pria untuk memproduksi atau mengeluarkan sperma, baik secara sementara maupun permanen. Ini bergantung pada usia, kesehatan, dan sifat pengobatan itu sendiri. Bila masih ingin menghasilkan keturunan, pria dapat memanfaatkan bank sperma sebelum memulai pengobatan. Prosedur lain, yakni yang dilakukan setelah pengobatan, adalah ekstraksi sperma. Pada prosedur ini, sperma diambil langsung dari jaringan testis. Selanjutnya, untuk mencapai kehamilan, dapat digunakan teknologi reproduksi berbantu, seperti inseminasi buatan atau bayi tabung.

Bisakah Kanker Prostat Dicegah?

Sebagian besar kasus kanker prostat tidak dapat dicegah karena muncul seiring dengan bertambahnya usia tanpa sebab yang jelas. Akan tetapi, pria yang memiliki faktor risiko kanker ini dapat meminimalisasi risiko melalui cara-cara ini:

  • Melakukan deteksi dini, yakni mulai memeriksakan PSA pada usia 50 tahun. Bila memiliki riwayat keluarga dengan kanker ini, dianjurkan untuk memeriksakan PSA lebih awal, yaitu pada usia 40 tahun.
  • Mempertahankan berat badan yang sehat.
  • Rutin berolahraga.
  • Mengonsumsi makanan bergizi seimbang.
  • Berhenti merokok.

Oleh karena kanker ini cenderung tumbuh lambat, penyakit ini sangat jarang mematikan. Namun, sama seperti kanker lainnya, semakin cepat terdeteksi, semakin baik kemungkinan sembuhnya. Faktanya, tingkat kelangsungan hidup 15 tahun untuk penyintas kanker prostat mencapai lebih dari 95%. Jadi, segeralah periksakan diri ke dokter bila dirasa mengalami salah satu gejalanya.

  1. Patient education: prostate cancer (the basics). In: UpToDate, Post, TW (Ed), UpToDate, Waltham, MA, 2021.
  2. Hoffman RM. Patient education: prostate cancer screening (beyond the basics). In: UpToDate, Post, TW (Ed), UpToDate, Waltham, MA, 2021.
  3. Komite Penanggulangan Kanker Nasional, Kemenkes RI. Panduan penatalaksanaan kanker prostat. 
  4. Leslie SW, Soon-Sutton TL, Sajjad H, et al. Prostate Cancer. [Updated 2021 Sep 17]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan-.
  5. Darcey E, Boyle T. Tobacco smoking and survival after a prostate cancer diagnosis: A systematic review and meta-analysis. Cancer treatment reviews. 2018 Nov 1;70:30-40.
  6. Motrich RD, Salazar FC, Breser ML, Mackern‐Oberti JP, Godoy GJ, Olivera C, Paira DA, Rivero VE. Implications of prostate inflammation on male fertility. Andrologia. 2018 Dec;50(11):e13093.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

doctors
Buat Janji