Dismenore atau Nyeri Haid Berlebihan, Apa Penyebabnya?

Ditinjau secara medis oleh dr. Fiona Amelia, MPH
Medical Writer


Ditulis oleh dr. Fiona Amelia, MPH · Tanggal diperbarui 24/03/2022

Dismenore atau nyeri haid kerap menjadi tamu bulanan para wanita. Meski umumnya normal, ada pula dismenore yang perlu diwaspadai.

Dismenore adalah nyeri yang berhubungan dengan menstruasi atau haid. Ini merupakan keluhan tersering wanita selama masa reproduksinya. Sebagian besar wanita mulai mengalami dismenore di masa remaja, yakni 4-5 tahun sejak pertama kali mulai haid. Seiring bertambahnya usia, kejadian dismenore pun menjadi lebih jarang.

Pada wanita usia reproduksi, prevalensi dismenore bervariasi antara 16-91 persen, di mana sekitar 2-29 persennya mengalami nyeri yang berat. Terkhusus pada remaja, prevalensi dismenore sekitar 80 persen, di mana hampir setengahnya mengalami nyeri yang berat.


Tanya Ferly tentang Promil?

New CTA WA

Apa itu dismenore?

Dismenore (dysmenorrhea) merupakan istilah Yunani untuk “haid bulanan yang menyakitkan”. Ini merupakan sensasi nyeri berdenyut atau kram pada perut bawah segera sebelum dan selama periode haid. Biasanya, nyeri bersifat ringan. Namun pada sebagian wanita, nyeri dapat sangat berat hingga sulit beraktivitas normal. 

Dismenore digolongkan menjadi primer dan sekunder. Dismenore primer merupakan nyeri perut bawah yang terjadi selama siklus haid dan tidak berhubungan dengan penyakit atau kelainan lain. Sedangkan dismenore sekunder biasanya berhubungan dengan kelainan lain di dalam maupun di luar rahim. 

Gejala dismenore

Wanita dengan dismenore umumnya merasakan nyeri dengan ciri sebagai berikut:

  • Waktu terjadinya (timing). Nyeri biasanya muncul 1-2 hari sebelum atau saat periode haid dimulai dan secara perlahan menghilang dalam waktu 12-72 jam. Sifatnya berulang, terjadi pada sebagian besar (bila tidak semua) siklus haid. Nyeri memiliki ciri berdenyut atau kram dan hilang timbul namun intens, tetapi bisa juga nyeri tumpul yang bersifat terus-menerus.
  • Lokasi. Nyeri akibat dismenore biasanya terbatas pada area perut bawah dan suprapubik. Meski umumnya paling terasa di bagian garis tengah, nyeri juga dapat menjalar ke area punggung bawah dan/atau paha atas. Bila nyeri tidak di area tengah, khususnya bila hanya di satu sisi perut, mengindikasikan adanya kelainan rahim atau kelainan lain yang lebih spesifik.
  • Keparahan. Nyeri dapat bersifat ringan hingga berat. 

Gejala lain yang menyertai nyeri atau kram perut antara lain mual, muntah, diare, rasa melayang, kelelahan, sakit kepala, dan sensasi lemas.

dismenore pada area suprapubik

Penyebab dismenore

Penyebab dismenore tergantung dari sifatnya, primer atau sekunder. 

1. Dismenore primer

Nyeri pada dismenore primer umumnya hanya terjadi sebelum dan selama haid. Nyeri ini disebabkan oleh zat kimia alami tubuh, yakni prostaglandin, yang diproduksi oleh dinding rahim. Prostaglandin menyebabkan otot-otot dan pembuluh darah rahim berkontraksi. Di hari pertama haid, kadar prostaglanding tinggi. Seiring dengan semakin banyaknya darah haid yang keluar, kadarnya akan turun. Inilah mengapa nyeri cenderung berkurang setelah beberapa hari pertama haid. Kadar prostaglandin yang lebih tinggi diketahui berhubungan dengan nyeri haid yang lebih berat.

Dismenore primer dapat mulai dirasakan segera setelah seorang gadis mengalami haid. Pada banyak wanita dengan kondisi ini, haid menjadi tidak begitu nyeri seiring bertambahnya usia. Dismenore tipe ini juga umumnya membaik setelah melahirkan.

Baca Juga : Cara cepat haid yang ampuh 

2. Dismenore sekunder

Dismenore sekunder disebabkan oleh kelainan pada organ reproduksi. Nyeri cenderung memburuk seiring dengan waktu dan kerap berlangsung lebih lama ketimbang dismenore primer. Nyeri bisa masih dirasakan meski haid sudah berhenti.

BACA JUGA: Hamil Tapi Haid, Bagaimana Bisa? Begini Penjelasannya!

Beberapa kondisi yang menyebabkan dismenore sekunder, mencakup:

  • Endometriosis. Endometriosis terjadi ketika jaringan dinding rahim tumbuh di organ lain, seperti ovarium dan tuba falopi, di bagian belakang rahim, atau di dinding luar kandung kemih. Sama seperti dinding rahim, jaringan ini akan terurai dan luruh sebagai respon dari perubahan hormon. Peluruhan (perdarahan) ini dapat memicu nyeri, khususnya di sekitar periode haid. Adhesi atau perlengketan jaringan dapat terbentuk di area-area tempat jaringan endometriosis berada, dan menyebabkan organ-organ saling menempel. Ini juga akan memicu nyeri.
  • Mioma rahim. Mioma adalah pertumbuhan jaringan otot rahim baik di luar atau di dalam rongga rahim, maupun di dalam dinding rahim itu sendiri. Mioma yang terdapat di dalam dinding rahim dapat menyebabkan nyeri. Sedangkan bila berukuran kecil, umumnya tidak bergejala.
  • Adenomiosis. Ini adalah kelainan ketika jaringan dinding rahim tumbuh di dalam lapisan otot rahim. Kondisi ini lebih umum ditemukan pada wanita yang lebih tua dan sudah pernah melahirkan.
  • Penyakit radang panggul. Ini merupakan infeksi pada organ panggul seperti rahim, tuba falopi, atau ovarium akibat infeksi menular seksual. Peradangan yang terjadi akibat infeksi akan menimbulkan nyeri.
  • Stenosis serviks. Ini adalah kelainan yang jarang di mana serviks sangat kecil atau sempit sehingga darah haid sulit keluar. Alhasil, tekanan di dalam rahim meningkat dan menimbulkan nyeri.
  • Kelainan bawaan lahir pada rahim, tuba falopi, dan organ kandungan lain.
  • Kelainan lain. Beberapa penyakit, seperti penyakit Crohn dan gangguan pada saluran kemih dapat kambuh saat haid dan menyebabkan nyeri.
  • Penggunaan alat kontrasepsi dalam rahim. Kadang-kadang, penggunaan IUD dapat memicu nyeri saat haid.

Faktor risiko yang diperkirakan berhubungan dengan dismenore, adalah:

  • Usia di bawah 30 tahun
  • Memiliki riwayat keluarga dengan dismenore
  • Merokok
  • Mulai mengalami pubertas sebelum usia 11 tahun
  • Tidak pernah punya hamil dan melahirkan (nulipara)
  • Mengalami haid yang tidak teratur (metroragia)
  • Mengalami perdarahan hebat saat haid (menorrhagia)

Diagnosis dan evaluasi dismenore

Diagnosis dismenore didasarkan pada riwayat medis dan pemeriksaan fisik yang ditemukan.

  • Pemeriksaan fisik. Wanita dengan dismenore harus menjalani pemeriksaan perut dan panggul secara lengkap. Dokter akan mengevaluasi bentuk dan ukuran vagina, serviks, rahim dan ovarium. Pemeriksaan dalam (vaginal touche) tidak diperlukan pada gadis remaja atau wanita yang belum seksual aktif.
  • Pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan ini dilakukan pada kasus dismenore sekunder untuk mengevaluasi penyebab. Pemeriksaan dapat mencakup tes gonore dan chlamydia untuk mengevaluasi penyakit radang panggul, serta analisis urin untuk menilai infeksi saluran kemih.
  • Pemeriksaan radiologi. Ultrasonografi transvaginal diperlukan pada kasus kecurigaan terhadap mioma, adenomiosis, atau endometriosis. Bila diperlukan gambaran yang lebih mendetil, dapat dilakukan CT scan atau MRI.
  • Laparoskopi diagnostik. Pemeriksaan ini jarang diperlukan karena dismenore hampir selalu bisa ditentukan melalui riwayat medis, pemeriksaan fisik dan radiologi. Laparoskopi lebih berperan pada diagnosis dan terapi endometriosis, namun waktu periksanya harus tepat, dan bergantung pada usia wanita, respon terhadap pengobatan, dan keinginan untuk memiliki keturunan di masa depan.

Cara mengobati dismenore

Beberapa pilihan pengobatan yang dipakai untuk mengatasi dismenore, yaitu:

  • Pemberian obat anti nyeri atau analgesik. Obat-obatan biasanya merupakan langkah pertama dalam mengatasi nyeri haid. Obat anti nyeri golongan antiinflamasi nonsteroid (OAINS) menyasar prostaglandin. Obat-obatan ini bekerja menurunkan produksi prostaglandin sehingga efeknya berkurang. Contoh OAINS yang kerap dipakai untuk mengatasi nyeri haid, antara lain ibuprofen dan asam mefenamat. Obat ini dianjurkan untuk mulai dikonsumsi di awal periode haid, atau segera setelah gejala nyeri muncul, dan terus dikonsumsi selama 2-3 hari setelahnya atau hingga gejala menghilang.
  • Kontrasepsi hormonal. Metode kontrasepsi yang mengandung estrogen dan progestin, seperti pil atau patch KB dapat mengatasi dismenore. Metode kontrasepsi yang hanya mengandung progestin seperti KB implan atau KB suntik, juga dapat mengurangi nyeri haid. Begitupun dengan alat kontrasepsi dalam rahim (IUD) yang mengandung hormon (Mirena®).
  • Operasi. Cara ini baru dilakukan bila dismenore disebabkan oleh kelainan seperti mioma atau endometriosis. Secara spesifik, operasi pengangkatan rahim (histerektomi) mungkin dilakukan pada kasus adenomiosis bila pengobatan lain tidak berefek. Histerektomi juga direkomendasikan untuk kasus-kasus lain bila menyebabkan dismenore yang berat. Namun perlu dicatat bahwa operasi ini merupakan pilihan terakhir.
  • Terapi alternatif. Akupunktur, akupresur, dan terapi stimulasi saraf (Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation/TENS) dapat bermanfaat untuk mengatasi nyeri haid. Latihan relaksasi dan biofeedback juga dapat melatih mental untuk menghadapi rasa sakit.

Di samping itu, cara-cara berikut juga dapat membantu untuk mengurangi dismenore:

  • Cukup tidur sebelum dan selama haid. Cukup istirahat membuat mental lebih siap menghadapi ketidaknyamanan.
  • Rutin berolahraga. Latihan aerobik seperti berjalan, bersepeda, berenang, hingga berhubungan intim, akan memproduksi zat kimia yang menghambat rasa nyeri.
  • Latihan relaksasi dengan meditasi atau yoga.
  • Mandi air hangat atau kompres hangat pada perut.
  • Mengonsumsi suplemen. Beberapa studi menunjukkan bahwa vitamin E, asam lemak omega 3, vitamin B1 (tiamin), vitamin B6, dan suplemen magnesium dapat mengurangi kram perut saat haid.
  • Kelola stres.

Kapan harus waspada?

Bagi sebagian besar wanita, dismenore ibarat ‘teman’ yang selalu berkunjung setiap bulan. Akan tetapi, gejala ini tidak boleh diremehkan. Sebaiknya segera kunjungi dokter apabila nyeri memiliki ciri sebagai berikut:

  • Mengganggu aktivitas sehari-hari setiap bulannya
  • Bersifat ekstrim dan disertai dengan perdarahan hebat atau demam
  • Disertai dengan keputihan yang tidak normal (berbau dan banyak)
  • Memburuk dari episode sebelumnya
  • Sudah dialami pada 3 siklus haid
  • Disertai dengan keluarnya gumpalan-gumpalan darah
  • Disertai dengan mual, muntah, atau diare hebat
  • Terus berlanjut setelah pemasangan IUD
  • Terus muncul meski haid sudah berhenti

Penutup

Dismenore adalah sesuatu yang wajar dialami oleh wanita. Meski demikian, Anda harus waspada bila gejala ini terus-menerus datang dan memberat. Jangan enggan untuk memeriksakan diri ke dokter, sebab bisa saja keluhan ini disebabkan oleh penyakit mendasar yang perlu ditangani dengan lebih spesifik.

cheer

Jika Anda mengalami dismenore setiap bulan, kami menyediakan layanan pemeriksaan untuk Anda. Silakan isi formulir di bawah ini, tim kami segera menghubungi Anda!

Dismenore yang mengganggu aktivitas merupakan hal yang tidak wajar. Jika Anda mengalami hal ini, segera periksakan diri ke dokter!

  1. Smith RP, Kaunitz AM. Dysmenorrhea in adult females: clinical features and diagnosis. In: UpToDate, Post, TW (Ed), UpToDate, Waltham, MA, 2022.
  2. Smith RP, Kaunitz AM. Dysmenorrhea in adult females: treatment. In: UpToDate, Post, TW (Ed), UpToDate, Waltham, MA, 2022.
  3. Smith RP, Kaunitz AM. Patient education: painful menstrual periods (dysmenorrhea) (beyond the basics). In: UpToDate, Post, TW (Ed), UpToDate, Waltham, MA, 2022.
  4. Mayo Clinic. [Last reviewed 2020 Apr 1]. Menstrual cramps. URL: https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/menstrual-cramps/symptoms-causes/syc-20374938 . 
  5. American College of Obstetricians and Gynecologists. [Last reviewed 2022 Jan]. FAQ046. Dysmenorrhea: painful periods
  6. Nagy H, Khan MAB. Dysmenorrhea. [Updated 2021 Sep 1]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Hari terakhir untuk hemat 11%
Checkout Sekarang

Hari
Jam
Menit
Detik
doctors
Buat Janji