Hipertensi pada Kehamilan: Penyebab dan Cara Mengatasinya

Hipertensi pada Kehamilan

Hipertensi pada kehamilan membawa sejumlah risiko. Berikut yang perlu diketahui agar ibu dan janin tetap sehat.

Hipertensi pada kehamilan, atau bahasa medisnya hipertensi gestasional, memiliki dampak yang berbeda dengan hipertensi pada wanita yang tidak hamil. Oleh karena itu, diperlukan pemantauan ketat untuk mencegah komplikasi pada ibu dan janin. Berikut segala sesuatu yang perlu diketahui tentang hipertensi pada kehamilan, faktor risikonya dan bagaimana agar ibu dan janin tetap sehat.

Jenis-jenis hipertensi pada kehamilan

Ada beberapa jenis hipertensi pada kehamilan, yang dibedakan berdasarkan waktu kemunculannya dan gejala yang ditimbulkannya. Kadang-kadang hipertensi muncul sebelum hamil. Pada kasus lain, kondisi ini baru muncul saat hamil. Jenis-jenis hipertensi pada kehamilan yang bisa terjadi, mencakup:

  • Hipertensi kronis. Pada kondisi ini, tekanan darah tinggi mulai berkembang sejak sebelum hamil atau sebelum usia kehamilan mencapai 20 minggu. Oleh karena hipertensi biasanya tidak bergejala, sulit untuk diketahui kapan sebenarnya kondisi ini mulai berkembang. Kecuali, diagnosis hipertensi memang sudah diketahui lama sejak sebelum seorang wanita hamil.

Baca Juga : 7 Komplikasi Kehamilan yang Paling Sering Terjadi, Sudah Tahu?

  • Hipertensi kronis dengan preeklampsia (superimposed). Kondisi ini terjadi ketika hipertensi kronis memburuk selama hamil. Wanita dengan kondisi ini dapat mengalami proteinuria (keluarnya protein di dalam urin) dan komplikasi lain.
  • Hipertensi gestasional. Ini diartikan sebagai hipertensi yang baru pertama kali muncul atau diketahui di usia kehamilan 20 minggu atau lebih. Tidak ada proteinuria dan tanda-tanda kerusakan organ. Meski demikian, sebagian kecil kasus juga bisa berkembang menjadi preeklampsia.
  • Preeklampsia. Wanita disebut mengalami preeklampsia bila hipertensi baru mulai muncul di atas usia kehamilan 20 minggu. Sebagian besar kasus preeklampsia terjadi di trimester ketiga kehamilan, tepatnya pada atau mendekati aterm (cukup bulan, usia kehamilan 37 minggu). Kondisi ini berhubungan dengan tanda-tanda kerusakan organ lain, seperti ginjal, hati, darah, hingga otak. Bila tidak dikenali dan ditangani, preeklampsia berkembang menjadi eklampsia, yang ditandai dengan timbulnya kejang, serta bersifat fatal bagi ibu dan janin.

Dahulu, preeklampsia baru didiagnosis bila ditemukan hipertensi dan protein dalam urin. Kini, studi-studi menemukan bahwa preeklampsia tetap bisa terjadi tanpa keluarnya protein di dalam urin.


Tanya Ferly tentang Promil?

New CTA WA

Penyebab dan faktor risiko hipertensi pada kehamilan

Hipertensi pada ibu hamil

Penyebab dan faktor risiko hipertensi pada kehamilan

Penyebab pasti hipertensi pada kehamilan belum diketahui. Namun, beberapa faktor berikut diketahui meningkatkan risiko terjadinya hipertensi pada kehamilan:

  • Usia wanita <20 tahun atau >40 tahun.
  • Memiliki riwayat hipertensi gestasional atau preeklampsia di kehamilan sebelumnya.
  • Memiliki riwayat keluarga dengan hipertensi gestasional.
  • Memiliki diabetes atau diabetes pada kehamilan.
  • Memiliki penyakit autoimun, seperti lupus. 
  • Memiliki penyakit ginjal.
  • Sedang hamil kembar.
  • Berasal dari ras kulit hitam.

Mengapa hipertensi pada kehamilan bisa menjadi masalah?

Dampak dari tekanan darah yang tinggi selama hamil berbeda dengan kondisi tidak hamil. Kondisi hamil membuat jantung harus bekerja lebih keras dari biasanya. Apalagi, kalau ditambah dengan adanya hipertensi. Tentu ini menambah beban ekstra pada jantung dan organ tubuh lainnya.

Tingginya tekanan darah juga memengaruhi perkembangan dan fungsi plasenta. Ini berarti janin bisa tidak mendapat cukup nutrisi, yang diperlukan untuk tumbuh dan berkembang dalam laju yang normal. Jadi, hipertensi membuat ibu dan janin lebih berisiko mengalami komplikasi selama kehamilan, sebelum dan selama persalinan, dan pascapersalinan.

Secara umum, hipertensi pada kehamilan menimbulkan risiko-risiko berikut:

  • Aliran darah ke plasenta berkurang. Bila demikian, janin akan menerima lebih sedikit oksigen dan zat gizi. Selanjutnya, ini berdampak pada pertumbuhan janin yang lambat, berat lahir rendah atau persalinan prematur. Bayi prematur itu sendiri lebih berisiko mengalami gangguan pernapasan, infeksi, dan komplikasi lainnya.
  • Abrupsio plasenta. Pada kondisi ini, plasenta terlepas dari dinding dalam rahim sebelum waktunya melahirkan. Preeklampsia dan hipertensi meningkatkan risiko kejadian ini. Abrupsio yang parah dapat memicu perdarahan hebat, yang mengancam nyawa ibu dan janin.
  • Pertumbuhan janin terhambat. Ini berarti pertumbuhan janin lambat atau di satu titik menurun setelah sebelumnya tumbuh normal.
  • Cedera pada organ lain. Hipertensi yang tidak terkontrol dapat berakhir dengan cedera pada otak, mata, jantung, paru, ginjal, hati, dan organ-organ mayor lainnya. Pada kasus yang berat, cedera ini dapat bersifat fatal.
  • Persalinan prematur. Kadang-kadang, persalinan prematur diperlukan untuk mencegah komplikasi mematikan dari hipertensi pada kehamilan.
  • Penyakit jantung dan pembuluh darah di masa depan. Mengalami preeklampsia meningkatkan risiko penyakit jantung dan pembuluh darah di masa depan. Risiko ini juga lebih tinggi bila preeklampsia dialami lebih dari satu kali atau mengalami persalinan prematur akibat hipertensi pada kehamilan.

Cara mengetahui hipertensi pada kehamilan

Tekanan darah adalah ukuran kekuatan yang diperlukan jantung untuk memompa darah ke seluruh tubuh. Tekanan ini diukur dalam satuan milimeter air raksa (mmHg) dan keluar sebagai 2 angka: 

  • Tekanan sistolik (angka yang pertama disebut), mengukur tekanan di dalam pembuluh darah arteri saat jantung berdetak.
  • Tekanan diastolik (angka yang kedua), mengukur tekanan di dalam pembuluh darah arteri saat jantung beristirahat (di antara dua detak jantung).

Pada hipertensi, tekanan terhadap dinding pembuluh darah ini berada di atas normal.  Kategori tekanan darah sesuai hasil pengukuran adalah sebagai berikut:

  • Normal. Tekanan darah sistolik kurang dari 120 mmHg dan tekanan darah diastolik kurang dari 80 mmHg.
  • Meningkat. Tekanan darah sistolik antara 120-129 mmHg dan tekanan darah diastolik kurang dari 80 mmHg. Tekanan darah yang meningkat cenderung memburuk seiring dengan waktu kecuali diambil langkah-langkah untuk mengendalikannya.
  • Hipertensi derajat 1. Tekanan darah sistolik antara 130-139 mmHg atau tekanan darah diastolik antara 80-89 mmHg.
  • Hipertensi derajat 2. Tekanan darah sistolik paling sedikit 140 mmHg atau tekanan darah diastolik paling sedikit 90 mmHg.

Setelah usia kehamilan 20 minggu, tekanan darah di atas 140/90 mmHg tanpa adanya tanda-tanda kerusakan organ, dianggap sebagai hipertensi gestasional. Untuk mendiagnosis adanya hipertensi, tekanan darah perlu diukur dan dicatat pada 2 atau lebih waktu berbeda, dengan jarak pengukuran minimum 4 jam. 

Bila ada kecurigaan ke arah preeklampsia, dokter akan memeriksa juga hal-hal berikut:

  • Pembengkakan pada tungkai bawah atau bagian tubuh lain.
  • Protein di dalam urin.
  • Pemeriksaan darah untuk menilai fungsi ginjal, hati, dan faktor pembekuan darah.

Waspada tanda-tanda perburukan hipertensi

Hal yang paling diantisipasi dari hipertensi pada kehamilan adalah perburukan menjadi preeklampsia. Wanita perlu segera berkonsultasi dengan dokter bila mengalami salah satu tanda berikut:

  • Sakit kepala hebat.
  • Gangguan penglihatan, seperti hilangnya penglihatan sementara, penglihatan kabur, penglihatan ganda, atau sensitif terhadap cahaya.
  • Nyeri perut kanan atas. 
  • Mual atau muntah.
  • Sesak napas, akibat penumpukkan cairan di paru.
  • Berat badan tiba-tiba bertambah dan tumbuh membengkak, khususnya di area wajah dan tangan. Pembengkakan pada preeklampsia jauh lebih berat ketimbang pembengkakan normal pada kehamilan.
  • Buang air kecil lebih sedikit dari biasanya.

Cara mengatasi hipertensi pada kehamilan

Pengobatan untuk hipertensi pada kehamilan bergantung pada tingkat keparahan penyakit, kondisi ibu hamil secara umum, dan usia kehamilan. Tujuannya untuk menurunkan tekanan darah serta mencegahnya memburuk dan menimbulkan komplikasi.

Pada umumnya, pengobatan melibatkan:

  • Pemantauan tekanan darah berkala. Ini berarti wanita perlu lebih sering memeriksakan kehamilannya, serta melakukan pemeriksaan urin untuk melihat tanda-tanda preeklampsia. Disarankan juga untuk rutin memantau tekanan darah di rumah.
  • Pemberian obat-obatan untuk menurunkan tekanan darah. Pada ibu hamil, obat yang sering digunakan, yakni nifedipine lepas lambat dan methyldopa.
  • Obat untuk mengurangi risiko trombosis (pengentalan darah), seperti aspirin dosis rendah.
  • Perawatan di rumah sakit bila perlu.

Selain itu, dokter juga akan memantau kondisi janin melalui pemeriksaan ultrasonografi (USG) dengan Doppler dan cardiotocography (CTG).

Persalinan pada hipertensi gestasional

Untuk menghindari komplikasi, dokter mungkin akan menyarankan untuk menginduksi persalinan sebelum hari perkiraan lahir. Pemilihan waktu didasarkan pada seberapa baik kendali tekanan darah selama ini, ada tidaknya kerusakan organ stadium akhir, serta kondisi janin, apakah terdapat komplikasi seperti pertumbuhan janin terhambat. 

Apabila janin harus dilahirkan lebih awal, sebelum usianya cukup bulan, wanita akan diberikan suntikan steroid untuk mematangkan paru janin. Obat ini menurunkan risiko bayi mengalami gangguan pernapasan saat lahir.

Hipertensi pada kehamilan biasanya akan menghilang setelah bayi lahir meski tetap meningkatkan risiko hipertensi dan penyakit jantung di kemudian hari. Namun, wanita dengan hipertensi kronis yang terjadi sejak sebelum hamil umumnya tetap akan mengalami kondisi tersebut setelah melahirkan.

Bisakah hipertensi pada kehamilan dicegah?

Sayangnya, sulit untuk mencegah hipertensi pada kehamilan karena penyebabnya tidak diketahui. Cara terbaik untuk mencegah hipertensi pada kehamilan dan menghindari komplikasinya, mencakup:

  • Rutin memeriksakan kehamilan sesuai anjuran dokter.
  • Melakukan pemantauan tekanan darah secara mandiri, rutin meminum obat hipertensi dan obat-obat lain yang diresepkan dokter. 
  • Tetap aktif. Sediakan waktu khusus untuk berolahraga, dan ikuti saran dokter terkait jenis olahraga yang aman untuk dilakukan.
  • Terapkan pola makan sehat. Bila perlu, berkonsultasilah ke ahli gizi.
  • Menjaga berat badan di rentang normal.
  • Hindari merokok, konsumsi alkohol, dan narkoba. 
  • Beristirahat yang cukup.
  • Selalu diskusikan dengan dokter bila ingin mengonsumsi suplemen atau obat-obatan tertentu. Pastikan suplemen/obat tersebut aman dan tidak memperburuk hipertensi.
  • Memahami faktor risiko yang dimiliki dan mengetahui tanda-tanda yang harus diwaspadai untuk mencegah komplikasi yang berbahaya

Penutup

Hipertensi pada kehamilan dapat menyebabkan komplikasi serius pada ibu dan janin. Kabar baiknya, hipertensi jenis ini biasanya menghilang setelah bayi lahir. Namun, karena bisa tidak bergejala, penting bagi ibu hamil untuk selalu memeriksakan kehamilan sesuai jadwal yang dianjurkan dokter. Dengan demikian, dokter bisa memantau kondisi ibu dan janin dengan lebih intens dan tekanan darah selama kehamilan terkontrol baik.

cheer

Jadwalkan Konsultasi

Jika Anda belum juga hamil setelah berupaya selama dua belas bulan atau lebih (atau enam bulan jika usia perempuan di atas 35 tahun), kami menyarankan Anda untuk melakukan penilaian kesuburan dengan spesialis fertilitas kami.

Jadwalkan konsultasi dengan menghubungi kami di (021) 50200800 atau dengan mengisi formulir melalui tombol dibawah.

  • American College of Obstetricians and Gynecologists. [Last reviewed April 2022]. Preeclampsia and high blood pressure during pregnancy. URL: https://www.acog.org/womens-health/faqs/preeclampsia-and-high-blood-pressure-during-pregnancy
  • Cleveland Clinic. [Last reviewed 14 Nov 2022]. High blood pressure (hypertension) during pregnancy. URL: https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/4497-gestational-hypertension
  • Mayo Clinic. [Last reviewed 23 Jul 2022]. High blood pressure and pregnancy: know the facts. URL: https://www.mayoclinic.org/healthy-lifestyle/pregnancy-week-by-week/in-depth/pregnancy/art-20046098
  • Melvin LM, Funai EF. Gestational hypertension. In: UpToDate, Post, TW (Ed), UpToDate, Waltham, MA, 2023.
  • Patient education: high blood pressure and pregnancy (the basics). In: UpToDate, Post, TW (Ed), UpToDate, Waltham, MA, 2023.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Hari terakhir untuk hemat 11%
Checkout Sekarang

Hari
Jam
Menit
Detik
doctors
Buat Janji