Beranda » BLOG » Program Hamil » Kesehatan Reproduksi » Mengetahui Fungsi Ovarium dan Penyakit yang Bisa Terjadi
Mengetahui Fungsi Ovarium dan Penyakit yang Bisa Terjadi
Ditinjau secara medis oleh dr. Fiona Amelia, MPH
Medical Writer
Ditulis oleh dr. Fiona Amelia, MPH · Tanggal diperbarui 26/10/2021
Ovarium adalah organ reproduksi di mana sel telur disimpan. Gangguan fungsi pada ovarium dapat membuat wanita sulit hamil.
Ovarium adalah kelenjar kelamin yang merupakan organ reproduksi utama pada wanita. Organ yang juga disebut sebagai indung telur ini berperan penting dalam proses reproduksi dan produksi hormon wanita.
Lokasi, Bentuk, dan Struktur Ukuran Ovarium
Wanita memiliki sepasang ovarium yang terletak di sisi kanan dan kiri rahim. Organ ini juga terletak dekat dengan tuba falopi atau saluran telur. Beberapa ligamen “memegang” ovarium agar tetap pada posisinya, di suatu lokasi yang disebut dengan fosa ovarika.
Tanya Mincah tentang Promil?
Ovarium normal memiliki panjang 3,5 cm, lebar 2 cm, dan ketebalan 1 cm. Ini kurang lebih sebesar bola golf. Volumenya berubah seiring dengan bertambahnya usia. Di usia 2 tahun, volume ovarium rata-rata 0,7 ml. Di usia 20 tahun, volume ovarium mencapai puncaknya, yakni sekitar 7,7 mL. Setelah ini, volume ovarium akan menyusut secara bertahap hingga sekitar 2,8 mL saat menopause.
Secara mikro, ada tiga komponen utama dalam ovarium:
- Bagian permukaan, yang dibentuk oleh sel epitel kuboid sederhana atau disebut sel epitel germinal. Surface – formed by simple cuboidal epithelium (known as germinal epithelium). Di bawah lapisan ini terdapat jaringan ikat padat yang membentuk kapsul.
- Korteks, yang terdiri dari jaringan ikat dan sejumlah folikel ovarium. Setiap folikel mengandung sebuah oosit (ovum) atau sel telur, dan dikitari oleh selapis sel folikular. Folikel-folikel sel telur ini ada dalam berbagai ukuran dan tingkat kematangan.
- Medula, yang dibentuk oleh jaringan ikat longgar dan mengandung pembuluh darah dan persarafan ovarium. Nama lain bagian ini adalah hilus.
3 Fungsi Ovarium Pada Sistem Reproduksi Wanita
Ovarium memiliki tiga fungsi utama, yaitu:
1. Menampung dan Melindungi Sel Telur Wanita
Hal ini sudah ada sejak lahir hingga siap untuk digunakan. Wanita terlahir dengan sekitar 1 juta sel telur pada setiap ovariumnya. Sel-sel telur ini mulai berkembang saat janin masih berada di dalam kandungan. Saat pubertas, di mana wanita mengalami haid pertamanya, jumlah sel telur menurun hingga sekitar 200.000-400.000. Selama usia reproduksi atau usia subur, kurang lebih 300-500 sel telur akan dilepaskan melalui proses ovulasi. Setelah menopause, ovarium akan berhenti melepaskan sel telur dan mengalami atrofi (menyusut/mengecil).
2. Memproduksi Hormon Reproduksi Wanita
Fungsi ovarium adalah memproduksi hormon estrogen dan progesteron. Beberapa hormon lain, seperti relaksin, inhibin, dan hormon Anti-Mullerian (AMH) juga diproduksi ovarium. Fungsi masing-masing hormon adalah sebagai berikut:
- Estrogen berfungsi dalam perkembangan seks sekunder seperti pertumbuhan payudara, panggul yang membesar, dan dalam siklus menstruasi/reproduksi bersama progesteron. Kadar keduanya harus seimbang agar fungsi reproduksi berjalan normal.
- Relaksin berfungsi untuk melemaskan ligamen-ligamen di dalam panggul sehingga mampu meregang saat melahirkan.
- Inhibin mencegah kelenjar pituitari di otak memproduksi hormon yang memengaruhi produksi estrogen/progesteron di ovarium.
- AMH adalah hormon yang berperan dalam perkembangan struktur organ reproduksi wanita. Hormon ini menjadi penting di masa reproduksi. Kadarnya bermanfaat untuk menentukan potensi pematangan sel telur yang tersisa (cadangan ovarium) pada seorang wanita dan kemungkinannya untuk hamil.
3. Melepaskan Sel Telur pada Setiap Siklus Haid
Kondisi ini terjadi melalui proses yang disebut dengan ovulasi. Setiap folikel di dalam ovarium mengandung sel telur yang tidak aktif (dorman). Sel-sel telur ini akan menjadi matang ketika ada stimulasi oleh Follicle-stimulating hormone (FSH), yang dilepaskan oleh kelenjar pituitari di otak. Setelah matang, hormon lain yakni Luteinizing Hormone (LH) akan memicu ovulasi atau pelepasan sel telur ke tuba falopii (saluran telur) terdekat. Diameter folikel yang matang dapat mencapai 30 mm.
Apa Penyakit pada Ovarium Mempengaruhi Infertilitas?
Setiap kondisi medis yang memengaruhi fungsi ovarium dapat menurunkan kesuburan wanita. Secara umum, ada 3 kelompok besar gangguan pada organ ini yang dapat memicu infertilitas.
1. Gangguan ovulasi
Gangguan ovulasi seperti ovulasi yang jarang (oligoovulasi) atau tidak ada (anovulasi) menyebabkan infertilitas oleh karena sel telur tidak selalu ada untuk dibuahi setiap bulannya. Wanita dengan siklus haid teratur (terjadi setiap bulan) dan disertai molimina (nyeri payudara, nyeri haid, atau perut kembung) biasanya mengalami ovulasi. Bila kedua hal ini tidak teratur atau tidak ada, mungkin terdapat kehamilan atau kondisi-kondisi yang mendasari gangguan ovulasi.
2. Penuaan sel telur
Usia merupakan faktor penting dalam hal kesuburan wanita. Menurunnya tingkat reproduksi dengan penuaan kemungkinan berkaitan dengan penurunan kuantitas dan kualitas sel telur.
Di tengah kehamilan, jumlah folikel yang mengandung sel telur mencapai puncaknya, yakni sebanyak 6-7 juta folikel. Saat lahir, jumlah ini menurun hingga 1-2 juta folikel, dan ‘tinggal’ 300.000 folikel di permulaan pubertas. Laju penurunan jumlah folikel ini semakin cepat ketika wanita mencapai pertengahan usia 30-an, yakni 35 tahun ke atas. Adanya ‘gangguan’ lain pada ovarium seperti akibat merokok, radioterapi, kemoterapi, dan penyakit autoimun juga mempercepat penurunan jumlah folikel.
Meski demikian, wanita dengan jumlah folikel sel telur yang sedikit dapat terus berovulasi secara teratur. Infertilitas terjadi karena kualitas sel telur yang buruk. Hilangnya kualitas sel telur ini diperkirakan terjadi karena kerusakan sel-sel germinal yang terakumulasi selama kehidupan atau adanya perubahan terkait usia dalam kualitas sel dan jaringan yang mengelilingi sel telur.
3. Kista ovarium
Meski kerap disebut menyebabkan infertilitas, hingga kini belum jelas diketahui apakah kista ovarium kecil (berukuran <3-6 cm) ataukah efek pembedahan pada kista ovarium tersebut yang memengaruhi perkembangan folikel sel telur pada ovarium.
Kista oavrium bisa menimbulkan gejala, seperti:
- Nyeri di punggung atau panggul
- Rasa nyeri saat berhubungan
- Haid terasa menyakitkan
4. Endometriosis
Endometriosis terjadi ketika terdapat jaringan endometrium yang tumbuh diu luar rahim, termasuk di ovarium. Gejalanya meliputi:
- Nyeri haid yang bisa mengganggu aktivitas sehari-hari
- Nyeri pada bagian perut bawah atau punggung, yang bisa tambah parah selama menstruasi
- Terasa sakit saat atau setelah berhubungan seksual
- Sulit untuk mendapatkan kehamilan
- Nyeri ketika buang air kecil atau buang air besar saat menstruasi
5. Torsio Ovarium
Kondisi ini terjadi ketika posisi ovarium berputar yang bisa mengganggu aliran darah ke ovarium. Hal ini bisa menyebabkan nyeri berlebihan hingga membutuhkan perawatan darurat. Gejalanya meliputi:
- Mual
- Nyeri panggul berlebihan
- Demam
- Muntah
- Perdarahan yang tidak normal
6. Kanker Ovarium
Kanker ini berasal dari sel-sel ovarium. Jenis kanker ini seringkali tidak disadari para wanita karena sulit dideteksi pada tahap awal kemunculannya. Gejala ini meliputi:
- Adanya rasa tidak nyaman atau kembung, nyeri perut atau panggul
- Keputihan atau pendarahan yang tidak normal
- Kehilangan nafsu makan
- Adanya perubahan kebiasaan makan atau lebih cepat terasa kenyang
- Peningkatan ukuran perut
- Adanya peningkatan frekuensi buang air kecil
- Perubahan usus, seperti sembelit atau diare
Baca Juga : Kanker Ovarium dan Pengaruhnya pada Kesuburan
7. Adenomiosis
Kondisi ini terjadi ketika jaringan endometrium tumbuh ke dalam bagian dinding rahim. Sekitar 1 dari 3 pengidap adenomiosis tidak memiliki tanda ataupun gejala. Namun, bagi beberapa pengidap lainnya mungkin akan mengalami:
- Kram menstruasi berlebihan (dismenore)
- Perdarahan menstruasi berlebihan (menorrhagia)
- Terasa nyeri saat berhubungan seksual (dispareunia)
- Kondisi rahim yang membesar
- Perut terasa penuh atau kembung
Kesimpulan
Pada dasarnya, ovarium yang fungsional penting untuk mempertahankan kesuburan sekaligus menjaga keseimbangan hormon di masa reproduksi. Gangguan pada organ ini akan secara langsung menurunkan peluang terjadinya kehamilan akibat tidak adanya sel telur yang dilepaskan atau kualitas sel telur yang buruk.
Jadwalkan Konsultasi
Jika Anda belum juga hamil setelah berupaya selama dua belas bulan atau lebih (atau enam bulan jika usia perempuan di atas 35 tahun), kami menyarankan Anda untuk melakukan penilaian kesuburan dengan spesialis fertilitas kami.
Jadwalkan konsultasi dengan menghubungi kami di (021) 50200800 atau dengan mengisi formulir melalui tombol dibawah.
- Verhoeven M.O., Lambalk C.B. (2016) Ovarian Physiology. In: Belfiore A., LeRoith D. (eds) Principles of Endocrinology and Hormone Action. Endocrinology. Springer, Cham.
- Kuohong, W., Honstein, MD. (Update 2024). Female infertility: Causes. Up To Date. https://www.uptodate.com/contents/female-infertility-causes#topicContent
- Gibson, E., Mahdy, H. (2023). Anatomy, Abdomen and Pelvis, Ovary. NCBI Bookshelf. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK545187/
Artikel Terkait:
- 7 Penyakit Menular Seksual yang Bisa Dialami Pria…
- 5 Kista yang Sering Terjadi di Dalam Organ Reproduksi Wanita
- Mengetahui Labia Mayora dan Kesehatan Reproduksi Wanita
- Kenali Ciri-Ciri Keputihan Tanda Hamil, Apakah…
- Mengetahui Pentingnya Vaksinasi HPV untuk Pencegahan…
- Kelenjar Prostat: Anatomi, Fungsi, dan Kelainan yang…
- Pengaruh dan Fungsi Hormon Testosteron pada…
- Penyebab Penyakit Adhesi Pelvis Radang Panggul Yang…
Fungsi Ovarium Gangguan Kesuburan Gangguan Ovarium infertilitas Ovarium