Aspermia pada Pria: Penyebab, Diagnosis, dan Pengobatan

Ayah Aspermia Ejakulasi Tanpa Sperma

Aspermia adalah kondisi yang terjadi ketika seorang pria mengalami ejakulasi tanpa disertai dengan sperma dalam air mani atau bahkan tanpa adanya air mani sama sekali.

Hal ini tentu bisa menjadi perhatian bagi pasangan yang sedang menjalani program kehamilan (promil).

Dengan penanganan medis yang tepat, pria dengan aspermia masih memiliki peluang untuk menjadi ayah. Artikel ini membahas jenis-jenis aspermia, penyebab, serta pilihan pengobatannya.

Apa Itu Aspermia?

Pada umumnya, sperma diproduksi di testis dan kemudian bercampur dengan cairan lain membentuk air mani yang keluar saat ejakulasi. Namun, pada kasus aspermia, pria mungkin memiliki air mani tanpa sperma atau bahkan mengalami ejakulasi kering (dry orgasm).

Kondisi ini dapat terjadi sementara atau dalam jangka panjang, tergantung pada penyebabnya.


Tanya Ferly tentang Promil?

New CTA WA

Menurut Cleveland Clinic (2023), aspermia sementara bisa terjadi karena ejakulasi yang terlalu sering, sedangkan aspermia kronis sering kali berhubungan dengan kondisi kesehatan lain yang memerlukan penanganan medis lebih lanjut.

Jenis-Jenis Aspermia

Aspermia terdiri dari beberapa jenis berdasarkan penyebabnya:

1. Aspermia Pra-Testikular

Kondisi ini terjadi ketika testis tidak menerima cukup rangsangan hormonal untuk memproduksi sperma. Kaltsas et al. (2022) menunjukkan bahwa kondisi ini dapat terjadi akibat ketidakseimbangan hormon atau setelah menjalani pengobatan kemoterapi, dan dikenal sebagai aspermia non-obstruktif.

2. Aspermia Testikular

Jenis ini disebabkan oleh gangguan pada fungsi atau struktur testis, yang membuat produksi sperma terhambat. Aspermia jenis ini juga dianggap sebagai aspermia non-obstruktif karena tidak ada hambatan fisik.

3. Aspermia Pasca-Testikular

Terjadi karena penyumbatan di saluran reproduksi yang mencegah sperma mencapai air mani. Menurut Ramirez-Fort et al. (2020), penyumbatan bisa terjadi di epididimis, vas deferens, atau saluran ejakulasi. Ini adalah jenis aspermia yang paling umum dan disebut sebagai aspermia obstruktif.

Penyebab Aspermia

Penyebab aspermia bisa dibedakan menjadi faktor obstruktif dan non-obstruktif. Penyebab obstruktif biasanya melibatkan penyumbatan saluran reproduksi, sementara penyebab non-obstruktif melibatkan ketidakseimbangan hormon atau kelainan genetik.

Aspermia Pasca-Testikular (Obstruktif)

Penyumbatan terjadi di sepanjang saluran sperma sehingga sperma tidak bisa keluar. Mason et al. (2023) menyatakan bahwa penyebab umum aspermia obstruktif meliputi infeksi, peradangan, trauma, atau operasi di area panggul, serta kelainan bawaan seperti mutasi pada gen cystic fibrosis yang menyebabkan vas deferens tidak terbentuk atau tersumbat.

Aspermia Pra-Testikular dan Testikular (Non-Obstruktif)

Penyebab non-obstruktif umumnya melibatkan gangguan hormonal atau genetik, seperti sindrom Kallmann, sindrom Klinefelter, atau ketidakseimbangan hormon seperti hiperprolaktinemia. Selain itu, gaya hidup juga berperan, seperti paparan radiasi, penyalahgunaan alkohol atau obat-obatan, serta seringnya paparan panas yang berlebihan pada testis.

Diagnosa Aspermia

Proses diagnosis aspermia biasanya melibatkan serangkaian tes yang mencakup:

1. Analisis Air Mani

Dilakukan untuk mengonfirmasi adanya sperma dalam dua sampel yang diambil pada waktu berbeda, sesuai prosedur Cleveland Clinic (2023). Ayah biasanya diminta untuk tidak ejakulasi selama 2-5 hari sebelum pengambilan sampel untuk hasil yang lebih akurat.

2. Riwayat Medis dan Pemeriksaan Fisik

Riwayat kesehatan lengkap termasuk cedera atau operasi, infeksi, atau pengaruh obat-obatan tertentu. Pemeriksaan fisik yang menyeluruh, terutama pada area skrotum, dapat membantu dokter mengidentifikasi kemungkinan penyebab.

3. Tes Hormon dan Tes Genetik

Tes darah untuk mengukur hormon seperti testosteron dan FSH, serta tes genetik untuk mendeteksi kelainan bawaan seperti penghapusan kromosom Y.

4. Pencitraan (Imaging)

Rontgen atau ultrasound (USG) dapat digunakan untuk melihat struktur testis dan saluran sperma serta mendeteksi adanya penyumbatan atau kelainan lainnya.

Pengobatan Aspermia

Pilihan pengobatan aspermia bergantung pada penyebabnya:

1. Operasi

Jika aspermia disebabkan oleh penyumbatan, prosedur pembedahan mungkin diperlukan untuk membuka atau memperbaiki saluran yang tersumbat.

2. Pengobatan Hormonal

Bagi pria dengan ketidakseimbangan hormon, pengobatan seperti terapi testosteron atau obat perangsang hormon sering kali efektif.

3. Pengambilan Sperma Langsung dari Testis

Teknik pengambilan sperma dengan jarum dapat digunakan dalam kasus di mana saluran tersumbat atau ketika produksi sperma rendah. Sperma yang diambil kemudian bisa digunakan dalam program IVF (in vitro fertilization) melalui injeksi sperma intracytoplasmic (ICSI).

4. Konseling Genetik

Jika aspermia terkait dengan kelainan genetik, konseling genetik bisa membantu pasangan memahami risiko penurunan kondisi ini kepada anak mereka.

Bisakah Aspermia Dicegah?

Beberapa penyebab aspermia, khususnya yang terkait dengan gaya hidup, dapat dihindari dengan langkah-langkah berikut:

  • Menghindari aktivitas yang berisiko melukai area skrotum.
  • Mengurangi paparan panas pada testis (misalnya, menghindari sauna atau mandi air panas berlebihan).
  • Menghindari konsumsi alkohol dan obat-obatan yang mempengaruhi kesuburan.
  • Mengurangi risiko cedera dan trauma pada area panggul.

Bisakah Pria dengan Aspermia Memiliki Keturunan?

Aspermia bukan berarti akhir dari kesempatan memiliki keturunan. Dengan diagnosis yang akurat dan perawatan yang tepat, peluang memiliki keturunan masih terbuka. Jika penyebabnya dapat diobati, program kehamilan alami mungkin saja berhasil. Untuk kasus lainnya, program bayi tabung atau IVF adalah pilihan yang memungkinkan.

cheer

Jadwalkan Konsultasi

Jika Anda belum hamil setelah satu tahun usia pernikahan, kami menyarankan Anda untuk melakukan pemeriksaan kesuburan dengan spesialis fertilitas kami.

Buat janji konsultasi dengan menghubungi kami di (021) 50200800 atau chat melalui Whatsapp melalui tombol di bawah.

Referensi
  • Foote, R.H. (2010). Time of Artificial Insemination and Fertility in Dairy Cattle. Journal of Dairy Science, 62(6), 880-886. https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0022030279832488
  • Chiu, Y.H., et al. (2022). Effectiveness and Safety of Intrauterine Insemination vs. Assisted Reproductive Technology: Emulating a Target Trial Using an Observational Database of Administrative Claims. Fertility and Sterility, 117(5), 981–991. https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/35305813/
  • Wang, X., et al. (2021). Factors Affecting Artificial Insemination Pregnancy Outcome. International Journal of General Medicine, 14, 3961–3969. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC8326936/
  • National Health Service UK (2023). Health A to Z. Intrauterine insemination (IUI).
  • NICE (2023). Fertility Problems: Assessment and Treatment.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

doctors
Buat Janji