Beranda » BLOG » Infertilitas » Kenali Infeksi Chlamydia Salah Satu Infeksi Menular Seksual
Kenali Infeksi Chlamydia Salah Satu Infeksi Menular Seksual
Ditinjau secara medis oleh dr. Fiona Amelia, MPH
Medical Writer
Ditulis oleh dr. Fiona Amelia, MPH · Tanggal diperbarui 23/08/2022
Infeksi chlamydia sejatinya mudah diobati dengan antibiotik. Di sisi lain, dapat membuat pasangan sulit hamil bila dibiarkan.
Infeksi chlamydia merupakan salah satu jenis infeksi menular seksual yang umum ditemukan. Gejala dan tandanya bisa mirip dengan penyakit gonore, namun chlamydia lebih sering tidak bergejala. Sebagai konsekuensi, individu dengan infeksi chlamydia kerap tidak terdiagnosis dan tidak terobati. Siklus penularan terus berlangsung dan lebih buruknya, infeksi Chlamydia yang dibiarkan dapat menyebabkan komplikasi jangka panjang seperti infertilitas. Padahal, ini merupakan salah satu infeksi menular seksual yang sangat mudah diobati.
Baca Juga: 7 Penyakit Menular Seksual yang Bisa Dialami Pria dan Wanita, Kenali Gejalanya!
Tanya Ferly tentang Promil?
Gejala infeksi chlamydia
Chlamydia dapat menyebabkan gejala ringan hingga berat, yang timbul beberapa hari hingga minggu setelah terinfeksi. Namun, sebagian besar individu tidak bergejala sama sekali. Artinya, infeksi chlamydia sangat mudah menular karena individu tidak tahu dirinya terinfeksi.
Pada wanita dengan infeksi chlamydia, sekitar 90 persennya tidak menunjukkan gejala. Bila bergejala, yang tersering antara lain:
- Keluarnya keputihan yang berwarna kekuningan dari vagina atau nanah dari uretra
- Nyeri atau perih saat buang air kecil
- Perdarahan vagina di antara dua siklus haid
- Perdarahan, keluar cairan, atau nyeri dari anus
- Nyeri saat berhubungan intim
- Nyeri perut
Sedangkan pada pria dengan infeksi chlamydia, hampir 70 persennya tidak mengalami gejala apapun. Bila ada, gejala chlamydia tersering pada pria, mencakup:
- Nyeri atau perih saat buang air kecil
- Keluar nanah dari penis
- Nyeri atau rasa tidak nyaman pada testis (buah zakar)
- Pembengkakan skrotum (kantong zakar)
Pada kasus yang jarang, individu dengan chlamydia dapat mengalami peradangan sendi yang disebut dengan artritis reaktif. Kondisi ini dapat menyebabkan sekelompok gejala yang tampak tidak berhubungan, seperti artritis (radang sendi) dan uveitis (peradangan di bagian dalam mata). Chlamydia juga dapat menyebabkan peradangan di konjungtiva (selaput lendir mata).
Penyebab infeksi Chlamydia
Infeksi chlamydia disebabkan oleh bakteri Chlamydia trachomatis. Bakteri ini dapat menginfeksi saluran reproduksi wanita dan pria. Infeksi utamanya ditularkan saat berhubungan intim. Namun, pria tidak harus mengeluarkan cairan ejakulasi untuk bisa menularkan infeksi.
Beberapa faktor yang meningkatkan risiko individu terinfeksi chlamydia, antara lain:
- Memiliki pasangan seksual baru
- Memiliki lebih dari satu pasangan seksual
- Tidak menggunakan kondom secara konsisten ketika memiliki lebih dari satu pasangan seksual
- Pasangan seksual multipartner
- Berhubungan intim dengan pasangan yang terinfeksi chlamydia dan belum diobati
- Memiliki riwayat infeksi chlamydia
Chlamydia tidak menular melalui kontak dengan benda-benda seperti dudukan toilet.
Diagnosis infeksi chlamydia
Infeksi chlamydia paling baik didiagnosis melalui pemeriksaan DNA bakteri, yakni nucleic acid amplification tests (NAAT) atau kultur bakteri. NAAT adalah tes yang paling sensitif digunakan pada spesimen swab vagina wanita atau urin pria.
Bila infeksi chlamydia sudah terkonfirmasi, individu maupun pasangan harus menjalani pemeriksaan untuk infeksi menular seksual lainnya, seperti HIV, gonore, trikomoniasis, dan sifilis. Di samping itu, riwayat vaksinasi harus dievaluasi untuk memastikan apakah telah menerima semua jenis vaksin yang direkomendasikan, khususnya vaksin hepatitis A, hepatitis B, dan human papillomavirus (HPV) yang memang mencegah infeksi menular seksual.
Deteksi dini infeksi Chlamydia
Secara umum, rekomendasi skrining tahunan untuk infeksi chlamydia direkomendasikan untuk:
- Wanita berusia di bawah 25 tahun yang aktif secara seksual, meski tidak bergejala.
- Wanita berusia 25 tahun ke atas dengan faktor risiko chlamydia.
Pada pria muda yang aktif secara seksual, skrining tahunan untuk infeksi chlamydia tidak rutin dilakukan. Namun, di area-area dengan prevalensi kasus yang tinggi, skrining ini perlu dipertimbangkan. Pada populasi ini, infeksi chlamydia umum ditemukan dan biasanya tidak menimbulkan gejala. Tetapi, infeksinya harus diobati untuk memutus rantai penularan serta mencegah masalah yang lebih berat, seperti infeksi pada organ reproduksi wanita dan komplikasinya, yakni infertilitas.
Cara mengobati infeksi chlamydia
Infeksi chlamydia diobati dengan antibiotik. Sesuai dengan rekomendasi Badan Kesehatan Dunia (WHO), jenis dan dosis antibiotik yang dianjurkan untuk infeksi Chlamydia pada umumnya adalah:
- Doxycycline 100 mg oral, yang dikonsumsi 2 kali sehari selama 7 hari. Obat ini tidak boleh diberikan pada ibu hamil karena dapat mengganggu perkembangan gigi dan tulang janin.
- Azithromycin 1000 mg oral dalam dosis tunggal. Obat ini aman digunakan oleh ibu hamil yang terinfeksi Chlamydia.
Selama pengobatan, individu harus menghindari hubungan intim sejak mulai pengobatan hingga 7 hari setelah pengobatan selesai. Pasangan seksual—mencakup semua pasangan seksual dalam 60 hari terakhir—juga harus diperiksa dan diobati. Infeksi chlamydia bisa terjadi berulang dan biasanya karena pasangan tidak diobati.
Sebagian individu yang terinfeksi chlamydia juga bisa terinfeksi gonore di waktu yang sama. Bila terbukti individu mengalami kedua infeksi tersebut, maka diperlukan pula pengobatan tambahan untuk mengatasi gonore.
Untuk memastikan infeksi chlamydia betul sudah hilang atau belum, pemeriksaan perlu dilakukan kembali 3 bulan setelah pengobatan selesai.
Komplikasi infeksi chlamydia
Infeksi chlamydia dapat menimbulkan komplikasi jangka panjang baik pada wanita maupun pria.
Komplikasi pada wanita
Organ reproduksi wanita yang paling sering terinfeksi chlamydia adalah serviks (leher rahim) dan uretra (saluran keluar urin). Infeksi serviks yang tidak diobati dapat naik ke rahim, tuba falopi, dan ovarium, dan menyebabkan penyakit radang panggul (PRP). PRP menyebabkan peradangan dan jaringan parut pada tuba falopi sehingga saluran telur menyempit atau tersumbat. Selanjutnya, kondisi ini dapat memicu infertilitas dan meningkatkan risiko kehamilan ektopik, serta nyeri panggul kronis.
Wanita hamil dengan infeksi chlamydia pada saluran reproduksi juga berisiko tinggi mengalami komplikasi. Infeksi yang tidak diobati dapat menyebabkan masalah serius pada kehamilan, seperti keguguran dan persalinan prematur. Infeksi chlamydia juga bisa ditularkan dari ibu ke bayi (mother-to-child transmission) selama proses bersalin. Pada bayi baru lahir, infeksi ini dapat menyebabkan konjungtivitis (mata merah dan bengkak) yang berisiko merusak mata dan mengganggu penglihatan bayi di kemudian hari. Bayi yang terinfeksi chlamydia juga dapat mengalami pneumonia (infeksi paru) yang menyebabkan batuk dan kesulitan bernapas.
Komplikasi pada pria
Pria juga bisa mengalami komplikasi kala chlamydia tidak diobati. Epididimis, yakni saluran di dalam skrotum yang berfungsi mengangkut dan menyimpan sperma, dapat meradang dan menyebabkan nyeri. Ini disebut dengan epididimitis. Infeksi juga bisa menyebar ke kelenjar prostat, menyebabkan prostatitis yang menimbulkan gejala demam, nyeri saat berhubungan intim, dan rasa tidak nyaman di punggung bawah. Komplikasi lain yang mungkin adalah uretritis (radang di saluran keluar urin).
Pencegahan infeksi Chlamydia
Cara paling efektif untuk mencegah infeksi chlamydia adalah menghindari hubungan intim. Namun karena hal ini tidak selalu bisa dilakukan, beberapa tips yang dianjurkan, yakni:
- Menggunakan kondom setiap kali berhubungan intim.
- Diskusikan hasil tes infeksi menular seksual dengan dokter. Tanyakan apakah sudah waktunya untuk skrining chlamydia.
- Segera temui dokter bila mengalami gejala infeksi chlamydia maupun yang lainnya.
- Hindari hubungan intim bila individu atau pasangan mengalami keputihan atau keluar cairan abnormal dari saluran reproduksi, terdapat nyeri saat buang air kecil, atau terdapat ruam pada kelamin.
Baca Juga: Penyebab dan Cara Mengatasi Sperma Berdarah
Penutup
Infeksi Chlamydia adalah infeksi menular seksual yang bisa sembuh sepenuhnya bila diobati sejak dini. Meski demikian, risiko komplikasi jangka panjang seperti infertilitas tetap ada oleh karena penyakit ini sering lambat didiagnosis. Karena itu, jangan enggan untuk memeriksakan diri ke dokter atau melakukan skrining bila dirasa memiliki faktor risiko infeksi chlamydia. Bila infeksi terkonfirmasi, jangan lupa untuk mengobati pasangan seksual agar infeksinya tidak berulang-ulang.
Jadwalkan Konsultasi
Jika Anda belum juga hamil setelah berupaya selama dua belas bulan atau lebih (atau enam bulan jika usia perempuan di atas 35 tahun), kami menyarankan Anda untuk melakukan penilaian kesuburan dengan spesialis fertilitas kami.
Jadwalkan konsultasi dengan menghubungi kami di (021) 50200800 atau dengan mengisi formulir melalui tombol dibawah.
- Hsu K. Clinical manifestations and diagnosis of chlamydia trachomatis infections. In: UpToDate, Post, TW (Ed), UpToDate, Waltham, MA, 2022.
- Hsu K. Patient education: chlamydia (beyond the basics). In: UpToDate, Post, TW (Ed), UpToDate, Waltham, MA, 2022.
- American College of Obstetrician and Gynecologists. (Januari 2021). Chlamydia, gonorrhea, and syphilis. FAQ071.
- Centers for Disease Control and Prevention (22 Juli 2021). Chlamydia detailed fact sheet.
- Mayo Clinic. (11 Mei 2022). Chlamydia trachomatis.
- Mohseni M, Sung S, Takov V. Chlamydia. [Updated 2022 Apr 30]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-.
Artikel Terkait:
- 7 Penyakit Menular Seksual yang Bisa Dialami Pria…
- Mengenal Oligospermia, Salah Satu Penyebab Susah Punya Anak
- Kenali Penyebab Impotensi, Masalah Seksual yang Dialami Pria
- Kenali Infeksi Virus Hepatitis B yang Dapat…
- Di Indonesia satu dari delapan pasangan mengalami…
- Buncit dan Gangguan Seksual
- Kenali Polip Rahim & Serviks Penyebab Wanita Sulit Hamil
- Kenali Penyebab, Gejala, dan Pengobatan Endometriosis