Kenali Polip Rahim & Serviks Penyebab Wanita Sulit Hamil

gejala polip rahim

Ditinjau secara medis oleh dr. Fiona Amelia, MPH
Master Public Health


Ditulis oleh dr. Fiona Amelia, MPH · Tanggal diperbarui 14/02/2023

Polip rahim dan leher rahim kerap ditemukan pada wanita yang sulit hamil. Berikut penjelasan selengkapnya.

Sulit hamil atau infertilitas pada wanita dapat disebabkan oleh kelainan di dalam organ kandungan. Salah satunya, akibat pertumbuhan jaringan abnormal seperti polip di rahim dan leher rahim.

Secara definisi, polip adalah massa atau pertumbuhan jaringan yang abnormal. Polip bisa muncul di berbagai bagian tubuh. Anda mungkin pernah mendengar istilah seperti polip hidung atau polip usus besar. Di organ reproduksi wanita, polip biasanya muncul di rahim dan leher rahim. Sebagian besar polip ini bersifat jinak, meski sebagian kecil bisa menjadi cikal bakal kanker.

Tanya Ferly tentang Promil?

New CTA WA

Jenis-jenis polip pada organ reproduksi wanita

Terlepas dari lokasinya, polip memiliki dua macam tampilan fisik, yakni yang bertangkai (pedunculated) dan yang memiliki dasar luas atau mendatar (sessile). Untuk lebih jelasnya, lihat gambar berikut.

gambar polip rahim dan serviks

Rahim (uterus) terdiri dari dua bagian utama, yakni badan (korpus uteri) dan leher rahim (serviks), yang bersambungan dengan vagina. Polip rahim atau bahasa medisnya polip endometrium, berasal dari dinding rahim (endometrium) yang melapisi bagian dalam korpus uteri. Sedangkan polip leher rahim atau polip serviks, berasal dari sel-sel yang melapisi serviks.

Polip Rahim

Polip jenis ini berasal dari pertumbuhan jaringan endometrium pada dinding rahim. Ukurannya bervariasi dari hanya beberapa milimeter hingga beberapa sentimeter. Atau, sebesar biji selasih hingga seukuran bola golf. Sebagian besar polip rahim atau polip endometrium bersifat jinak, meski sebagian cikal bakal kanker pada rahim (hiperplasia endometrium) dan kanker rahim dapat tampak seperti polip.

Seorang wanita dapat memiliki satu atau lebih polip endometrium. Polip ini bisa tetap berada di dalam rahim meski kadang menyelisip turun ke serviks dan kemudian vagina. Polip endometrium paling banyak terjadi pada wanita pre- dan pasca menopause. Meski demikian, juga bisa terjadi pada wanita yang berusia lebih muda.

Gejala Polip Endometrium

Bila bergejala, polip endometrium menimbulkan perdarahan haid yang berat, haid tidak teratur, atau perdarahan di antara dua siklus haid. Namun sebetulnya, sebagian besar wanita dengan polip endometrium tidak mengalami gejala yang jelas. Satu-satunya gejala bagi sebagian wanita hanyalah sulit hamil.

Hasil berbagai studi menunjukkan bahwa kondisi ini ditemukan pada kurang lebih 6-30 persen wanita yang menjalani program bayi tabung. Polip endometrium juga ditemukan pada 17 persen wanita dengan kegagalan implantasi berulang pasca menjalani program bayi tabung.

Bagaimana polip endometrium menyebabkan sulit hamil sesungguhnya masih kontroversial, karena banyak juga wanita dengan polip yang berhasil hamil. Beberapa mekanismenya mungkin terkait dengan gangguan pada transportasi sperma, hambatan pada implantasi embrio, atau produksi zat kimia yang menghambat kehamilan alami.

Penyebab dan Faktor Risiko Polip Endometrium

Hingga kini, penyebab pasti polip endometrium belum diketahui dengan jelas. Namun, diketahui bahwa polip tumbuh sebagai respon terhadap adanya hormon estrogen. Faktor-faktor yang meningkatkan risiko berkembangnya polip endometrium antara lain:

  • Penggunaan tamoxifen, obat untuk kanker payudara. Studi menemukan bahwa polip berkembang pada 2-36 persen wanita pascamenopause yang diobati dengan tamoxifen. Polip pada kelompok wanita ini berukuran besar (>2 cm), multipel (lebih dari satu), atau menunjukkan perubahan molekuler.
  • Obesitas. Didapati bahwa angka kejadian polip endometrium pada wanita dengan indeks massa tubuh (IMT) ≥30 jauh lebih tinggi daripada yang tidak, yakni 52 versus 15 persen. 
  • Faktor lainnya. Penggunaan terapi hormon pada wanita pascamenopause, khususnya regimen yang mengandung estrogen dosis tinggi dan/atau progestin dengan aktivitas anti estrogen yang rendah, dapat memicu timbulnya polip endometrium.

Diagnosis dan Pengobatan Polip Endometrium

Polip endometrium umumnya didiagnosis melalui pemeriksaan ultrasonografi, histerosalpingografi, dan histeroskopi. Histeroskopi merupakan pemeriksaan yang paling akurat dan dianggap sebagai standar baku emas untuk mendiagnosis polip endometrium. 

Pada prosedur histeroskopi, dokter akan memasukkan sebuah teleskop tipis dan fleksibel (histeroskop) melalui vagina dan serviks, hingga ke dalam rahim. Metode ini memungkinkan dokter melihat langsung kondisi di dalam rahim sekaligus mengangkat polip yang ditemukan dalam satu waktu. Polip yang diangkat kemudian dikirim ke laboratorium untuk dipastikan apakah polip bersifat jinak atau ganas. Prosedur ini dapat dilakukan secara rawat jalan dan bersifat minimal invasif, atau hanya menggunakan obat bius lokal.

Cara lain untuk mengatasi polip endometrium adalah menunggu dengan waspada (watchful waiting). Polip yang kecil dan tidak bergejala masih mungkin untuk hilang dengan sendirinya. Pengobatan biasanya tidak diperlukan kecuali Anda berisiko mengalami kanker rahim. 

Beberapa terapi hormonal, seperti progestin dan agonis gonadotropin-releasing hormone (GnRH), dapat mengurangi gejala polip. Akan tetapi, obat-obatan ini hanya merupakan solusi jangka pendek. Gejala biasanya kambuh setelah obat dihentikan.

Polip Serviks

Polip serviks adalah pertumbuhan jaringan yang berasal dari sel-sel serviks. Berbeda dengan polip endometrium, polip serviks biasanya ditemukan pada wanita usia reproduksi, yakni di atas usia 20an. Dan, lebih banyak pada mereka yang telah memiliki lebih dari satu anak. Polip serviks jarang ditemukan pada anak perempuan yang belum mengalami haid. 

Polip serviks memiliki ciri yang bervariasi dari segi:

  • Jumlah. Jumlah polip serviks bisa hanya satu atau lebih.
  • Bentuk. Bentuk polip dapat serupa tetesan air mata atau bulat. 
  • Warna. Warna bisa merah terang seperti buah ceri, keunguan, atau putih keabuan, tergantung banyaknya pembuluh darah yang mengaliri polip.
  • Ukuran. Diameter polip serviks biasanya kurang dari 3 cm. Meski demikian, bisa cukup besar hingga memenuhi dan tampak di liang luar vagina. 
  • Sel asal. Polip serviks dapat berasal dari sel endoserviks atau ektoserviks. Polip endoserviks berasal dari lapisan dalam serviks yang mengandung kelenjar, dan biasanya ditemukan pada wanita premenopause. Sedangkan polip ektoserviks berasal dari lapisan luar serviks, dan lebih umum pada wanita pascamenopause.

Seperti juga polip endometrium, polip serviks umumnya jinak. Akan tetapi, sekitar 0,2-1,5 persen kasus bersifat ganas, di mana ini lebih banyak ditemukan pada wanita pascamenopause. 

Gejala dan Penyebab Polip Serviks

Sama seperti polip endometrium, wanita dengan polip serviks umumnya tidak bergejala. Satu-satunya gejala hanyalah sulit hamil. Bila bergejala, polip serviks menyebabkan perdarahan haid yang lebih banyak dari biasanya, perdarahan setelah mencuci vagina (douching) atau berhubungan intim, dan perdarahan di antara dua siklus haid. Keputihan juga dapat muncul, yang bisa berbau busuk akibat adanya infeksi.

Sampai saat ini, penyebab pasti polip serviks belum diketahui. Namun ada beberapa teori yang berkembang. Salah satunya menyebutkan bahwa polip terjadi akibat sumbatan pembuluh darah serviks.

Selanjutnya, ini mengganggu aliran darah dan memicu berkembangnya polip. Teori lain menjelaskan bahwa polip muncul akibat infeksi atau peradangan kronis pada serviks. Paparan zat kimia dalam jangka panjang pada serviks juga dianggap dapat mengiritasi dan menyebabkan perubahan abnormal pada sel-sel ini.

Baca Juga : Pantangan Polip Rahim

Terakhir, polip muncul akibat respon abnormal terhadap peningkatan kadar estrogen, yang dapat menyebabkan pertumbuhan berlebihan jaringan serviks dan penebalan dinding rahim (hiperplasia endometrium). 

Beberapa faktor yang diketahui meningkatkan risiko berkembangnya polip serviks antara lain:

  • Wanita usia reproduksi (premenopause).
  • Multigravida (hamil lebih dari satu kali).
  • Adanya infeksi menular seksual.
  • Adanya riwayat polip serviks.

Diagnosis dan Pengobatan Polip Serviks

Diagnosis polip serviks relatif sederhana. Biasanya, cukup dengan melakukan pemeriksaan inspekulo vagina menggunakan spekulum (cocor bebek). Bila ditemukan, polip serviks dapat langsung diangkat melalui prosedur polipektomi. Dokter akan menggunakan capit khusus untuk memegang dasar polip dan kemudian memelintirnya. Bila tampak, dasar polip dapat cauter untuk mencegah perdarahan dan mengurangi kemungkinan kekambuhan. 

Bila polip cukup besar, dokter akan menganjurkan pengangkatannya di kamar operasi menggunakan bius lokal atau bius umum. Pada dasarnya, polip perlu diangkat bila menimbulkan gejala, berukuran besar (>3 cm), atau penampakannya tidak biasa. Polip yang telah diangkat kemudian dikirim ke laboratorium untuk dipastikan apakah bersifat jinak atau ganas. 

Baik polip rahim maupun polip serviks tidak bisa dicegah kemunculannya. Oleh sebab itu, penting untuk melakukan pemeriksaan kandungan dan Pap smear secara berkala. Gaya hidup sehat juga perlu diterapkan untuk mencegah faktor-faktor yang meningkatkan risiko berkembangnya polip.

Baca Juga : Pengertian, Tujuan dan Kegunaan dari Pap Smear

Pengalaman Polip Endometrium

Pengalaman polip endometrium juga dialami oleh Bunda Santy dan Ayah. Keduanya telah menikah selama 4 tahun sebelum memutuskan untuk menjalani program hamil di Bocah Indonesia.

Bunda Santy didiagnosis memiliki polip endometrium sehingga harus menjalani histeroskopi untuk mempersiapkan rahim sebelum promil. Penantian keduanya pun berbuah manis, setelah proses panjang yang dilalui, garis dua yang dinanti akhirnya hadir di tengah keluarga mereka.

cheer

Jika Anda membutuhkan pemeriksaan pada rahim dan leher rahim, kami menyediakan layanan untuk pemeriksaan Anda. Segera isi formulir di bawah ini, tim kami segera menghubungi Anda!

Kondisi polip rahim yang menimbulkan gejala perlu diangkat untuk mencegah pendarahan dan mengurangi kekambuhan. Segera periksakan diri Anda ke dokter jika gejala dan faktor pendukung lainnya.

  1. Stewart EA. Endometrial polyps. In: UpToDate, Post, TW (Ed), UpToDate, Waltham, MA, 2021.
  2. Laufer MR. Benign cervical lesions and congenital anomalies of the cervix. In: UpToDate, Post, TW (Ed), UpToDate, Waltham, MA, 2021.
  3. Kuohung W, Hornstein MD. Patient education: Evaluation of the infertile couple (Beyond the Basics). In: UpToDate, Post, TW (Ed), UpToDate, Waltham, MA, 2021.
  4. Mayo Clinic. (17 Desember 2020). Uterine polyps. URL.
  5. Nijkang NP, et al. Endometrial polyps: Pathogenesis, sequelae and treatment. SAGE open medicine. 2019;7;2050312119848247. https://doi.org/10.1177/2050312119848247.
  6. Alkilani YG, Apodaca-Ramos I. (10 Desember 2020). Cervical polyps. URL.
  7. Al Chami A, Saridogan E. Endometrial Polyps and Subfertility. J Obstet Gynaecol India. 2017 Feb;67(1):9-14. doi: 10.1007/s13224-016-0929-4. Epub 2016 Aug 20. PMID: 28242961; PMCID: PMC5306103.
Share:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Hari terakhir untuk hemat 11%
Checkout Sekarang

Hari
Jam
Menit
Detik
doctors
Buat Janji