Kenali Gejala dan Penyebab Penyakit Radang Panggul

gejala penyakit radang panggul

Ditinjau secara medis oleh dr. Fiona Amelia, MPH
Medical Writer


Ditulis oleh dr. Fiona Amelia, MPH · Tanggal diperbarui 16/08/2021

Penyakit radang panggul adalah salah satu penyebab nyeri haid yang juga bisa berdampak pada kesuburan seorang wanita. Penyakit radang panggul (PRP) merupakan peradangan pada saluran reproduksi wanita bagian atas, yaitu uterus (rahim), tuba Falopii (saluran telur), dan/atau ovarium (indung telur). Biasanya, PRP merupakan penjalaran dari infeksi di saluran reproduksi bagian bawah. Sebagian besar kasus PRP berhubungan dengan infeksi menular seksual akibat chlamydia dan gonore.

Gejala dan tanda dari penyakit radang panggul bisa tidak kentara atau bersifat ringan. Sebagian wanita bahkan tidak mengalami gejala apapun. Akibatnya, wanita bisa tidak menyadarinya dan baru terdeteksi saat memeriksakan diri karena sulit hamil atau mengalami nyeri panggul kronis. Penyakit ini paling sering ditemukan pada wanita usia 15 hingga 25 tahun.

Gejala Penyakit Radang Panggul

Gejala utama dari penyakit radang panggul adalah nyeri perut bawah. Nyeri umumnya berintensitas ringan dan dapat memberat kala haid atau selama berhubungan intim. Pada kasus yang akut, di mana terjadi peradangan yang hebat secara mendadak, nyeri sangat berat hingga wanita sulit berdiri dan beraktivitas. Sedangkan pada kasus yang kronis, nyeri bersifat ringan namun konstan atau menetap. 

Tanya Ferly tentang Promil?

New CTA WA

Gejala lain yang bisa muncul, yakni:

  • Nyeri perut bawah saat dilakukan pemeriksaan panggul.
  • Nyeri di perut kanan atas.
  • Keputihan yang tidak normal, berjumlah banyak, dan berbau tidak sedap.
  • Perdarahan vagina di luar siklus haid.
  • Perdarahan vagina selama atau setelah berhubungan intim.
  • Demam hingga menggigil.
  • Mual dan muntah.
  • Buang air kecil sering, terasa sulit atau nyeri.

Mengalami salah satu dari gejala ini tidak berarti Anda pasti mengalami PRP. Gejala-gejala ini juga bisa menandakan adanya penyakit lain seperti apendisitis (usus buntu) atau kehamilan ektopik terganggu (di luar kandungan).   

Bila mengalami gejala-gejala di atas, hentikan aktivitas hubungan intim dan segera jadwalkan konsultasi dengan dokter. Gejala-gejala tersebut dapat merupakan gejala dari infeksi menular seksual. Anda dan pasangan seksual harus segera mendapat pengobatan agar infeksi yang terjadi tidak berlanjut menjadi PRP.

Selain itu, segera kunjungi dokter atau carilah pertolongan medis apabila mengalami:

  • Nyeri perut bawah yang hebat.
  • Mual dan muntah hebat.
  • Demam tinggi di atas 38,3 derajat Celcius.
  • Keputihan yang berbau tidak sedap.

Baca Juga: Nyeri Haid, Penyebab dan Cara Mengatasinya

gambar perbandingan penyakit radang panggul

Penyebab

Penyakit radang panggul dapat disebabkan oleh berbagai jenis bakteri, namun yang tersering adalah infeksi gonore atau chlamydia. Keduanya merupakan infeksi menular seksual yang didapat saat berhubungan intim tanpa pengaman. 

Gejala akibat infeksi gonore dan chlamydia pada wanita kerap samar atau bahkan tidak ada sama sekali. Bila tidak diobati, dalam hitungan hari hingga minggu, infeksi dapat berkembang menjadi PRP. Selain infeksi menular seksual, PRP juga bisa disebabkan oleh infeksi yang tidak ditularkan melalui hubungan intim, seperti vaginosis bakterial. Ini merupakan infeksi pada saluran reproduksi wanita akibat pertumbuhan berlebihan bakteri Gardnerella vaginalis yang normalnya ada di vagina.

Pada kasus yang lebih jarang, bakteri dapat masuk ke saluran reproduksi atas bila barrier (penghalang) yang dibuat oleh serviks (leher rahim) terganggu. Ini dapat terjadi selama haid, setelah melahirkan, atau mengalami keguguran. 

Siapa saja yang berisiko terkena radang panggul?

Penyakit radang panggul sebetulnya bisa dialami oleh wanita usia berapapun yang sudah aktif secara seksual. Namun, kelainan ini paling sering ditemukan pada wanita muda, berusia kurang dari 25 tahun. Wanita dengan faktor-faktor berikut juga lebih berisiko mengalami PRP:

  • Memiliki pasangan seksual lebih dari satu. Semakin banyak pasangan seksual, semakin tinggi risikonya.
  • Berhubungan intim dengan pria yang memiliki lebih dari satu pasangan seksual atau mengalami infeksi menular seksual.
  • Berhubungan intim tanpa kondom.
  • Memiliki riwayat penyakit radang panggul atau infeksi menular seksual.
  • Sering mencuci vagina (douching). Kebiasaan ini memudahkan bakteri penyebab PRP berkembang biak dan dapat menyamarkan gejalanya. Mencuci vagina juga dapat mendorong bakteri vagina naik ke arah uterus dan tuba falopii. 

Risiko PID juga meningkat meski sedikit, pada tiga minggu pertama pasca pemasangan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR).

Komplikasi

Infeksi pada PRP dapat menimbulkan kerusakan organ akibat peradangan hebat. Kerusakan yang dimaksud yakni terbentuknya jaringan parut, adhesi (perlengketan jaringan dan/atau organ), dan sumbatan yang bersifat parsial atau total pada tuba Falopii. Selanjutnya, hal-hal ini dapat menyebabkan komplikasi jangka panjang sebagai berikut:

  • Infertilitas. Satu dari sepuluh wanita dengan PRP mengalami sulit hamil. Ini terjadi karena PRP menyebabkan terbentuknya jaringan parut pada tuba Falopii, yang kemudian menyumbat dan membuat sel telur tidak bisa dibuahi.
  • Kehamilan ektopik atau di luar kandungan. Jaringan parut akibat PRP juga dapat menghambat pergerakan embrio (sel telur yang telah dibuahi) menuju uterus. Akibatnya, embrio akan tertanam dan tumbuh di tuba Falopii. Ketika semakin membesar, tuba dapat ruptur (pecah) lalu menyebabkan perdarahan perut dan panggul yang mengancam nyawa. Pembedahan darurat mungkin diperlukan bila kehamilan ektopik tidak terdeteksi dini.
  • Nyeri panggul kronis. Adhesi akibat PRP dapat menyebabkan nyeri perut bawah yang bersifat menetap.
  • Abses tubo-ovarium. Ini merupakan terbentuknya kantong berisi nanah di antara tuba Falopii dan ovarium. Namun demikian, abses juga dapat berkembang di uterus atau di dalam organ panggul lainnya. Abses yang tidak diobati dapat berkembang menjadi infeksi yang berbahaya.

Pada prinsipnya, Semakin lama infeksi tidak diobati, semakin besar pula risiko terjadinya komplikasi akibat penyakit radang panggul.

Baca Juga: Endometriosis Penyebab Nyeri Haid dan Sulit Hamil

Diagnosis

Untuk mendiagnosis PRP, dokter akan mulai dengan menanyakan riwayat medis, termasuk kebiasaan seksual, kontrasepsi yang digunakan, dan gejala-gejala terkait. Oleh karena tidak ada satu jenis tes yang dapat mendiagnosis penyakit radang panggul secara akurat, dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan berikut untuk mengonfirmasi diagnosis.

  • Pemeriksaan panggul untuk mengevaluasi area panggul serta mengambil sampel cairan vagina dan serviks. Sampel cairan ini akan dikirim ke laboratorium untuk dievaluasi ada tidaknya bakteri gonore and chlamydia.
  • Pemeriksaan darah dan urin. Pemeriksaan ini digunakan untuk melihat ada tidaknya kehamilan, infeksi menular seksual lain, serta mengukur kadar sel darah putih dan penanda infeksi lainnya.

PRP dapat menyebabkan jaringan parut dan kerusakan permanen pada organ-organ reproduksi. Untuk mengevaluasi derajat kerusakan yang terjadi, dokter akan melakukan pemeriksaan ultrasonografi (USG), biopsi endometrium (dinding rahim), dan laparoskopi. 

Pengobatan Penyakit Radang Panggul

Penyakit radang panggul dapat diobati. Namun, jaringan parut yang terbentuk akibat infeksi tidak bisa dikoreksi. Sebagian besar wanita dengan PRP dapat diobati secara rawat jalan. Pengobatan umumnya mencakup:

  • Pemberian antibiotik. Untuk mengobati PRP, diperlukan kombinasi dua atau lebih golongan antibiotik. Obat ini dapat diberikan secara oral maupun injeksi. Regimen obat yang paling sering dipakai yakni dosis tunggal suntikan intramuskular (IM) ceftriaxone ditambah doxycycline dan metronidazole oral selama 14 hari. Gejala umumnya membaik meski antibiotik belum habis dikonsumsi. Akan tetapi, antibiotik tetap harus dihabiskan. Menghentikan konsumsi antibiotik sebelum waktunya dapat menyebabkan infeksi kambuh kembali.
  • Mengobati pasangan seksual. Infeksi gonore atau chlamydia bisa didapat dari pasangan seksual wanita. Pasangan seksual mungkin tidak menunjukkan gejala yang jelas. Oleh sebab itu, agar infeksi tidak berulang, pasangan seksual juga harus diperiksa dan diobati. 
  • Abstinensia (berhenti berhubungan intim untuk sementara waktu). Hindari berhubungan intim hingga pengobatan tuntas dan gejala telah menghilang.

Sebagian wanita perlu diobati di rumah sakit, terutama yang mengalami:

  • Penyakit berat dengan gejala nyeri perut hebat disertai demam tinggi, mual, dan muntah.
  • Tidak memiliki diagnosis yang jelas, diperlukan evaluasi diagnosis yang invasif untuk menentukan penyebab lain atau intervensi bedah karena dicurigai adanya ruptur abses tubo-ovarium.
  • Sedang hamil.
  • Harus mendapatkan antibiotik intravena (melalui selang infus atau suntikan langsung ke dalam pembuluh darah) akibat sulit mengkonsumsi obat oral atau tidak respon dengan pengobatan oral. 
  • Adanya kekhawatiran akan ketidakpatuhan terhadap terapi.

Pembedahan baru dilakukan pada kondisi tertentu, misalnya bila ditemukan abses. Pembedahan juga diperlukan bila penyakit tidak berespon terhadap pengobatan antibiotik atau diagnosis PRP masih meragukan.

Pencegahan Penyakit Radang Panggul

Pada wanita yang aktif secara seksual, penyakit radang panggul bisa dicegah dengan cara-cara berikut:

  • Berhubungan intim dengan aman. Selalu gunakan kondom dan setia pada satu pasangan yang telah terbukti tidak multipartner maupun mengalami infeksi menular seksual.
  • Segera periksakan diri ke dokter bila berisiko mengalami infeksi menular seksual. Semakin cepat infeksi terdeteksi dan diobati, semakin rendah risiko menjadi PRP.
  • Pastikan pasangan seksual juga diperiksa. Bila wanita mengalami penyakit radang atau infeksi menular seksual, minta pasangan seksual untuk juga diperiksa dan diobati. Ini dapat mencegah penyebaran infeksi dan kekambuhan PRP.
  • Hindari mencuci vagina karena dapat mengganggu keseimbangan bakteri normal di dalam vagina.

Penyakit radang panggul is a very treatable condition and most women make a full recovery. Komplikasinya dapati dicegah dengan tidak menunda untuk mencari pertolongan medis dan mengikuti semua rekomendasi dokter hingga pengobatan tuntas dan dinyatakan sembuh.

cheer

Jadwalkan Konsultasi

Jika Anda belum juga hamil setelah berupaya selama dua belas bulan atau lebih (atau enam bulan jika usia perempuan di atas 35 tahun), kami menyarankan Anda untuk melakukan penilaian kesuburan dengan spesialis fertilitas kami.

Jadwalkan konsultasi dengan menghubungi kami di (021) 50200800 atau dengan mengisi formulir melalui tombol dibawah.

  1. Ross J. Pathogenesis, microbiology, and risk factors. In: UpToDate, Post, TW (Ed), UpToDate, Waltham, MA, 2021.
  2. Ross J, Chacko MR. Penyakit radang panggul: Clinical manifestations and diagnosis. In: UpToDate, Post, TW (Ed), UpToDate, Waltham, MA, 2021.
  3. Wiesenfeld HC. Penyakit radang panggul: Treatment in adults and adolescents. In: UpToDate, Post, TW (Ed), UpToDate, Waltham, MA, 2021.
  4. Patient education: penyakit radang panggul (the basics). In: UpToDate, Post, TW (Ed), UpToDate, Waltham, MA, 2021.
  5. Jennings LK, Krywko DM. Penyakit radang panggul. Diperbarui 13 Mei 2021. Dalam: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan-. URL: Source 
  6. Curry A, et al. Penyakit radang panggul: diagnosis, management, and prevention. Am Fam Physician. 2019 Sep 15;100(6):357-364. URL: Source
  7. American College of Obstetrician and Gynecologists. (Agustus 2019). Penyakit radang panggul (PID). FAQ077. URL: Source.  
  8. NICHD. (12 Maret 2018). Spotlight: What to know about endometriosis. URL: Source
  9. Centers for Disease Control and Prevention (19 November 2020). Penyakit radang panggul (PID). URL: Source.  
  10. Mayo Clinic. (23 April 2020). Penyakit radang panggul (PID). URL: Source.
Share:

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Hari terakhir untuk hemat 11%
Checkout Sekarang

Hari
Jam
Menit
Detik
doctors
Buat Janji