Kenali Infeksi Virus Hepatitis B yang Dapat Memengaruhi Kesuburan

hepatitis b

Ditinjau secara medis oleh dr. Fiona Amelia, MPH
Medical Writer


Ditulis oleh dr. Fiona Amelia, MPH · Tanggal diperbarui 16/08/2022

Infeksi virus hepatitis B yang bersifat kronis dapat memengaruhi kualitas sperma dan selanjutnya memicu infertilitas.

Hepatitis B adalah salah satu bentuk infeksi pada organ hati akibat virus hepatitis B (HBV). Virus ini menyebabkan peradangan hingga kerusakan organ hati secara permanen.

Di dunia, diperkirakan hampir 300 juta orang terinfeksi oleh virus hepatitis B. Indonesia sendiri menempati peringkat pertama infeksi virus ini di Asia Tenggara dengan prevalensi 7,1 persen. Itu berarti, sekitar 18 juta orang Indonesia menderita hepatitis B.


Tanya Ferly tentang Promil?

New CTA WA

Kabar baiknya, infeksi HBV ini dapat dicegah melalui vaksinasi. Individu yang telah mendapatkan dosis vaksinasi hepatitis B lengkap juga lebih terlindungi dari infeksi menular seksual seperti Human Immunodeficiency Virus (HIV).

Gejala hepatitis B

Tanda dan gejala hepatitis B bervariasi tergantung perjalanan penyakitnya, apakah bersifat akut atau kronis. 

Hepatitis B akut

Seseorang yang baru pertama kali terinfeksi HBV disebut mengalami hepatitis akut. Gejalanya dapat menyerupai flu, yakni demam, nyeri perut, rasa lelah, penurunan nafsu makan, nyeri sendi, mual dan muntah, dan pada beberapa kasus kuning pada kulit dan mata, urin gelap seperti teh, dan BAB yang berwarna seperti tanah liat.

Pada hepatitis akut yang berat (hepatitis fulminan), bisa terjadi gagal hati, yang menyebabkan kuning di seluruh tubuh, penumpukan cairan pada tungkai bawah dan perut (asites), dan gangguan kesadaran. Meski demikian, sebagian kasus tidak bergejala sama sekali, khususnya bila infeksi terjadi pada anak usia kurang dari 5 tahun dan individu dengan sistem kekebalan tubuh yang menurun. 

Tidak bergejala bukan berarti tidak terinfeksi atau infeksinya terkendali. Individu yang seperti ini tetap bisa menularkan virus kepada orang lain selama infeksinya masih aktif.

Kemunculan gejala rata-rata dalam waktu 90 hari (3 bulan) setelah terpapar virus. Namun sebetulnya, gejala akut infeksi hepatitis B bisa muncul kapan saja antara 8 minggu hingga 5 bulan pasca paparan. Gejala umumnya hanya berlangsung beberapa minggu, meski sebagian individu dapat merasa sakit hingga 6 bulan.

Sebagian besar penderita hepatitis B akut dapat pulih sepenuhnya. Meski demikian, pada 1 dari 20 individu dewasa (5 persen), virus tidak mati sepenuhnya, melainkan hidup di dalam hati dan terus berkembangbiak selama bertahun-tahun. Individu yang membawa virus ini disebut sebagai carrier hepatitis B. 

Hepatitis B kronis

Infeksi hepatitis B kronis berlangsung selama 6 bulan atau lebih. Virus tetap hidup karena sistem kekebalan tubuh tidak dapat melawan infeksi. Infeksi kronis hepatitis B lebih sering terjadi pada individu yang terinfeksi virus saat lahir, dan banyak ditemukan Asia Tenggara, Cina, dan Sub-Sahara Afrika. Di bagian dunia ini, sekitar 1 dari 10 orang mengalami infeksi hepatitis B kronis.

Sebagian besar individu dengan hepatitis B kronis tidak bergejala apapun, tidak merasa sakit, dan tetap bebas gejala selama bertahun-tahun. Ketika akhirnya timbul, gejala mirip dengan gejala infeksi baru, namun sebetulnya itu merupakan tanda dari kerusakan hati yang sudah lanjut. Infeksi hepatitis B kronis dapat berkembang menjadi sirosis hati, gagal hati, kanker hati, hingga menyebabkan kematian.

Penularan hepatitis B

Infeksi HBV ditularkan melalui cairan tubuh seperti darah, cairan sperma maupun cairan tubuh lainnya. Individu sehat atau yang belum pernah mendapatkan vaksin hepatitis B dapat terinfeksi virus ini melalui:

  • Proses persalinan (dari ibu hamil yang terinfeksi HBV ke bayinya)
  • Berhubungan intim dengan pasangan yang terinfeksi HBV
  • Menggunakan narkoba suntik bersama
  • Menggunakan sikat gigi, pisau cukur, atau peralatan medis (seperti alat cek gula darah) bersama dengan individu yang terinfeksi HBV
  • Kontak langsung dengan darah atau luka terbuka dari individu yang terinfeksi HBV
  • Terpapar darah individu yang terinfeksi HBV melalui jarum suntik atau alat tajam lainnya

Beberapa faktor yang meningkatkan risiko seseorang terinfeksi HBV, antara lain: 

    • Berhubungan intim multipartner tanpa pengaman atau dengan individu yang terinfeksi HBV
    • Menggunakan narkoba suntik dan berbagi jarum suntik
    • Pria yang berhubungan intim dengan pria
    • Hidup bersama individu dengan hepatitis B kronis
    • Bayi yang lahir dari ibu yang terinfeksi HBV
    • Menjalani pekerjaan yang berisiko terpapar darah manusia
    • Individu yang menjalani dialisis (cuci darah)
  • Bepergian ke daerah dengan tingkat infeksi HBV yang tinggi seperti Asia, Kepulauan Pasifik, Afrika, dan Eropa Timur

Diagnosis

Diagnosis hepatitis B ditegakkan melalui wawancara medis dan pemeriksaan fisik. Dokter akan mencari tanda-tanda fisik dari kerusakan hati, seperti selaput putih mata dan kulit yang menguning atau nyeri perut. Untuk mengonfirmasi diagnosis dan/atau melihat kemungkinan adanya komplikasi, dokter akan meminta individu untuk melakukan beberapa pemeriksaan: 

  • Pemeriksaan darah untuk mendeteksi tanda-tanda virus hepatitis B di dalam tubuh serta menentukan sifatnya akut atau kronis. Pemeriksaan yang disebut dengan serologi hepatitis B ini dapat menilai adanya infeksi aktif maupun infeksi lampau HBV.
Serologi Virus Hepatitis B
 

HBsAg

Anti-HBs

Anti-HBc

Belum pernah terinfeksi

Negatif

Negatif

Negatif

Sudah divaksin

Negatif

Positif

Negatif

Infeksi lampau

Negatif

Positif

Positif

Infeksi akut

Positif

Negatif

IgM Positif

Infeksi kronis

Positif

Negatif

IgG Positif

Keterangan:

    • Antigen permukaan HBV (HbsAg) adalah penanda infeksi aktif hepatitis B. Namun, keberadaannya tidak dapat membedakan infeksi akut maupun kronis.
    • Keberadaan antibodi terhadap antigen permukaan HBV (anti-HBs) menandakan adanya infeksi lampau atau riwayat vaksinasi hepatitis B. Hasil pemeriksaan yang positif menandakan kekebalan terhadap HBV.
    • Keberadaan antibodi inti HBV (anti-HBc) menandakan infeksi saat ini atau infeksi lampau HBV. Bila hasilnya positif, dilakukan pemeriksaan lanjut untuk melihat IgM anti-HBc dan IgG anti-HBc. Kadar IgM anti-HBc yang tinggi menandakan infeksi akut.
  • Ultrasonografi (USG) hati untuk melihat seberapa luas kerusakan hati yang terjadi.
  • Biopsi hati. Pemeriksaan ini tidak ditujukan untuk mendiagnosis infeksi HBV, melainkan untuk memantau kerusakan hati pada individu dengan hepatitis kronis, menentukan perlu tidaknya pengobatan, dan menemukan tanda-tanda sirosis atau kanker hati.

Pengobatan

Hepatitis B diobati sesuai dengan tahapan penyakitnya. 

Pengobatan untuk mencegah infeksi HBV setelah terpapar

Individu yang terpapar HBV dan belum divaksin dapat diberikan injeksi imunoglobulin (HBIg). Antibodi yang disuntikkan akan memberikan perlindungan optimal bila diberikan dalam waktu 12 jam setelah terpapar virus. Oleh karena pengobatan ini hanya memberi perlindungan jangka pendek, individu juga perlu mendapatkan vaksin hepatitis B di waktu yang sama.

Pengobatan infeksi hepatitis B akut

Infeksi akut hepatitis B umumnya berlangsung singkat dan dapat sembuh dengan sendirinya. Oleh sebab itu, tidak ada pengobatan yang spesifik, kecuali tirah baring, istirahat, makan minum yang cukup untuk menunjang sistem kekebalan tubuh melawan infeksi. Pada kasus yang berat, mungkin diperlukan pemberian antivirus atau rawat inap di rumah sakit untuk mencegah komplikasi.

Pengobatan infeksi hepatitis B kronis

Sebagian besar individu dengan hepatitis B kronis membutuhkan pengobatan seumur hidup. Pengobatan dapat menurunkan risiko penyakit hati dan mencegah penularan infeksi ke orang lain. Pengobatan untuk hepatitis B dapat berupa:

  1. Obat antivirus oral, seperti entecavir, tenofovir, lamivudine, adefovir, dan telbivudine, untuk membantu tubuh melawan virus dan memperlambat kerusakan hati.
  2. Suntikan interferon. Interferon alfa-2b merupakan bentuk sintetis dari substansi yang dihasilkan tubuh untuk melawan infeksi. Suntikan ini utamanya diberikan kepada individu dewasa muda dengan hepatitis B yang ingin menghindari pengobatan jangka panjang atau wanita yang ingin hamil dalam waktu beberapa tahun setelah durasi terapi tertentu. Interferon tidak boleh digunakan selama hamil. Efek samping dapat berupa mual, muntah, sulit bernapas, dan depresi.
  3. Transplantasi hati pada kasus kerusakan hati yang sangat berat.

Komplikasi

Hepatitis B yang berlangsung kronis dapat menimbulkan beberapa komplikasi serius, seperti:

  • Sirosis atau pengerasan hati. Peradangan akibat infeksi hepatitis B dapat menyebabkan sirosis hati, di mana jaringan hati rusak dan menjadi jaringan parut yang tidak bisa berfungsi.
  • Kanker hati. Individu dengan hepatitis B kronis lebih berisiko mengalami kanker hati.
  • Gagal hati. Gagal hati adalah sebuah kondisi di mana fungsi vital hati terhenti. Bila demikian, transplantasi hati diperlukan agar tetap hidup.
  • Kondisi lain. Individu dengan hepatitis B kronis dapat mengalami penyakit ginjal atau peradangan pembuluh darah.

Risiko mengalami komplikasi-komplikasi di atas bergantung pada seberapa cepat virus berkembang biak dan sejauh mana sistem kekebalan tubuh mampu mengendalikan infeksi. 

Faktor-faktor lain yang meningkatkan risiko komplikasi hepatitis B kronis, yakni:

  • Jenis kelamin pria.
  • Usia yang lebih tua. 
  • Konsumsi alkohol.
  • Mengalami hepatitis C atau hepatitis D kronis (virus yang infeksinya bergantung pada hepatitis B), atau mengalami infeksi HIV.
  • Memiliki berat badan berlebih atau diabetes meningkatkan risiko perlemakan hati, yang mempercepat laju kerusakan hati pada individu dengan hepatitis B.

Hepatitis B dan infertilitas

Hingga kini, diketahui bahwa infeksi hepatitis B adalah satu-satunya hepatitis yang berhubungan dengan gangguan kesuburan. Sebagian besar studi fokus pada efek infeksi HBV pada kesuburan pria. Meski demikian, telah ditemukan bukti yang menghubungkan infeksi HBV dengan menurunnya kesuburan wanita. Secara umum, individu dengan hepatitis B 1,6 kali lebih berisiko mengalami infertilitas daripada individu yang tidak terinfeksi. Mengapa demikian?

Hepatitis B merupakan penyakit yang ditularkan melalui cairan tubuh. Banyak studi menunjukkan bahwa HBV DNA dapat terdeteksi pada urin, ludah, dan jaringan lain di luar hati dan darah. Di saluran reproduksi pria, diketahui bahwa HBV tak hanya mampu menembus sawar darah-testis dan memasuki sel sperma, tetapi juga berintegrasi ke dalam DNA sperma sehingga menurunkan kualitas dan fungsinya. Studi menemukan bahwa protein permukaan virus (protein S/HBs) HBV menurunkan pergerakan sperma dan menurunkan kemampuan sel sperma dalam membuahi sel telur hingga lebih dari 50 persen. 

Pada wanita, infeksi HBV berhubungan dengan infertilitas akibat gangguan pada tuba falopii dan rahim. Dari berbagai hasil studi, disimpulkan bahwa infeksi HBV menurunkan sistem kekebalan tubuh wanita dan meningkatkan risiko terjadinya infeksi panggul.

Hepatitis B dan teknologi reproduksi berbantu

Di masa kini, jumlah pria terinfeksi HBV dari pasangan infertil yang mencari teknologi reproduksi berbantu (TRB) semakin meningkat. TRB yang dimaksud dapat berupa inseminasi buatan maupun siklus bayi tabung. Lantas, apakah infeksi HBV memengaruhi angka keberhasilan TRB ini?

Studi terkini di tahun 2021 menemukan bahwa infeksi HBV memang memengaruhi kualitas sperma pria, namun tidak memengaruhi angka kesuksesan TRB. Kemampuan sperma dalam bertahan hidup dan bergerak jauh lebih rendah pada kelompok pria dengan infeksi HBV. Meski demikian, angka pembuahan, implantasi, dan angka kehamilan klinis pasca inseminasi buatan maupun siklus bayi tabung tidak berbeda pada kelompok pria yang terinfeksi HBV dengan yang tidak.

Pencegahan

Cara terbaik untuk mencegah hepatitis B adalah dengan mendapatkan vaksinasi dosis lengkap. Vaksin hepatitis B umumnya diberikan dalam 3-4 kali suntikan dalam waktu 6 bulan. Individu tidak akan terinfeksi HBV akibat divaksin.

Cara lain untuk menurunkan risiko infeksi HBV, yakni:

  • Ketahui status HBV pasangan seksual. Hindari hubungan intim tanpa pengaman kecuali sudah yakin pasangan tidak terinfeksi HBV maupun infeksi menular seksual lainnya.
  • Gunakan kondom setiap kali berhubungan intim bila tidak tahu status kesehatan pasangan seksual.
  • Hindari penggunaan narkoba dan jangan pernah berbagi jarum suntik.
  • Hati-hati soal tindik dan tato. Carilah tempat yang memiliki reputasi baik. Tanyakan tentang bagaimana peralatan dibersihkan. Pastikan penyedia jasa menggunakan jarum steril.
  • Pastikan diri telah divaksin hepatitis B lengkap sebelum bepergian ke daerah dengan tingkat infeksi HBV yang tinggi.
cheer

Hepatitis B bisa menyebabkan gangguan pada kesuburan. Jika Anda ingin mengetahui kondisi kesuburan, kami menyediakan layanan pemeriksaan untuk Anda. Silakan isi formulir di bawah ini. Tim kami segera menghubungi Anda!

Hepatitis B merupakan salah satu infeksi HBV yang dapat menular lewat cairan tubuh. Jika Anda mengalami gejala di atas segera lakukan pemeriksaan ke dokter. Kondisi ini bisa berpengaruh pada infertilitas.

  1. Lok ASF. Patient education: hepatitis B(beyond the basics). In: UpToDate, Post, TW (Ed), UpToDate, Waltham, MA, 2022.
  2. Mayo Clinic. (4 September 2020). Hepatitis B.
  3. Tripathi N, Mousa OY. Hepatitis B. [Updated 2022 Jun 11]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. URL: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK555945/
  4. Wang Z, Liu W, Zhang M, Wang M, Wu H, Lu M. Effect of hepatitis B virus infection on sperm quality and outcomes of assisted reproductive techniques in infertile males. Frontiers in medicine. 2021 Nov 2;8:744350.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

doctors
Buat Janji