Beranda » BLOG » Program Hamil » Bayi Tabung » Mengenal Blastosit dalam Peran IVF
Mengenal Blastosit dalam Peran IVF
Tahap blastosit merupakan salah satu fase penting dalam program bayi tabung atau in vitro fertilization (IVF), yang sangat mempengaruhi keberhasilan kehamilan. Blastosit adalah tahap awal perkembangan embrio, terbentuk sekitar lima hingga enam hari setelah pembuahan.
Pada tahap ini, sel-sel blastosit sudah mulai berdiferensiasi untuk melindungi dan memberikan nutrisi bagi calon janin. Kultur dan transfer blastosit embrio adalah langkah penting dalam IVF, bertujuan agar embrio dapat menempel pada dinding rahim dan berkembang menjadi janin yang sehat.
Apa Itu Blastosit?
Blastosit adalah fase perkembangan awal dari embrio yang terjadi lima hingga enam hari setelah sperma membuahi sel telur. Sel-sel dalam blastosit mulai membelah dan berdiferensiasi untuk membentuk struktur pelindung serta mendukung nutrisi bagi janin. Tahap ini adalah kunci dalam proses IVF untuk memastikan embrio siap ditransfer ke dalam rahim.
Jika transfer blastosit berhasil, peluang keberhasilan kehamilan menjadi lebih tinggi. Setelah pembuahan terjadi, sel telur yang dibuahi berubah menjadi zigot, yang kemudian terus membelah menjadi blastosit dalam perjalanan ke rahim.
Blastosit kemudian menempel pada dinding rahim, biasanya sekitar 10-12 hari setelah ovulasi, dan mulai berkembang menjadi embrio hingga janin.
Tanya Ferly tentang Promil?
Pada proses IVF, blastosit dikultur di laboratorium hingga mencapai tahap optimal untuk ditransfer ke rahim.
Mengapa Tahap Blastosit Penting dalam Program IVF?
Tahap blastosit dalam IVF menentukan keberhasilan penempelan dan implantasi embrio. Jika blastosit tidak dapat menempel pada endometrium, kehamilan tidak akan terjadi. Penempelan blastosit dipicu oleh hormon yang mengatur proses “penetasan,” di mana blastosit melepaskan membran luar beningnya untuk mempersiapkan implantasi di lapisan rahim.
Blastosit menempel pada endometrium dengan bantuan protein khusus bernama L-selectin, yang memungkinkan pelekatan pada dinding rahim.
Sel-sel di bagian luar blastosit akan berkembang menjadi plasenta yang memberi nutrisi pada janin, sementara sel-sel di dalam blastosit membentuk kantung ketuban untuk melindungi janin.
Bagaimana Jika Tahap Blastosit Gagal?
Ketika blastosit tidak berhasil menempel, kehamilan tidak akan terjadi, dan ini mungkin disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk kualitas embrio atau ketidaksiapan endometrium. Pada kasus tertentu, blastosit dapat tertanam di luar rahim, seperti di saluran tuba, menyebabkan kehamilan ektopik.
Prosedur Kultur dan Transfer Blastosit Embrio
Dalam IVF, calon ibu menjalani beberapa prosedur untuk menyiapkan embrio hingga tahap blastosit:
- Pengambilan Sel Telur: Ovarium distimulasi untuk menghasilkan beberapa sel telur yang matang, yang kemudian diambil melalui aspirasi folikel.
- Pembuahan di Laboratorium: Sel telur yang diperoleh dibuahi oleh sperma di laboratorium, biasanya melalui metode konvensional atau Intracytoplasmic Sperm Injection (ICSI).
- Kultur Embrio: Embrio yang terbentuk dipelihara di lingkungan laboratorium yang terkontrol ketat hingga mencapai tahap blastosit.
- Pemilihan Embrio: Embrio yang paling sehat dipilih untuk transfer ke rahim.
- Transfer Embrio: Embrio yang dipilih dimasukkan ke dalam rahim melalui prosedur transfer yang dibantu USG.
Setelah transfer, calon ibu menunggu sekitar dua minggu sebelum menjalani tes kehamilan. Hormon tambahan mungkin diberikan untuk mendukung implantasi dan awal kehamilan.
Penyebab Infertilitas dan Manfaat IVF
IVF membantu pasangan dengan masalah kesuburan, seperti sumbatan saluran tuba, endometriosis, atau gangguan ovulasi. Kesulitan hamil juga dapat terjadi akibat gangguan pada pihak pria, seperti kualitas sperma yang rendah. IVF juga membantu mengurangi risiko penyakit genetik pada bayi melalui skrining embrio.
Jadwalkan Konsultasi
Jika Anda belum hamil setelah satu tahun usia pernikahan, kami menyarankan Anda untuk melakukan pemeriksaan kesuburan dengan spesialis fertilitas kami.
Buat janji konsultasi dengan menghubungi kami di (021) 50200800 atau chat melalui Whatsapp melalui tombol di bawah.
Referensi
- Couck, et al. (2020). Monochorionic twins after in-vitro fertilization: do they have poorer outcomes? Ultrasound in Obstetrics & Gynecology. 56 (6), pp. 831-836.
- Sood, A., et al. (2021). Growth Hormone for In Vitro Fertilisation (IVF). Cochrane Database of Systematic reviews, 11.
- Máté, G., Bernstein, L. & Török, A. (2018). Endometriosis Is a Cause of Infertility. Does Reactive Oxygen Damage to Gametes and Embryos Play a Key Role in the Pathogenesis of Infertility Caused by Endometriosis? Frontiers in Endocrinology, 9, pp. 725.
- American Pregnancy Association (2022). Embryo Transfer.
- Cleveland Clinic (2022). Body Systems & Organs. Blastocyst.
- Mayo Clinic (2021). Tests & Procedures. In Vitro Fertilization (IVF).
- Verywell Family (2020). Common Concerns About the Post-IVF 2 Week Wait.
- Aspermia pada Pria: Penyebab, Diagnosis, dan Pengobatan - 12/11/2024
- Mengenal Blastosit dalam Peran IVF - 11/11/2024
- Sederet Tips Inseminasi Buatan untuk Pasutri - 08/11/2024
Artikel Terkait:
- Mengenal ICSI dan IMSI dalam Program Bayi Tabung
- Frozen Embryo Transfer, Salah Satu Teknologi dalam…
- Pentingnya Memahami Plasenta Anterior dalam Kehamilan
- Pertumbuhan Embrio Dalam Program Bayi Tabung
- Mengenal Pembekuan Sel Telur, Salah Satu Cara…
- Mengenal Preimplantation Genetic Testing (PGT)
- Mengenal USG Doppler dan Cara Kerjanya
- MUSIM TERBAIK UNTUK MENJALANI PROGRAM IVF (PART 2)