Beranda » BLOG » Program Hamil » Kesehatan Reproduksi » Vagina Gatal: Berbagai Penyebab dan Cara Mengatasinya
Vagina Gatal: Berbagai Penyebab dan Cara Mengatasinya
Mengetahui penyebab vagina gatal adalah langkah pertama untuk meredakannya.
Gatal atau iritasi di bagian tubuh manapun tentu tidak nyaman. Apalagi, bila terjadi di area sensitif seperti vulva dan vagina. Vulva merupakan bagian luar kelamin wanita, yang mencakup labia, klitoris, uretra, dan lubang vagina. Sedangkan vagina merupakan bagian dalam kelamin wanita yang berupa tabung dan menghubungkan vulva dengan rahim.
Gatal-gatal bisa dirasakan di sekitar vulva maupun di dalam vagina. Gejala dan pengobatan yang spesifik akan bergantung pada penyebabnya.
Penyebab dan gejala vagina gatal
Wanita dengan gatal-gatal di area vagina dan sekitarnya biasanya mengalami gejala lain, yang bisa berupa:
- Rasa panas atau perih yang menyengat
- Sensasi seperti area vulva tergores oleh sesuatu yang kasar
- Kemerahan
- Keputihan
Beberapa penyebabnya yang sering ditemukan, antara lain:
Tanya Ferly tentang Promil?
1. Iritasi dan alergi
Gatal-gatal di vagina kerap disebabkan oleh produk-produk yang mengiritasi kulit di sekitar kelamin atau menyebabkan reaksi alergi (dermatitis kontak). Produk yang kerap mengandung iritan, yakni:
- Sabun, shower gel, losion, krim, dan salap, khususnya yang berparfum
- Obat semprot area kewanitaan dan cairan pencuci vagina (douching)
- Alat kontrasepsi, seperti spermisida dan kondom berbahan lateks
- Tisu, pembalut, dan panty liner yang berparfum
- Deterjen dan pelembut kain
- Bahan tertentu pada pakaian dalam
Gatal-gatal biasanya menghilang setelah wanita menghentikan penggunaan produk-produk ini. Untuk menghindari iritasi, sebaiknya gunakan produk-produk kewanitaan yang bebas parfum.
2. Vaginosis sitolitik
Dalam kondisi normal, vagina wanita dewasa mengandung koloni bakteri Lactobacilli, yang melindungi vagina dari infeksi kuman-kuman berbahaya. Namun, ada kalanya bakteri ini tumbuh berlebihan sehingga menimbulkan rasa gatal yang mengganggu. Pada vaginosis sitolitik, gejala gatal biasanya muncul sekitar satu minggu sebelum menstruasi dimulai. Sebaliknya, gejala akan langsung mereda setelah menstruasi berlangsung.
Gejala lain yang menyertai gatal adalah keputihan berwarna putih dengan konsistensi kental atau menyerupai keju, yang mirip dengan keputihan akibat infeksi jamur vagina.
3. Vaginosis bakterial
Vaginosis bakterial juga disebabkan oleh pertumbuhan bakteri yang berlebihan pada vagina. Hanya saja, bakteri penyebabnya adalah Gardnerella vaginalis. Selain gatal, gejala yang menyertai adalah rasa perih dan keputihan berbau amis. Keputihan umumnya berwarna keabuan, encer dan bisa berbusa.
4. Infeksi jamur vagina (kandidiasis vagina)
Tiga dari empat wanita akan mengalami infeksi jamur vagina dalam hidupnya. Infeksi ini terjadi ketika jamur vagina (kandida) tumbuh berlebihan. Kehamilan, hubungan intim, penggunaan antibiotik, dan turunnya kekebalan tubuh, membuat wanita lebih berisiko mengalami infeksi jamur vagina. Selain gatal dan iritasi, infeksi jamur vagina menimbulkan keputihan yang berwarna putih, kental, dan bertekstur seperti keju.
5. Infeksi menular seksual (IMS)
Infeksi menular seksual akibat chlamydia, herpes kelamin, kutil kelamin, trikomoniasis, gonore, dan kuman lain dapat menyebabkan gatal-gatal di vagina serta gejala lain seperti keputihan abnormal, nyeri saat buang air kecil, dan luka pada kelamin.
Gatal di area kelamin ini juga bisa disebabkan oleh parasit kutu kelamin yang tak selalu ditularkan saat berhubungan intim. Serangga kecil ini juga bisa menular melalui selimut dan handuk yang dipakai bersama. Gatal-gatal umumnya muncul 5 hari setelah kutu menginfeksi dan berkembang biak, yang dirasakan semakin memburuk di malam hari. Di samping itu, bisa timbul demam dan titik biru pucat di area dekat gigitan.
6. Menopause
Turunnya produksi hormon estrogen di akhir masa reproduksi wanita dapat menyebabkan dinding vagina menipis dan mengering. Selanjutnya, ini akan menimbulkan rasa gatal dan iritasi. Hubungan intim dapat terasa nyeri dan terjadi perdarahan setelahnya.
7. Stres
Stres fisik dan emosi juga bisa menyebabkan gatal dan iritasi vagina. Ini terjadi karena stres melemahkan sistem kekebalan tubuh. Selanjutnya, vagina menjadi lebih rentan mengalami infeksi, yang memicu gatal-gatal.
8. Kelainan kulit tertentu
Beberapa kelainan kulit dapat menyebabkan gatal-gatal di vagina, seperti:
- Eksim atau bahasa medisnya dermatitis atopik. Ini merupakan ruam kulit yang sering dialami oleh individu dengan asma atau alergi. Ruam berwarna kemerahan, gatal, dan bersisik. Pada sebagian individu dengan eksim, ruam bisa menyebar ke area vulva.
- Psoriasis. Ini merupakan penyakit autoimun yang menyebabkan timbulnya ruam kulit berupa plak kemerahan, gatal, dan bersisik di sekitar kulit kepala dan persendian. Kadangkala, penyakit ini juga bisa kambuh di area vulva.
- Liken sklerosis. Ini merupakan penyakit kulit yang jarang dan lebih banyak ditemui pada wanita pascamenopause. Penyakit ini ditandai dengan munculnya plak putih pada kulit, khususnya di sekitar vulva. Plak yang muncul dapat menimbulkan jaringan parut permanen di sekitar vagina.
9. Hubungan intim
Sebagian wanita mengalami gatal-gatal di vagina setelah berhubungan intim. Ini bisa terjadi akibat:
- Kulit kering atau kurangnya pelumas di sekitar area kelamin.
- Ketidakseimbangan pH. Normalnya, pH vagina berkisar antara 3,8 sampai 4,5. Saat berhubungan intim tanpa kondom, pH cairan sperma yang basa akan meningkatkan pH vagina. Selanjutnya, hal ini meningkatkan risiko wanita mengalami infeksi vagina yang memicu gatal.
- Alergi pada kondom lateks atau pelumas vagina yang mengandung lateks.
- Alergi sperma. Alergi pada protein tertentu di dalam cairan sperma dapat memengaruhi bagian tubuh yang berkontakan dengan cairan sperma, seperti vagina, kulit, dan mulut. Gejala biasanya berkembang dalam 10-30 menit setelah kontak dengan tubuh.
10. Kanker vulva
Kanker vulva tergolong jarang dan terjadi kurang dari 1 persen dari semua jenis kanker pada wanita. Bila ada, kanker ini menyebabkan gejala gatal-gatal vagina yang bersifat terus-menerus, rasa panas terbakar, dan perdarahan di area kelamin.
Kapan harus ke dokter?
Penting untuk mencari bantuan medis bila gatal-gatal vagina cukup berat hingga mengganggu aktivitas sehari-hari dan pola tidur. Meski sebagian besar penyebabnya tidak serius, dokter dapat membantu mengidentifikasi dan mengobati penyebab gatal pada vagina ini sehingga gejalanya bisa diredakan.
Pada dasarnya, wanita disarankan untuk memeriksakan diri ke dokter bila gatal-gatal pada vagina berlangsung lebih dari 1 minggu atau bila gatal disertai oleh gejala lain, seperti:
- Luka dalam (ulkus) atau lepuhan pada vulva.
- Nyeri atau rasa tidak nyaman di area kelamin.
- Kemerahan atau pembengkakan di area kelamin.
- Nyeri hingga sulit saat buang air kecil.
- Keputihan yang tidak normal.
- Rasa tidak nyaman atau nyeri saat berhubungan intim.
Diagnosis vagina gatal
Penyebab gatal di vagina bisa diketahui hanya dengan melakukan wawancara mendalam dan pemeriksaan fisik. Bila demikian, wanita mungkin tidak memerlukan tes apapun.
Bila perlu tes lanjutan, dapat mencakup:
- Pemeriksaan sampel dari cairan vagina. Pemeriksaan ini bisa menilai ada tidaknya infeksi.
- Pemeriksaan darah untuk infeksi menular seksual.
- Uji tempel (patch test) atau uji cukit kulit (skin prick test) untuk menilai apakah zat tertentu menyebabkan alergi yang menimbulkan ruam dan gatal.
- Biopsi untuk mengambil sampel kulit vulva lalu diperiksa di bawah mikroskop. Pemeriksaan ini baru dilakukan bila pemeriksaan lain tidak menunjukkan penyebab gatal-gatal di vagina. Tes ini jarang dilakukan.
Cara mengatasi vagina gatal
Pengobatan untuk mengatasi vagina gatal tentu bergantung pada penyebab spesifiknya. Pengobatan bisa berupa:
- Obat-obatan untuk mengatasi infeksi. Ini dapat berupa obat minum, gel atau krim yang dimasukkan ke dalam vagina, atau obat suntik. Bila gatal disebabkan oleh infeksi menular seksual, pasangan seksual juga harus diobati.
- Obat-obatan untuk mengurangi rasa gatal. Ini dapat berupa salep atau krim yang dioleskan pada vulva atau dimasukkan ke dalam vagina, atau obat minum. Bila gatal sangat mengganggu di malam hari, dokter dapat memberikan antihistamin, seperti hydroxyzine, cetirizine, atau loratadine. (brand name: Vistaril). Bila cara-cara lain tidak berhasil mengurangi gatal, dokter mungkin memberikan suntikan di area yang gatal.
- Obat untuk mengatasi kutu kelamin. Biasanya, ini berupa losion atau krim yang dioleskan pada kulit di kelamin.
- Gatal-gatal yang berhubungan dengan proses menopause diobati dengan krim, tablet, atau ring vagina yang mengandung estrogen.
- Sitz bath atau merendam vulva dengan air hangat setinggi 5-7 cm. Lakukan ini selama 5 menit di pagi hari dan 5 menit di malam hari. Jangan tambahkan sabun maupun zat lainnya ke dalam air.
Selain mengobati penyebab, ada beberapa tips untuk mencegah maupun memperberat gatal-gatal vagina yang terjadi:
- Hanya gunakan air dan pembersih tak berparfum untuk membilas area vulva dan vagina. Hindari larutan pencuci vagina dan sejenisnya.
- Saat membilas area vulva dan vagina, selalu lakukan dari arah depan ke belakang agar bakteri dari anus tidak masuk berpindah ke area vulva dan vagina. Setelah itu, keringkan dengan cara ditepuk-tepuk dan bukan digosok.
- Gunakan pakaian dalam berbahan katun, menyerap keringat, dan longgar.
- Hindari penggunaan feminine spray maupun bedak di area vulva.
- Hindari hubungan intim hingga gejala betul-betul membaik.
- Hindari menggaruk area yang gatal karena iritasi bisa semakin memberat.
- Periksakan diri dan pasangan bila ada kemungkinan infeksi menular seksual.
Penutup
Sebagian besar kasus gatal dan iritasi di area vulva dan vagina ini sebetulnya tidak berbahaya. Kondisi ini pun kerap menghilang dengan sendirinya. Akan tetapi, karena bisa disebabkan oleh infeksi menular seksual, sebaiknya periksakan diri ke dokter agar pengobatannya efektif dan tepat sasaran.
Jadwalkan Konsultasi
Jika Anda belum hamil setelah satu tahun usia pernikahan, kami menyarankan Anda untuk melakukan pemeriksaan kesuburan dengan spesialis fertilitas kami.
Buat janji konsultasi dengan menghubungi kami di (021) 50200800 atau chat melalui Whatsapp melalui tombol di bawah.
- Cleveland Clinic. 8 possible reasons why your vagina itches. URL: https://health.clevelandclinic.org/itchy-vagina.
- Web MD. Vaginal itching, burning, and irritation. URL: https://www.webmd.com/women/guide/vaginal-itching-burning-irritation.
- Lin YP, Chen WC, Cheng CM, Shen CJ. Vaginal pH Value for Clinical Diagnosis and Treatment of Common Vaginitis. Diagnostics (Basel). 2021 Oct 27;11(11):1996. doi: 10.3390/diagnostics11111996. PMID: 34829343; PMCID: PMC8618584.
- Sobel JD. Vaginal discharge (vaginitis): initial evaluation. In: UpToDate, Post, TW (Ed), UpToDate, Waltham, MA, 2023.
- UpToDate. Patient education: vulvar itching (the basics). In: UpToDate, Post, TW (Ed), UpToDate, Waltham, MA, 2023.
Artikel Terkait:
- Infeksi Vagina: Penyebab, Gejala Dan Cara Mengobati
- Kandung Kemih: Anatomi, Fungsi, dan Berbagai Infeksinya
- Keluar Lendir Seperti Putih Telur dari Vagina,…
- Toksoplasmosis – Gejala, Penyebab dan Cara Mengobatinya
- Gonore : Gejala, Penyebab, Komplikasi dan Cara Mengobati
- Prolaps Uteri (Turun Rahim): Gejala, Penyebab dan…
- 3 Penyebab Disfungsi Seksual - Gejala dan Cara Mengobati
- Toxoplasma: Penyebab Infeksi dan Cara Pencegahannya…