Beranda » BLOG » Program Hamil » Transfer Embrio – Definisi, Prosedur, Waktu dan Risiko
Transfer Embrio – Definisi, Prosedur, Waktu dan Risiko
Proses transfer embrio adalah langkah terakhir dalam program bayi tabung. Prosesnya sederhana dan tidak membutuhkan anestesia.
Transfer embrio adalah prosedur paling sederhana dan paling terakhir dalam program bayi tabung. Ini merupakan proses di mana embrio yang dibuat di laboratorium dimasukkan ke dalam rahim wanita. Agar terjadi kehamilan, embrio ini harus berhasil berimplantasi atau menempel pada dinding rahim.
Baca Juga : Layanan program bayi tabung IVF Bocah Indonesia
Keberhasilan proses transfer embrio tidak hanya bergantung pada kualitas embrio, tetapi juga pada kondisi dan reseptivitas endometrium atau dinding rahim. Teknik transfer juga harus benar dan harus selalu dipastikan bahwa embrio tidak tertinggal di dalam selang kateter yang digunakan dalam prosesnya.
Jenis-Jenis Transfer Embrio
- Fresh transfer. Pada metode ini, embrio segar, tidak dibekukan, dan ditransfer dalam siklus yang sama saat dibuat.
- Frozen Embryo Transfer. Pada metode ini, embrio dibekukan untuk ditransfer di siklus yang lain. Nama lainnya adalah cryo-transfer atau frozen embryo transfer (FET). Transfer embrio jenis ini biasanya diperlukan pada kasus hiperstimulasi ovarium, di mana wanita mengalami peningkatan kadar hormon progesteron atau estrogen dan memiliki dinding rahim yang tipis (<7 mm) saat ovulasi. Kondisi ini tidak menunjang untuk terjadinya kehamilan. FET memungkinkan wanita untuk menunggu hingga dinding rahim lebih reseptif dan peluang keberhasilan implantasi lebih besar.
Transfer embrio juga bisa digolongkan berdasarkan usia embrio dan jumlah embrio yang ditransfer dalam satu waktu:
Tanya Ferly tentang Promil?
- Transfer embrio hari ke-3, yakni transfer yang dilakukan pada embrio tahap pembelahan. Disebut demikian karena sel-sel dalam embrio sedang membelah, namun ukuran embrio itu sendiri tidak bertambah. Tahap ini biasanya dicapai pada hari ke-3 setelah pembuahan dan karenanya disebut dengan “embrio hari ke-3”.
- Transfer embrio hari ke-5, yakni transfer yang dilakukan saat embrio telah mencapai tahap blastokista. Pada tahap ini, embrio telah berkembang menjadi sel bulat berongga dan berisi cairan. Ada dua tipe sel pada tahap ini, yakni sel di tepi embrio yang membentuk plasenta, dan massa sel bagian dalam (inner cell mass/ICM) yang nantinya menjadi cikal bakal janin bila embrio berhasil berimplantasi. Embrio tahap blastokista dianggap lebih “spesial” ketimbang embrio hari ke-3 karena lebih mungkin berimplantasi, berkembang normal secara genetik, dan menghasilkan kelahiran hidup ketimbang embrio hari ke-3.
- Transfer embrio tunggal (single embryo transfer/SET/eSET). Transfer embrio tunggal baik elektif maupun tidak adalah praktik mentransfer hanya satu embrio ke dalam rahim wanita dalam satu waktu. Cara ini mengurangi risiko terjadinya kehamilan kembar dengan angka kehamilan yang kurang lebih sama. Atas dasar ini, SET kini menjadi standar emas untuk transfer embrio pada program bayi tabung.
- Transfer embrio multipel. Cara ini merupakan kebalikan dari SET di mana ada lebih dari satu embrio yang ditransfer dalam satu waktu. Meskipun bisa dilakukan, transfer embrio jenis ini diatur oleh pedoman-pedoman yang ketat dan hanya direkomendasikan pada kasus-kasus tertentu.
Prosedur Transfer Embrio
Secara ringkas, transfer embrio bisa dilakukan dalam periode jendela ovulasi segera setelah wanita menjalani siklus bayi tabung alami atau dalam waktu 3-4 minggu bila wanita menjalani siklus bayi tabung dengan stimulasi obat hormonal.
Transfer embrio itu sendiri merupakan prosedur sederhana di mana embrio ditanam ke rahim menggunakan selang transfer khusus. Pada prosedur ini, USG digunakan sebagai alat bantu untuk menempatkan embrio di lokasi yang tepat.
Proses detilnya adalah sebagai berikut:
- Vagina dibuka menggunakan spekulum steril, lalu dibersihkan dengan larutan garam fisiologis.
- Serviks dibersihkan dengan media kultur dan dilakukan aspirasi lendir serviks.
- Embrio ditempatkan di dalam selang kateter.
- Kateter dimasukkan ke dalam vagina, melewati serviks hingga mencapai rahim.
- Embrio ditempatkan dengan hati-hati di fundus rahim dengan bantuan USG.
- Kateter ditarik kembali dengan lembut dan perlahan dari vagina.
Agar proses transfer embrio berjalan lancar, wanita dianjurkan untuk:
- Menahan pipis agar kandung kemih penuh. Cara ini memudahkan proses transfer karena kandung kemih yang kosong membuat kateter lebih sulit masuk akibat sudut yang terbentuk.
- Usahakan rileks agar otot-otot saluran reproduksi tidak tegang. Dengan demikian, akan memudahkan keseluruhan prosesnya. Bila perlu, obat pelemas otot bisa digunakan.
- Hindari menggunakan parfum, losion, atau kuteks. Bahan-bahan kimia ini harus dihindari di ruang operasi, ruang transfer, dan laboratorium karena bersifat racun bagi sel telur dan embrio.
Puasa tidak diperlukan karena proses transfer embrio ini bukanlah prosedur pembedahan.
Proses transfer embrio berlangsung singkat, hanya beberapa menit dan umumnya tidak membutuhkan anestesi. Sensasinya kurang lebih serupa dengan pemeriksaan pap smear. Tidak ada nyeri, namun ada sedikit rasa tidak nyaman ketika spekulum dimasukkan ke dalam vagina atau saat kateter melewati serviks.
Berapa Jumlah Embrio yang Perlu Ditransfer?
Praktik standar saat ini adalah mentransfer satu (kadang dua) embrio dalam satu waktu. Cara ini meminimalkan risiko kehamilan kembar sembari tetap mempertahankan tingkat kelahiran hidup yang sama (per pengambilan) dari sebuah siklus bayi tabung. Namun demikian, menentukan jumlah embrio yang akan ditransfer bukan perkara mudah. Ini karena ada banyak faktor yang dipertimbangkan, seperti usia wanita, kualitas embrio, karakteristik rahim, penyebab infertilitas, dan efektivitas embrio yang dibekukan.
Pascaprosedur Embrio Transfer
Segera setelah prosedur berakhir, wanita dianjurkan untuk istirahat atau berbaring selama 15 menit. Setelah itu, boleh pulang dan melanjutkan aktivitas rutin sehari-hari, namun harus menghindari aktivitias fisik yang berat, hubungan intim, serta mandi dengan berendam. Implantasi embrio bisa terjadi hingga 72 jam pascaprosedur.
Selama periode “menunggu” antara transfer hingga tes kehamilan, yang berkisar antara 12-15 hari), wanita dianjurkan untuk tetap rileks, cukup istirahat, dan berpikiran positif. Lanjutkan pula konsumsi obat-obatan yang diinstruksikan oleh dokter. Dokter biasanya memberikan progesteron untuk dikonsumsi hingga kehamilan klinis terkonfirmasi. Selain meningkatkan peluang terjadinya kehamilan, obat ini juga berfungsi untuk mempertahankan kehamilan hingga plasenta terbentuk dan mampu memproduksi hormon progesteron.
Yang tak kalah penting, perhatikan yang dimakan dan diminum. Konsumsilah makanan sehat bergizi seimbang seolah-olah seperti sedang hamil dan jangan lupa untuk cukup minum air. Selain itu, segera berkonsultasi dengan dokter bila ada hal-hal yang diragukan atau dikhawatirkan.
Kapan Transfer Embrio Ditunda?
Ada kalanya proses transfer embrio harus ditunda atau dibatalkan karena tidak ada embrio yang berkembang atau karena endometrium belum siap untuk implantasi.
Alasan utama yang dapat menyebabkan tidak adanya embrio dalam siklus bayi tabung adalah:
- Kegagalan pembuahan sehingga tidak terbentuk embrio.
- Embrio berhenti berkembang, akibat perubahan genetik atau hambatan perkembangan embrio. Hambatan pada perkembangan embrio lebih sering terjadi ketika kultur embrio berlangsung lama hingga tahap blastokista.
Pada kasus-kasus ini, diperlukan siklus bayi tabung baru untuk mendapatkan embrio yang layak ditransfer.
Bagaimana dengan Embrio yang Tidak Terpakai?
Embrio yang ditransfer hanyalah yang dianggap optimal oleh kriteria embriolog. Oleh sebab itu, pasti ada embrio berkualitas baik yang tidak digunakan. Pada kasus ini, embrio yang tersisa akan dibekukan dan bisa digunakan pada siklus berikutnya.
Bila kehamilan terjadi dan wanita ingin memiliki keturunan kembali di masa depan, embrio yang dibekukan ini dapat digunakan untuk siklus bayi tabung yang baru. Keuntungannya, wanita tidak harus memulai siklus dari awal sekali, namun cukup minum obat yang diperlukan agar endometrium siap menerima transfer embrio yang baru.
Pada kasus di mana pasangan tidak ingin memiliki anak lagi, embrio yang tersisa dapat didonorkan kepada pasangan lain atau untuk digunakan dalam penelitian setelah pasangan memberi persetujuan tertulis (informed consent).
Risiko dan Hal-Hal yang Perlu Diantisipasi Saat Transfer Embrio
Risiko terkait prosedur transfer embrio biasanya lebih terkait dengan risiko akibat stimulasi hormonal. Secara teori, stimulasi hormonal meningkatkan risiko terbentuknya gumpalan darah yang dapat menyumbat pembuluh darah. Risiko lain yakni hilangnya embrio saat transfer atau kegagalan implantasi. Bila embrio berhasil berimplantasi, risiko keguguran kurang lebih sama saja dengan kehamilan alami.
Bila sudah terjadi kehamilan, risiko yang paling harus diantisipasi adalah terjadinya kehamilan kembar, yang memang tergolong kehamilan berisiko tinggi. Pada kehamilan kembar, komplikasi-komplikasi kehamilan lebih mungkin terjadi, seperti preeklampsia/eklampsia, persalinan prematur, bayi dengan berat lahir rendah, munculnya kelainan bawaan, dan bayi lahir mati.
Jika Anda mencari alternatif program hamil berbantu, kami menyediakan layanan IVF untuk Anda. Silakan isi formulir di bawah. Tim kami akan segera menghubungi Anda!
Layanan IVF diperuntukkan bagi pasangan suami istri yang telah 1 tahun menikah belum memiliki keturunan dan juga memiliki masalah infertilitas. Jika Anda mengalami keduanya, segera konsultasikan bersama ahlinya!
- American Pregnancy Association. Embryo transfer. URL: https://americanpregnancy.org/getting-pregnant/infertility/embryo-transfer/
- American Society for Reproductive Medicine. Fresh and frozen embryo transfer. URL: https://www.reproductivefacts.org/resources/educational-videos/videos/asrmsart-micro-videos/videos/fresh-and-frozen-embryo-transfers/\
- Medical News Today. What to know about embryo transfers. URL: https://www.medicalnewstoday.com/articles/314571#What%20to%20expect%20before,%20during,%20and%20after%20an%20embryo%20transfer
- Zaat T, Zagers M, Mol F, Goddijn M, van Wely M, Mastenbroek S. Fresh versus frozen embryo transfers in assisted reproduction. Cochrane Database Syst Rev. 2021 Feb 4;2(2):CD011184. doi: 10.1002/14651858.CD011184.pub3. PMID: 33539543; PMCID: PMC8095009.
- Fungsi Endometrium dan Kegagalan Program Bayi Tabung - 18/10/2024
- Kondiloma Akuminata atau Kutil Kelamin, Infeksi Berdarah Dingin - 15/10/2024
- Koriokarsinoma : Kanker yang terkenal “angker” - 11/09/2024
Artikel Terkait:
- Keuntungan dan Risiko dari Transfer Embrio
- Apakah Posisi Tidur Setelah Embrio Transfer…
- Bumil Takut Transfer Embrio Sakit
- Kenali HSG, Tujuan, Risiko dan Alternatifnya
- Pijat pada Kehamilan: Manfaat, Risiko, dan Tips yang Aman
- Pentingnya Vitamin Prenatal bagi Ibu Hamil, Simak…
- Masa Subur Pria, Waktu yang Tepat Untuk Berhubungan
- Kapan Waktu yang Tepat Melakukan Tes Hamil?
bayi tabung embryo transfer frozen embryo transfer ivf (In-Vitro Fertilization)