Beranda » BLOG » Program Hamil » Kesehatan Reproduksi » Penyebab Penyakit Adhesi Pelvis Radang Panggul Yang Mempengaruhi Kesuburan
Penyebab Penyakit Adhesi Pelvis Radang Panggul Yang Mempengaruhi Kesuburan
Adhesi organ-organ panggul pasca operasi bisa terjadi di lebih dari 90 persen operasi kandungan. Kelainan ini tidak hanya menyebabkan nyeri panggul kronis dan sumbatan usus, tetapi juga menjadi salah satu penyebab infertilitas.
Adhesi pelvis atau perlengketan organ-organ panggul adalah faktor utama penyebab nyeri panggul, yang sangat mengganggu kualitas hidup wanita. Adhesi seperti ini dapat menyebabkan rahim, saluran tuba, dan ovarium saling menempel sehingga fungsi normalnya terganggu dan memicu infertilitas.
Dalam praktik klinis, adhesi dapat sulit didiagnosis dan diobati. Namun, pada wanita yang menunjukkan gejala nyeri panggul dan infertilitas, penanganan adhesi melalui operasi khusus dapat berefek positif pada kualitas hidup dan kesuburannya.
Apa itu adhesi pelvis?
Adhesi adalah tumpukan jaringan fibrosa atau jaringan parut yang dapat menghubungkan satu organ dengan organ lainnya. Kondisi ini dapat terjadi pada organ atau bagian tubuh manapun, misalnya rongga perut, panggul, dada, mata, dan ruang sendi. Tergantung pada penyebab dan lokasinya, adhesi dapat bermanfaat—dalam proses penyembuhan jaringan—atau berbahaya, yakni menyebabkan komplikasi.
Organ-organ di dalam rongga perut normalnya dapat saling meluncur bebas. Adanya adhesi membuat organ-organ saling menempel dan terhambat pergerakannya. Selanjutnya, ini akan menimbulkan komplikasi-komplikasi seperti nyeri kronis, infertilitas, obstruksi usus, atau berkurangnya rentang pergerakan sendi.
Tanya Ferly tentang Promil?
Sejauh ini, adhesi yang paling sering terjadi adalah adhesi intraabdomen (antarorgan dalam perut) dan adhesi pelvis (antarorgan dalam panggul). Adhesi di kedua area ini biasanya disebabkan oleh cedera pada peritoneum (selaput rongga perut dan panggul) dan merupakan bagian dari proses normal penyembuhan luka. Adhesi tak selalu memunculkan masalah, namun bila ada, dapat bersifat luas dan berat.
Penyebab adhesi pelvis
Adhesi sebenarnya adalah bagian dari proses penyembuhan luka dan reaksi peradangan. Karena itu, adhesi paling sering terjadi pasca operasi di dalam rongga perut atau akibat adanya infeksi. Fibrin yang menumpuk pada proses penyembuhan luka menyebabkan terbentuknya jaringan parut di dalam maupun antarorgan atau jaringan.
Di area panggul, adhesi kerap terjadi pasca operasi panggul yang menyebabkan jaringan parut di dalam rahim dan dinding perut. Misalnya, operasi Caesar, operasi pengangkatan endometriosis atau pengangkatan kista ovarium. Adhesi juga bisa terbentuk sebagai respon terhadap infeksi—seperti pada penyakit radang panggul—atau kelainan seperti endometriosis dan apendisitis (usus buntu). Namun dalam beberapa kasus, penyebab adhesi pelvis ini tidak dapat diidentifikasi.
Gejala adhesi pelvis
Jaringan parut yang menyebabkan adhesi bisa tidak menunjukkan gejala sama sekali dan tidak menimbulkan masalah apapun. Namun pada sebagian wanita, dapat menimbulkan gejala-gejala sebagai berikut:
Nyeri dalam beragam bentuk:
- Nyeri di area perut atau panggul. Nyeri dapat bersifat lokal atau jauh di dalam panggul.
- Nyeri menstruasi yang berat.
- Nyeri saat berhubungan intim. Ini dapat terjadi ketika ovarium terjebak oleh jaringan parut dan mengakibatkan rasa sakit saat penetrasi dalam.
- Perut membengkak.
- Nyeri setiap kali buang air besar. Adhesi yang padat dapat menyebabkan penyempitan usus yang disebut striktur. Berikutnya, ini mengakibatkan kondisi yang disebut obstruksi usus (usus tersumbat).
- Nyeri saat buang air kecil. Adhesi dapat mengurangi kapasitas dan pengosongan kandung kemih, menyebabkan gejala nyeri dan sering buang air kecil. Kondisi ini dapat disalahartikan sebagai sistitis atau peradangan kandung kemih.
- Infertilitas. Jaringan parut dapat membuat ovarium berpindah dari posisi normalnya atau menyumbat saluran tuba sehingga mengganggu proses ovulasi dan transportasi sel telur melalui saluran ini. Adhesi juga dapat menyebabkan organ panggul saling menempel secara tidak normal, misalnya usus ke rahim, rahim ke kandung kemih, dan lain sebagainya. Kondisi-kondisi ini tentunya akan mengganggu keberhasilan pembuahan dan kehamilan, sekalipun menggunakan teknik reproduksi berbantu seperti program bayi tabung. Bila pembuahan terjadi pun, ada risiko kehamilan ektopik bila adhesi terjadi pada saluran tuba.
Adhesi pelvis juga dapat memicu sindrom Asherman. Kelainan ini terjadi akibat adhesi di dalam rongga rahim, yang menyebabkan seorang wanita memiliki siklus menstruasi yang tidak teratur dan sulit hamil.
Diagnosis adhesi pelvis
Dalam beberapa kasus, adhesi dapat dicurigai berdasarkan gejala-gejala yang muncul, pemeriksaan panggul, ultrasonografi (USG), atau histerosalpingogram (HSG). Namun, kondisi ini hanya dapat didiagnosis secara pasti dengan laparoskopi. Prosedur ini memungkinkan dokter untuk menentukan lokasi dan tampilan adhesi, serta menilai pengaruhnya terhadap fungsi organ-organ panggul khususnya saluran tuba dan ovarium.
Pengobatan adhesi pelvis
Adhesi pelvis diobati hanya bila menyebabkan gejala yang mengganggu, melalui prosedur adhesiolisis laparoskopik. Prosedur ini, yang tergolong minimal invasif, hanya memerlukan 3-4 sayatan kecil, dengan panjang sayatan masing-masing 5-10 mm. Sebuah selang kecil yang dilengkapi dengan kamera (laparoskop) dimasukkan ke dalam salah satu sayatan. Dipandu oleh kamera ini, dokter kemudian memasukkan instrumen kecil melalui sayatan lain untuk mengangkat adhesi dan memperbaiki area di sekitarnya.
Kemajuan teknologi instrumen laparoskopi dengan resolusi 4K Ultra High Definition dan Full HD, membuat dokter mampu memvisualisasikan dengan jelas lapang pandang operasi rongga perut yang mencakup organ-organ internal, pembuluh darah, dan saraf. Alhasil, akurasi operasi menjadi lebih baik.
Karena sayatan jauh lebih kecil, tentu nyeri dan komplikasi pasca operasi pun berkurang. Waktu pemulihan menjadi lebih singkat, yakni hanya 1-2 hari (dibandingkan 1 minggu pasca operasi terbuka), sehingga wanita pun bisa lebih cepat kembali beraktivitas normal. Meski demikian, waktu pemulihan bervariasi antarindividu, tergantung beratnya adhesi dan jumlah sayatan yang diperlukan untuk menghilangkannya.
Kesuksesan prosedur dan peluang kekambuhan adhesi bergantung pada timing adhesiolisis dan konsistensi adhesi. Sebuah studi menemukan bahwa adhesi yang tipis seperti lapisan film, yang dilakukan dalam waktu beberapa hari atau minggu setelah operasi awal, memiliki peluang yang jauh lebih kecil untuk terbentuk kembali setelah adhesiolisis (5 dari 22 pasien atau 23 persen) ketimbang adhesi yang lebih padat, tebal, dan lebih banyak pembuluh darah (8 dari 9 pasien atau 89 persen).
Satu hal yang perlu diperhatikan, karena adhesi pelvis merupakan jaringan parut, sangat penting bagi wanita untuk mencari ahli bedah yang terlatih. Ini bertujuan untuk mengurangi risiko terbentuknya jaringan parut tambahan.
Penutup
Meski adhesi panggul bersifat kompleks, kondisi ini dapat berhasil diobati bila dikenali dan diobati secara dini melalui adhesiolosis laparoskopik yang dilakukan oleh ahli bedah terlatih. Oleh sebab itu, penting untuk mewaspadai segala gejala dan tanda adhesi pelvis, khususnya pasca operasi di area perut atau panggul. Bila tidak atau terlambat ditangani, kondisi ini dapat menyebabkan komplikasi serius bagi kesehatan dan kualitas hidup wanita maupun bagi kesuburannya.
Artikel ini ditinjau secara medis oleh Dr. Fiona Amelia, MPH
Jadwalkan Konsultasi
Jika Anda belum hamil setelah satu tahun usia pernikahan, kami menyarankan Anda untuk melakukan pemeriksaan kesuburan dengan spesialis fertilitas kami.
Buat janji konsultasi dengan menghubungi kami di (021) 50200800 atau chat melalui Whatsapp melalui tombol di bawah.
Referensi
- Ghobrial S, Ott J, Parry JP. An overview of postoperative intraabdominal adhesions and their role on female infertility: a narrative review. Journal of Clinical Medicine. 2023 Mar 15;12(6):2263.
- Nahirniak P, Tuma F. Adhesiolysis. [Updated 2022 Sep 19]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2024 Jan-. URL: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK563219/
- National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases website. Abdominal adhesions. www.niddk.nih.gov/health-information/digestive-diseases/abdominal-adhesions. Updated June 2019. Accessed April 11, 2022.
- Yepuri N, Pruekprasert N. Cooney RN. Surgical complications. In: Townsend CM Jr, Beauchamp RD, Evers BM, Mattox KL, eds. Sabiston Textbook of Surgery. 21st ed. St Louis, MO: Elsevier; 2022:chap 12.
- Fungsi Endometrium dan Kegagalan Program Bayi Tabung - 18/10/2024
- Kondiloma Akuminata atau Kutil Kelamin, Infeksi Berdarah Dingin - 15/10/2024
- Koriokarsinoma : Kanker yang terkenal “angker” - 11/09/2024
Artikel Terkait:
- 8 Jenis Penyakit Kelamin pada Pria yang Perlu Diwaspadai
- Haid Lama tapi Darah Sedikit, Menandakan Suatu Penyakit?
- Kenali 7 Jenis Penyakit Kelamin pada Wanita
- 7 Ciri-Ciri Sperma Sehat yang Bisa Menentukan…
- 5 Makanan yang Ganggu Kesuburan
- 8 Jenis Buah Kaya Antioksidan yang Baik untuk Kesuburan
- 3 Jenis Terapi Kesuburan yang Meningkatkan Peluang Kehamilan
- Orchitis – Gejala, Penyebab, Komplikasi, Cara Mengobati