Beranda » BLOG » Program Hamil » Kesehatan Reproduksi » Klimakterium: Tahap Menopause dan Perubahan Hormonal
Klimakterium: Tahap Menopause dan Perubahan Hormonal
Klimakterium adalah sebuah periode transisi dalam hidup wanita yang mencakup masa perimenopause dan beberapa tahun pasca menopause.
Klimakterium adalah sebuah fase transisi antara usia dewasa dan usia tua di kehidupan wanita. Selama periode inilah wanita melalui tahapan yang disebut menopause, yakni berhentinya siklus menstruasi bulanan secara permanen. Di fase klimakterium, wanita akan mengalami serangkaian gejala spesifik akibat penurunan kadar hormon wanita yang bermakna.
Klimakterium atau menopause?
Klimakterium adalah titik di mana wanita yang sebelumnya mampu bereproduksi menjadi non-reproduktif. Selama fase ini, ovarium mulai memperlambat proses pematangan sel telur, yang menyebabkan jumlah sel telur menipis, dan diikuti oleh penurunan kadar estrogen.
Istilah klimakterium dan menopause kerap digunakan secara bergantian. Namun, istilah menopause sebenarnya mengacu pada suatu peristiwa tersendiri setelah wanita melalui 12 bulan berturut-turut tanpa menstruasi. Sementara klimaterium, adalah fase transisi yang dapat berlangsung hingga beberapa tahun.
Pada umumnya, klimaterium dimulai sekitar 5 tahun sebelum menopause, dan dapat berlanjut hingga usia 70 tahun. Sedangkan menopause, biasanya terjadi antara usia 45 dan 55 tahun. Secara rata-rata, wanita mengalami menopause di usia 51 tahun.
Tanya Ferly tentang Promil?
Perubahan hormon wanita di fase klimakaterium
Selama fase transisi menuju menopause, produksi dua hormon utama wanita, estrogen dan progesteron, mulai menurun secara progresif. Progesterone mulai menurun terlebih dulu, dan penurunannya tajam. Estrogen mengikuti perjalanan yang sama namun penurunannya fluktuatif. Sedangkan hormon testosteron menurun secara bertahap.
Tahapan klimakterium
Klimaterium dapat dibagi menjadi tiga fase sesuai dengan fungsi ovarium yang menurun secara perlahan dan progresif:
- Perimenopause. Ini adalah tahun-tahun menuju menopause. Fase ini dimulai sekitar 2-3 tahun (hingga 8-10 tahun) sebelum menopause dan selesai dalam waktu kurang lebih satu tahun setelah menstruasi yang terakhir. Tanda bahwa wanita memasuki masa perimenopause adalah perubahan pada siklus menstruasi. Siklus menstruasi bisa menjadi lebih pendek atau lebih panjang dari biasanya. Menstruasi menjadi jarang-jarang dan jumlah darah menstruasi bisa menjadi lebih ringan atau lebih berat. Wanita dapat mulai mengalami gejala pertama menopause di fase ini.
- Menopause. Ini adalah fase di mana wanita sudah tidak mengalami menstruasi selama 12 bulan berturut-turut. Fase ini menandakan akhir dari usia subur. Setelah wanita mengalami menopause, ovarium akan berhenti melepaskan sel telur dan menghentikan produksi hormon estrogen.
- Pascamenopause. Ini adalah fase terpanjang, dengan durasi antara 10 hingga 20 tahun. Wanita akan tetap berada di fase ini selama sisa hidupnya. Di fase ini, penyakit kardiovaskular, gangguan hormonal, dan osteoporosis bisa muncul.
Gejala klimakterium
Ada banyak gejala yang muncul selama klimaterium, khususnya di masa-masa menuju menopause. Gejala-gejala ini sesungguhnya muncul akibat kadar estrogen yang jauh berkurang. Gejala tersering antara lain:
- Perubahan siklus menstruasi. Menstruasi menjadi tidak teratur akibat kadar hormon FSH (follicle-stimulating hormone) yang meningkat, serta berkurangnya kadar hormon estrogen dan progesteron. Selama menstruasi masih berlangsung, meski tidak teratur, kehamilan masih mungkin terjadi.
- Hot flashes. Ini adalah sensasi hangat pada tubuh yang bersifat intens dan bertahan sekitar 2-4 menit. Gejala ini paling umum ditemukan dan dipicu oleh tidak adanya estrogen, yang juga berfungsi untuk mengatur suhu tubuh.
- Keringat malam. Hot flashes muncul di malam hari. Alhasil, wanita juga mengalami gejala-gejala yang berhubungan dengan itu, seperti kelelahan, iritabilitas (mudah marah), mudah lupa, bingung, sulit fokus, dan perubahan suasana hati.
- Vagina kering dan atrofi urogenital. Gejala ini biasa disertai gejala lain, seperti vagina gatal, nyeri saat berhubungan intim (dispareunia), dan inkontinensia urin (mengompol). Akibatnya, wanita menjadi lebih berisiko mengalami infeksi saluran kemih.
- Perubahan suasana hati. Wanita yang memasuki periode klimaterium kerap mengalami gejala-gejala psikologis, seperti mudah sedih, depresi, sulit fokus, lekas marah, mudah lupa, dan yang lainnya.
- Kulit kering. Kurangnya kolagen menyebabkan kulit kering dan tidak elastis. Kondisi ini membuat wanita lebih mudah mengalami gatal dan iritasi pada kulit.
- Nyeri sendi. Ketidakseimbangan hormon menyebabkan sendi-sendi, tendon, ligamen, dan otot lebih terbebani selama periode klimakterium.
- Berat badan bertambah. Berkurangnya kadar estrogen memengaruhi metabolisme tubuh wanita. Salah satunya, lemak didistribusikan ke seluruh tubuh. Laju metabolisme basal tubuh juga berkurang, sehingga berat badan bertambah lebih cepat.
- Gejala lain yang juga umum, yakni migrain, kerontokan rambut, kuku yang rapuh, berkurangnya gairah seksual, kemunculan rambut wajah, jantung berdebar, hingga berkurangnya daya ingat.
Perlu diketahui bahwa tidak semua wanita akan mengalami gejala-gejala ini. Sekitar 10 persen wanita yang memasuki fase klimakterium tidak bergejala sama sekali. Bila ada, gejala yang dialami antarindividu pun sangat bervariasi. Studi menunjukkan bahwa gejala-gejala ini biasanya mulai terasa di fase akhir perimenopause dan memuncak selama dua tahun terakhir sebelum menopause, akibat kadar estrogen yang turun drastis.
Risiko kesehatan setelah menopause
Setelah menopause, wanita menjadi lebih berisiko mengalami masalah kesehatan tertentu. Beberapa di antaranya:
- Penyakit jantung dan pembuluh darah. Saat menopause, kadar estrogen yang menurun membuat kadar kolesterol baik (HDL) pun menurun. Hal ini menempatkan wanita menjadi sama risikonya dengan pria untuk mengalami serangan jantung dan kelainan pembuluh darah lainnya.
- Osteoporosis. Di tahun-tahun pertama pascamenopause, wanita dapat kehilangan kepadatan tulang dalam laju yang cepat. Hal ini meningkatkan risiko wanita mengalami osteoporosis dan patah tulang, khususnya di tulang belakang, pinggul, dan pergelangan tangan.
- Inkontinensia urin. Seiring dengan berkurangnya elastisitas jaringan vagina dan uretra, wanita dapat mengalami dorongan untuk berkemih yang kuat, sering, dan tiba-tiba, dan diikuti dengan episode mengompol. Urin juga bisa keluar saat tekanan perut meningkat, semisal saat batuk, tertawa, atau mengangkat beban. Kondisi ini juga membuat wanita lebih rentan mengalami infeksi saluran kemih.
Mengingat risiko-risiko di atas, penting bagi wanita untuk melakukan kunjungan rutin ke dokter setelah memasuki fase klimakterium.
Adakah cara untuk mengatasi gejala-gejala di fase klimakterium?
Gejala dan tanda-tanda menopause biasanya sudah cukup untuk menyatakan bahwa wanita telah memasuki fase klimakterium. Bila gejala-gejala ini mengganggu, ada beberapa cara untuk mengurangi ketidaknyamanan yang timbul. Pengobatan juga bisa ditujukan untuk mencegah atau mengelola kondisi kronis yang terjadi bersama dengan proses penuaan.
Pengobatan dapat berupa:
- Terapi hormon estrogen. Ini merupakan cara yang paling efektif untuk mengatasi hot flashes. Estrogen biasanya diberikan dalam dosis terendah dan dalam waktu sesingkat mungkin yang diperlukan hingga gejala mereda. Bila wanita masih memiliki rahim, estrogen diberikan dalam bentuk kombinasi bersama progestin. Ini untuk mencegah penebalan dinding rahim akibat stimulasi estrogen. Pemberian estrogen juga dapat memperlambat osteoporosis. Akan tetapi, ada peningkatan risiko kanker payudara bila terapi hormon ini digunakan dalam jangka panjang.
- Estrogen vagina. Untuk mengatasi vagina kering, estrogen dapat diberikan secara langsung ke dalam vagina dalam bentuk krim, tablet, atau ring. Pemberian estrogen topikal ini dapat mengurangi ketidaknyamanan saat berhubungan intim.
- Antidepresan dosis rendah. Beberapa obat antidepresan dari golongan selective serotonin reuptake inhibitors (SSRI) dapat mengurangi hot flashes. Obat ini bermanfaat bagi wanita yang tidak bisa menjalan terapi hormon estrogen karena alasan medis atau yang mengalami gangguan suasana hati.
- Gabapentin. Ini adalah obat untuk mengatasi kejang, namun juga menunjukkan kemampuan untuk mengurangi hot flashes. Obat ini bermanfaat bagi wanita yang tidak bisa menjalani terapi hormon estrogen dan yang mengalami hot flashes di malam hari.
- Obat-obatan untuk mencegah atau mengatasi osteoporosis. Penggunaan obat-obatan ini kerap dikombinasi dengan pemberian suplementasi vitamin D untuk membantu menguatkan tulang-tulang.
Diskusikan dengan dokter risiko dan manfaat setiap terapi oleh karena bisa berbeda antar individu. Evaluasi terapi perlu dilakukan secara berkala oleh karena kebutuhan dan pilihan pengobatan bisa berbeda.
Tips agar tetap sehat selama fase klimakterium dan setelah menopause
Klimakterium dan menopause adalah masa yang tidak terhindarkan dalam hidup wanita. Meski tampak tidak nyaman, pola hidup yang sehat dapat membantu wanita tetap sehat dan produktif di tahun-tahun sebelum dan sesudah menopause. Berikut adalah beberapa cara yang bisa dilakukan:
- Mengonsumsi makanan sehat dan bergizi seimbang. Batasi konsumsi lemak dan gula untuk mencegah peningkatan berat badan. Batasi pula konsumsi garam, karena ini dapat meningkatkan tekanan darah. Pastikan cukup mengonsumsi kalsium dan vitamin D agar tulang-tulang tetap kuat.
- Rutinlah berolahraga dan tetap aktif. Selain menyehatkan tubuh dan tulang, cara ini juga membantu mencegah timbulnya gejala-gejala depresi. Jenis olahraga dapat berupa berjalan, jogging, bersepeda, yoga, tai chi, dan latihan angkat beban ringan.
- Miliki pola tidur yang sehat, seperti bangun dan tidur di waktu yang kurang lebih sama setiap harinya. Pastikan juga untuk cukup tidur, setidaknya 6-8 jam sehari.
- Hindari merokok dan batasi konsumsi minuman yang mengandung alkohol dan kafein.
- Lakukan medical check up setahun sekali, termasuk pemeriksaan gigi dan mata.
Tak kalah penting, wanita juga perlu mencari dukungan dari komunitas wanita yang berada di fase yang sama. Berada di dalam komunitas yang tepat menguatkan bahwa wanita tidak sendiri di masa-masa ini, dan membuat pikiran dan emosi tetap positif dalam menjalani fase klimakterium.
Jadwalkan Konsultasi
Jika Anda belum hamil setelah satu tahun usia pernikahan, kami menyarankan Anda untuk melakukan pemeriksaan kesuburan dengan spesialis fertilitas kami.
Buat janji konsultasi dengan menghubungi kami di (021) 50200800 atau chat melalui Whatsapp melalui tombol di bawah.
- American College of Obstetricians and Gynecologists. [Last reviewed November 2021]. The menopause years. FAQ 047. URL: https://www.acog.org/womens-health/faqs/the-menopause-years.
- Mayo Clinic. [Last reviewed May 25, 2023]. Menopause. URL: https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/menopause/symptoms-causes/syc-20353397.
- Ortmann O, Lattrich C. The treatment of climacteric symptoms. Deutsches Ärzteblatt International. 2012 Apr;109(17):316.
- Taechakraichana N, Jaisamrarn U, Panyakhamlerd K, Chaikittisilpa S, Limpaphayom KK. Climacteric: concept, consequence and care. J Med Assoc Thai. 2002 Jun;85 Suppl 1:S1-15. PMID: 12188398.
- Fungsi Endometrium dan Kegagalan Program Bayi Tabung - 18/10/2024
- Kondiloma Akuminata atau Kutil Kelamin, Infeksi Berdarah Dingin - 15/10/2024
- Koriokarsinoma : Kanker yang terkenal “angker” - 11/09/2024
Artikel Terkait:
- Gejala Menopause Dini dan Cara Mengatasinya
- Apa Itu Menopause? Kenali Gejala dan Cara Mengatasinya!
- Pahami 5 Ciri-Ciri Haid Menjelang Menopause
- Adakah Cara Menghitung Menopause?
- Bisakah Wanita yang Menopause Subur Kembali?
- Pengaruh dan Fungsi Hormon Testosteron pada…
- Antara Vaksin Corona dan Kesuburan, Adakah Hubungannya?
- Fungsi Ovarium dan Masalah yang Bisa Terjadi