Pengaruh dan Fungsi Hormon Testosteron pada Kesuburan Pria dan Wanita

hormon testosteron

Ditinjau secara medis oleh dr. Fiona Amelia, MPH
Medical Writer


Ditulis oleh dr. Fiona Amelia, MPH · Tanggal diperbarui 19/02/2022

Meski kerap disebut sebagai hormon pria, hormon testosteron sangat vital baik untuk kesehatan dan kesuburan pria maupun wanita.

Testosteron adalah hormon yang terlibat dalam perkembangan kelamin dan karakteristik seks sekunder pria. Pemeriksaan hormon ini merupakan bagian penting dalam evaluasi kesuburan. Meski kerap disebut sebagai hormon ‘pria’, keberadaan testosteron sangat vital untuk kesehatan pria maupun wanita. Dan sama seperti hormon lainnya, kadar testosteron di dalam tubuh tidak boleh terlalu tinggi atau terlalu rendah.

BACA JUGA: Mengenal Fungsi Testis, Organ Reproduksi Pria Paling Penting

Tanya Ferly tentang Promil?

New CTA WA

Apa itu hormon testosteron?

Hormon testosteron adalah bagian dari kelompok hormon ‘androgen’, dan merupakan hormon utama pada pria. Testosteron termasuk hormon steroid karena berasal dari kolesterol. Hormon ini utamanya diproduksi di dalam testis, meski sejumlah kecil juga diproduksi oleh kelenjar adrenal (anak ginjal). Ovarium dan kelenjar adrenal wanita juga memproduksi testosteron, meski dalam jumlah yang jauh lebih sedikit ketimbang pria.

Bagaimana hormon testosteron diproduksi?

Sebelum memahami bagaimana tubuh memproduksi testosteron, mari simak terlebih dulu bagaimana cara tubuh mengatur produksi hormon ini.

Testosteron dan estrogen disebut sebagai hormon seks. Baik pria maupun wanita memiliki keduanya, namun proporsi kadarnya berbeda tergantung jenis kelaminnya. Testosteron adalah hormon utama pada pria sehingga kadarnya jauh lebih tinggi pada pria. Sebaliknya, estrogen adalah hormon utama pada wanita sehingga kadarnya jauh lebih tinggi pada wanita.

Di luar hal ini, cara tubuh mengatur produksi kedua hormon seks tersebut pada organ kelamin pria maupun wanita adalah sama. Pengaturan fungsi reproduksi dimulai pada otak, melalui dua struktur penting berikut:

  • Organ ini terletak di dasar otak dan bertanggung jawab terhadap produksi gonadotropin-releasing hormone (GnRH) secara intermiten (pada interval waktu tertentu). Selanjutnya, GnRH menstimulasi kelenjar pituitari (hipofisis) untuk memicu produksi hormon reproduksi lainnya.
  • Kelenjar pituitari atau disebut hipofisis. Kelenjar ini memproduksi gonadotropin sebagai respon terhadap stimulasi GnRH. Gonadotropin adalah hormon yang akan menjalankan fungsi utamanya di gonad, yakni di ovarium dan testis. Keberadaannya penting untuk pengaturan dan berjalannya proses yang berkaitan dengan reproduksi pria dan wanita. Dua hormon gonadotropin yang utama adalah:
    • Follicle-stimulating hormone (FSH), yang menstimulasi gonad untuk memproduksi gamet, yakni sel telur dan sel sperma.
    • Luteinizing hormone (LH), yang juga menjalankan fungsinya di gonad, namun untuk hal lain. Pada wanita, hormon ini memicu proses ovulasi. Sedangkan pada pria, LH mengatur proses produksi hormon testosteron.

Di samping kedua hormon ini, kelenjar pituitari juga memproduksi hormon prolaktin yang berperan dalam memproduksi ASI, hormon oksitosin, dan vasopresin.

produksi hormon testosteron

Pada pria, hormon yang diproduksi oleh kelenjar pituitari memiliki efek langsung pada testis untuk mengatur dua fungsi utama berikut:

  • Produksi sperma terjadi sebagai respon terhadap efek FSH. Proses ini terjadi di dalam sel Sertoli, yang ditemukan di dalam tubulus seminiferus testis.
  • Produksi hormon steroid, yakni testosteron, sebagai respon terhadap efek LH. Proses ini terjadi di dalam sel Leydig, yang ditemukan di dalam jaringan interstisial testis.

Kedua proses di atas diatur sedemikian sempurna melalui mekanisme timbal balik positif-negatif yang melibatkan testosteron. Secara sederhana, bila kadar testosteron di dalam darah turun, otak akan memicu pelepasan LH, yang selanjutnya memicu produksi sperma. Bila kemudian kadar testosteron naik di dalam darah, ini memberi sinyal kepada otak untuk berhenti melepaskan LH. Dengan turunnya kadar LH, produksi testosteron pun berhenti.

Hormon lain yang juga penting pada pria adalah inhibin, yang memiliki efek berlawanan dengan testosteron. Hormon ini dilepaskan oleh sel Sertoli saat produksi sperma dan testosteron meningkat. Inhibin akan mengirimkan sinyal ke otak untuk menghambat pelepasan FSH dan LH dari kelenjar pituitari sehingga produksi sperma dan hormon testosteron berhenti.

Produksi testosteron meningkat secara signifikan pada masa pubertas (11-13 tahun) dan mulai menurun pada usia 30 tahun ke atas. Pengaturan produksi testosteron ini diperlukan agar kadarnya tetap normal di dalam darah. Kadar hormon testosteron bervariasi sepanjang hari, namun biasanya tertinggi di pagi hari dan akan menurun secara bertahap setelahnya.

Fungsi hormon testosteron

1. Pada pria

Testosteron mulai ada di minggu pertama perkembangan embrio dan bertanggung jawab perkembangan organ kelamin janin laki-laki. Selain pada periode ini, testosteron juga sangat penting bagi pria pasca pubertas. Di dalam tubuh pria, testosteron memiliki dua fungsi utama, yakni:

  • Memberikan efek androgenik, yakni membentuk dan mempertahankan karakteristik seksual pria. Dalam hal ini, testosteron berperan dalam:
    • Pertumbuhan dan perkembangan organ seks, seperti penis, testis, skrotum, dan kelenjar penghasil hormon seks.
    • Mengatur perkembangan seks sekunder pria, yakni ciri maskulin, seperti adanya jambang, jenggot, dan rambut pada tubuh, suara yang lebih rendah/dalam, tumbuhnya jakun.
    • Memicu produksi sperma.
    • Meningkatkan libido atau gairah seksual.
  • Memberikan efek anabolik pada tulang dan otot. Dalam hal ini, testosteron berfungsi untuk:
    • Merangsang pertumbuhan dan pematangan tulang. Efek anabolik ini tampak pada fase tumbuh cepat (growth spur) di masa pubertas. Pada awalnya, testosteron memicu pertumbuhan jaringan pada lempeng epifisis tulang (tulang jadi memanjang). Di akhir masa pubertas, testosteron memicu lempeng tersebut untuk menutup sehingga tulang tidak bisa lagi memanjang. Dengan kata lain, pertumbuhan telah selesai.
    • Membentuk massa otot.

Di luar kedua efek utama ini, testosteron juga menstimulasi eritropoiesis atau pembentukan sel darah merah. Inilah alasan mengapa pria memiliki kadar hematokrit (konsentrasi sel darah merah) yang lebih tinggi daripada wanita.

Kadar hormon testosteron pada pria cenderung menurun seiring dengan bertambahnya usia, yang dapat menimbulkan efek berupa mengecilnya ukuran testis, menurunnya libido, berkurangnya kepadatan tulang dan massa otot, dan meningkatnya produksi lemak, serta berkurangnya produksi sel darah merah.

2. Pada wanita

Pada wanita, kadar testosteron yang normal diperlukan untuk mempertahankan fungsi ovarium, metabolisme tulang, fungsi kognitif (berpikir), dan fungsi seksual (libido dan gairah seksual).

Pengaruh hormon testosteron pada kesuburan pria dan wanita

Pria dewasa memproduksi hormon testosteron sekitar 20 kali lipat lebih banyak ketimbang wanita dewasa. Kadar testosteron normal pada pria adalah antara 280-1.100 ng/dL, sedangkan pada wanita adalah antara 15-70 ng/dL.

Adanya kelebihan atau kekurangan hormon ini tentu berdampak akan langsung pada kesuburan seseorang.

Efek kelebihan testosteron

1. Pada pria

Ada anggapan bahwa bila kadar testosteron tinggi, maka berarti pria lebih “macho” atau lebih subur. Pendapat ini salah besar. Supaya hormon bisa berfungsi secara optimal, kadar-kadarnya harus dalam kondisi seimbang. Testosteron yang terlalu tinggi dapat memicu pubertas dini, yakni sebelum usia 9 tahun. Pria juga bisa mengalami infertilitas bila kadar testosteron terlalu tinggi.   

Bagaimana bisa? Ini karena proses produksi sperma bekerja secara timbal balik seperti yang sudah dijelaskan di bagian sebelumnya. Kadar testosteron yang terlalu tinggi akan memicu keluarnya inhibin, yang pada gilirannya akan menurunkan produksi sperma dengan cara menghambat pelepasan FSH dari kelenjar pituitari otak.

Kadar testosteron yang tinggi pada pria, atau disebut hipergonadisme, dapat disebabkan oleh sejumlah masalah kesehatan, termasuk:

  • Tumor jinak dan kanker pada testis
  • Gangguan hati dan ginjal
  • Kelainan autoimun
  • Kelainan genetik
  • Cedera
  • Penggunaan obat-obatan atau suplemen steroid anabolik pada atlet

Gejala dari tingginya kadar testosteron antara lain:

  • Menjadi agresif
  • Libido atau gairah seksual yang tinggi
  • Jerawat
  • Tekanan darah tinggi
  • Pertumbuhan rambut wajah dan tubuh yang berlebihan
  • Hitung sperma rendah (oligozoospermia), ukuran testis mengecil, dan impotensi

2. Pada wanita

Studi menunjukkan bahwa keberadaan testosteron dan hormon androgen lainnya meningkatkan kadar reseptor hormon FSH pada folikel sel telur. Artinya, hormon androgen berperan penting dalam proses pertumbuhan dan pematangan folikel sel telur. Oleh sebab itu, kadar testosteron yang tinggi akan memicu perkembangan berlebihan dari folikel sel telur. Namun sayangnya, folikel-folikel ini tidak pernah matang, seperti pada kasus polycystic ovary syndrome (PCOS), sehingga tidak ada sel telur yang dilepaskan.

Selain itu, kadar testosteron yang tinggi juga dapat menimbulkan masalah kesehatan seperti resistensi insulin, diabetes, kolesterol tinggi, tekanan darah tinggi, dan penyakit jantung.

Gejala dari tingginya kadar testosteron pada wanita antara lain:

  • Kebotakan dengan pola seperti pada pria
  • Suara yang lebih rendah dan dalam
  • Haid tidak teratur
  • Pertumbuhan dan pembengkakan klitoris
  • Perubahan bentuk tubuh
  • Ukuran payudara mengecil
  • Kulit yang berminyak
  • Jerawat
  • Pertumbuhan rambut tubuh yang berlebihan, seperti wajah berkumis

Studi terkini juga menemukan hubungan antara tingginya kadar testosteron wanita dengan risiko mioma rahim.

Efek kekurangan hormon testosteron

1. Pada pria

Kadar testosteron yang rendah pada pria atau disebut hipogonadisme, dapat terjadi secara alami saat lahir atau di kemudian hari. Bila terjadi di masa dewasa, kondisi ini dapat menimbulkan gejala seperti:

  • Sulit mempertahankan ereksi
  • Kurangnya libido atau gairah seksual
  • Oligozoospermia yang berdampak pada infertilitas
  • Kurangnya pertumbuhan rambut
  • Hilangnya massa dan kekuatan otot
  • Penumpukan lemak dan pembesaran payudara
  • Penurunan kepadatan tulang hingga osteoporosis
  • Hilangnya energi sehingga merasa kelelahan

2. Pada wanita

Kadar testosteron yang terlalu rendah pada wanita berhubungan dengan kondisi-kondisi berikut:

  • Respon ovarium yang kurang (low ovarian response) pada wanita yang menjalani siklus bayi tabung
  • Insufisiensi ovarium. Pada kondisi ini, ovarium berhenti bekerja sebelum waktunya. Salah satu gejalanya yakni hot flashes (serangan panas), yang biasanya muncul pada wanita yang sedang mengalami menopause.
  • Haid yang tidak teratur. Kadar testosteron yang rendah dapat menyebabkan ketidakseimbangan hormonal sehingga siklus haid bisa lebih pendek atau lebih panjang dari yang normal.
  • Vagina kering. Kondisi ini umumnya terjadi akibat rendahnya kadar estrogen, namun rendahnya kadar testosteron juga bisa memicu.
  • Turunnya libido dan gairah seksual.
  • Meningkatnya risiko pengapuran dan patah tulang.
  • Anemia atau kurangnya sel darah merah.

Penutup

Bisa disimpulkan kalau keseimbangan hormon diperlukan agar organ-organ dapat berfungsi optimal. Berkaitan dengan testosteron, hormon ini dibutuhkan oleh pria maupun wanita dalam kadar yang berbeda, sesuai dengan jenis kelamin. Kelebihan maupun kekurangan hormon ini memiliki dampak yang bermakna pada kesuburan pria maupun wanita.

cheer

Jadwalkan Konsultasi

Jika Anda belum juga hamil setelah berupaya selama dua belas bulan atau lebih (atau enam bulan jika usia perempuan di atas 35 tahun), kami menyarankan Anda untuk melakukan penilaian kesuburan dengan spesialis fertilitas kami.

Jadwalkan konsultasi dengan menghubungi kami di (021) 50200800 atau dengan mengisi formulir melalui tombol dibawah.

  1. Nassar GN, Leslie SW. Physiology, Testosterone. [Updated 2022 Jan 4]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-.
  2. Gurung P, Yetiskul E. Physiology, Male Reproductive System. [Updated 2021 Sep 5]. In: StatPearls [Internet]. 
  3. American Society for Reproductive Medicine. (2015). Testosterone Use And Male Infertility
  4. Harvard Health Publishing. Testosterone – what it does and doesn’t do. (29 Agustus 2019).
Share:

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Hari terakhir untuk hemat 11%
Checkout Sekarang

Hari
Jam
Menit
Detik
doctors
Buat Janji