Abortus Inkomplit: Terhentinya Kehamilan Secara Spontan Sebelum Minggu ke-20

Abortus inkomplit adalah keluarnya sebagian hasil konsepsi sebelum usia kehamilan mencapai 20 minggu. 

Abortus atau keguguran adalah terhentinya kehamilan secara spontan sebelum minggu ke-20. Sekitar 10-20 persen kehamilan berakhir dengan abortus. Namun, angka sesungguhnya jauh lebih tinggi karena banyak kejadian abortus terjadi sangat dini pada kehamilan—bahkan sebelum wanita tahu dirinya hamil. 

Berdasarkan waktu terjadinya, abortus dibagi menjadi:

  • Abortus dini (early miscarriage), yakni pada usia kehamilan <13 minggu atau 12 minggu 6 hari. Abortus paling sering terjadi di waktu-waktu ini.
  • Abortus lambat (late miscarriage), yakni pada usia kehamilan >13 minggu.

Apa itu abortus inkomplit?

Abortus inkomplit merupakan salah satu jenis abortus spontan. Jenis abortus spontan lainnya, yakni abortus imminens, abortus insipiens, abortus komplit, dan missed abortion.

Wanita yang mengalami abortus umumnya datang dengan keluhan perdarahan vagina disertai nyeri atau kram perut bawah sebelum usia kehamilan mencapai 20 minggu. Pada abortus inkomplit, sebagian hasil konsepsi (jaringan janin) keluar bersama dengan perdarahan vagina ini. Sedangkan pada abortus komplit, hasil konsepsi keluar sepenuhnya. 

Tanya Ferly tentang Promil?

New CTA WA

Jenis lain, yakni abortus imminens, merupakan suatu ancaman keguguran di mana terjadi perdarahan vagina tanpa keluarnya hasil konsepsi. Dalam hal ini, kehamilan masih bisa berlanjut karena janin utuh, hidup, dan jalan lahir belum terbuka. Kelanjutan dari hal ini adalah abortus insipiens. Dalam arti yang sebenarnya, ini merupakan keguguran yang tidak bisa dihindari. Janin masih berada di dalam rahim dan hidup, namun jalan lahir terbuka sehingga keguguran akhirnya terjadi juga.

Ada kalanya, janin telah mati namun masih berada di dalam rahim. Kondisi ini dikenal dengan sebutan missed abortion. Untuk lebih memahami perbedaan istilah-istilah ini, mari simak gambar di bawah ini.

abortus inkomplit

Ada miskonsepsi bahwa abortus inkomplit adalah keguguran yang tidak tuntas dan kehamilan masih berlanjut. Padahal sebetulnya, kehamilan telah berakhir. Hanya saja, janin dan jaringan-jaringan terkait belum sepenuhnya keluar. Bila tidak ditangani, kondisi ini dapat berkembang menjadi infeksi yang serius.

Gejala abortus inkomplit

Sebagian besar keguguran terjadi sebelum usia kehamilan genap 13 minggu. Gejala dan tandanya dapat berupa:

  • Bercak atau perdarahan vagina. Perdarahan yang lebih dari satu pembalut per jam menunjukkan perdarahan berat dan perlu ditangani segera. Adanya gumpalan darah dalam jumlah besar juga mengindikasikan perdarahan berat.
  • Nyeri atau kram pada perut bawah dan/atau nyeri panggul di area suprapubik (lokasi rambut pubis), yang dapat menjalar ke punggun bawah, bokong, kelamin, dan perineum (area antara lubang vagina dan anus). Kram yang dirasakan bersifat ritmis, mirip seperti kontraksi persalinan, tetapi intensitasnya lebih kurang.
  • Keluar cairan atau jaringan dari vagina. Timbulnya bercak atau perdarahan vagina di trimester pertama tak selalu menandakan adanya keguguran. Pada sebagian besar wanita yang mengalaminya, kehamilan terus berlanjut hingga waktunya bersalin.

Penyebab dan faktor risiko abortus inkomplit

Banyak wanita yang mungkin menyalahkan dirinya kala keguguran terjadi. Padahal dalam sebagian besar kasus, keguguran tidak ada hubungannya dengan apa yang telah atau belum dilakukan. 

Secara umum, kejadian abortus inkomplit tidak dapat dicegah. Lima puluh persen kasus disebabkan oleh kelainan kromosom yang bersifat spontan, tidak diturunkan. Sebagian lainnya disumbangkan oleh penyebab dan faktor risiko yang dapat dimodifikasi, seperti:

  • Usia ibu. Wanita yang hamil di atas usia 35 tahun lebih berisiko mengalami keguguran ketimbang wanita yang lebih muda. Di usia 35 tahun, risiko keguguran sebesar 20 persen. Di usia 40 tahun, risikonya naik menjadi 40 persen. Dan di usia 45 tahun, menjadi 80 persen.
  • Riwayat keguguran sebelumnya. Wanita yang pernah mengalami dua atau lebih keguguran secara berturut-turut, lebih berisiko mengalami keguguran di kehamilan berikutnya.
  • Adanya kondisi medis yang tidak dikelola dengan baik., seperti diabetes, hipertensi, penyakit ginjal, penyakit tiroid, sindrom ovarium polikistik, lupus, dan trombofilia.
  • Infeksi, seperti HIV, infeksi menular seksual, dan infeksi bakteri Listeria monocytogenes.
  • Kelainan rahim atau serviks. Kelainan rahim tertentu atau jaringan serviks yang lemah (serviks inkompeten) meningkatkan risiko wanita mengalami keguguran.
  • Perilaku berisiko, seperti merokok, konsumsi alkohol dan obat-obat terlarang, meningkatkan risiko keguguran.
  • Berat badan. Berat badan yang terlalu rendah maupun berlebih berkaitan dengan meningkatnya risiko keguguran.
  • Menjalani tes prenatal yang invasif, seperti chorionic villus sampling atau amniosentesis. Meski demikian, risiko keguguran tergolong kecil. 

Faktor-faktor di atas dapat memicu kelainan kongenital pada janin, yang selanjutnya memicu aborsi inkomplit.

Perlu diketahui pula bahwa hal-hal berikut tidak menyebabkan keguguran:

  • Olahraga, termasuk jogging dan bersepeda.
  • Hubungan intim.
  • Bekerja, asalkan tidak terpapar bahan kimia atau radiasi berbahaya.

Diagnosis abortus inkomplit

Untuk mendiagnosis abortus inkomplit, dokter akan melakukan wawancara mendalam terkait kejadian abortus dan riwayat kesehatan serta faktor risiko yang mungkin dimiliki. Wanita perlu menjelaskan secara mendetil terkait siklus haid terakhir, hari perkiraan lahir, dan juga riwayat kehamilan dan perawatan prenatal saat itu. Semua hal ini penting, sebab semakin lanjut usia kehamilan, risiko komplikasi akibat keguguran lebih besar. Pilihan pengobatannya pun berbeda. Hal yang juga harus diketahui adalah jumlah darah yang keluar, ada tidaknya perdarahan aktif saat pemeriksaan, serta ada tidaknya jaringan atau gumpalan darah yang keluar.

Di hampir semua kasus abortus inkomplit, pemeriksaan fisik panggul akan menunjukkan terbukanya jalan lahir (ostium serviks) dengan hasil konsepsi (jaringan janin) yang mudah dilihat. Sebagian jaringan tampak keluar di liang vagina. Pada kasus yang jarang, jalan lahir ini tertutup, namun beberapa fragmen konsepsi masih terlihat.

Metode yang ideal untuk mendiagnosis abortus inkomplit adalah pengukuran kadar hormon beta-human chorionic gonadotropin (beta-hCG) disertai dengan ultrasonografi (USG) perut atau transvaginal. Kadar hormon beta-hCG akan rendah dan hasil USG biasanya menunjukkan keberadaan sisa hasil konsepsi di dalam rahim serta tidak ada lagi detak jantung janin. Pemeriksaan fisik rahim, yakni perabaan bimanual, akan menunjukkan rahim yang membesar dengan konsistensi lembut.

Pemeriksaan lain yang juga dilakukan pada kasus abortus inkomplit, yakni pemeriksaan darah lengkap, pemeriksaan golongan darah dan cross match untuk kepentingan transfusi darah, faktor Rhesus, dan profil pembekuan darah.

Cara mengatasi abortus inkomplit

Abortus inkomplit umumnya dikelola secara expectant, yakni “lihat dan tunggu”, melalui kunjungan yang sering ke dokter kandungan dan pemeriksaan kadar beta-hCG serial. Pada sebagian besar kasus, sisa hasil konsepsi akan keluar dengan sendirinya, tanpa perlu obat-obatan khusus maupun pembedahan. Proses ini dapat berlangsung segera sejak gejala mulai timbul, hingga beberapa minggu kemudian.

Pada kasus abortus inkomplit dengan dengan perdarahan berat, diperlukan pemberian cairan infus, obat pereda nyeri, hingga transfusi darah. Wanita harus dirawat di rumah sakit oleh karena perdarahan masih berlangsung dan banyak, di mana ini berpotensi menimbulkan syok. Selain itu, ada kemungkinan sisa hasil konsepsi dibersihkan melalui pembedahan.

Pada kasus di mana hasil konsepsi berada di jalan lahir, dokter dapat mengeluarkannya dengan instrumen medis. Hal ini perlu dilakukan agar perdarahan berhenti dan mencegah syok. 

Sebagian kasus abortus inkomplit diatasi dengan pemberian obat oksitosin untuk membantu mengontrol perdarahan dan misoprostol untuk membantu rahim berkontraksi dan mengeluarkan sisa hasil konsepsi. Wanita mungkin diminta untuk tetap di rumah sakit hingga sisa hasil konsepsi seluruhnya keluar atau bisa juga disarankan untuk pulang.

Pilihan pengobatan lain adalah pembedahan melalui dilatasi dan kuretase (D&C atau singkatnya, kuret). Ini merupakan operasi minor yang dilakukan di ruang operasi dengan bius umum. Cara ini direkomendasikan bila abortus memicu perdarahan dan nyeri yang berat, serta bila ditemukan tanda-tanda infeksi. Atau, bila pengobatan sebelumnya, expectant dan obat-obatan, tidak berhasil membersihkan sisa hasil konsepsi.

Komplikasi abortus inkomplit

Komplikasi tersering dari abortus inkomplit adalah infeksi pada rahim. Kondisi ini, yang disebut dengan abortus septik, memberikan gejala demam, menggigil, nyeri perut bawah, dan keluar cairan berbau busuk dari vagina. 

Infeksi bersifat sekunder akibat sisa hasil konsepsi dan dapat disebabkan oleh berbagai macam bakteri. Yang paling sering adalah flora genital, seperti Streptococcus grup B, B. fragilis, dan E. coli. Kabar baiknya, angka infeksi akibat abortus inkomplit tergolong rendah. 

Komplikasi lain berkaitan dengan pengobatan abortus inkomplit. Di antaranya, kematian, ruptur uteri (rahim robek), perforasi uterus (rahim berlubang), histerektomi (pengangkatan rahim), kegagalan berbagai organ, infeksi panggul, kerusakan serviks, muntah-muntah, diare, infertilitas, hingga dampak psikologis.

Penutup

Tidaklah mudah bagi pasangan untuk bisa menerima kejadian abortus inkomplit atau keguguran dengan lapang dada. Sedikit banyak, kejadian ini pasti berdampak negatif pada emosi dan kondisi psikologis pasangan. Kabar baiknya, abortus inkomplit dapat ditangani dengan tingkat keberhasilan mencapai 96 persen tanpa berimbas pada kesuburan. Wanita bisa hamil saat kembali berovulasi, yang dapat terjadi dalam dua minggu setelah keguguran.

Meski demikian, pasangan disarankan untuk menunggu setidaknya 2-3 bulan untuk hamil kembali setelah keguguran. Ini bertujuan agar organ reproduksi wanita telah menyembuh sepenuhnya sehingga siap dan optimal untuk menerima kehamilan berikutnya.

cheer

Jadwalkan Konsultasi

Jika Anda belum hamil setelah satu tahun usia pernikahan, kami menyarankan Anda untuk melakukan pemeriksaan kesuburan dengan spesialis fertilitas kami.

Buat janji konsultasi dengan menghubungi kami di (021) 50200800 atau chat melalui Whatsapp melalui tombol di bawah.

  • Mayo Clinic. [Last reviewed 16 Oct 2021]. Miscarriage. URL: https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/pregnancy-loss-miscarriage/symptoms-causes/syc-20354298
  • Melvin LM, Funai EF. Gestational hypertension. In: UpToDate, Post, TW (Ed), UpToDate, Waltham, MA, 2023.
  • Prager S, Micks E, Dalton VK. Pregnancy loss (miscarriage): clinical presentations, diagnosis, and initial evaluation. In: UpToDate, Post, TW (Ed), UpToDate, Waltham, MA, 2023.
  • Prager S, Micks E, Dalton VK. Pregnancy loss (miscarriage): terminology, risk factors, and etiology. In: UpToDate, Post, TW (Ed), UpToDate, Waltham, MA, 2023.
  • Redinger A, Nguyen H. Incomplete Abortions. [Updated 2022 Jun 27]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2023 Jan-. URL: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK559071/
Share:

 

2 Responses

  1. Waty berkata:

    Selamat sore saya Ibu Waty umur 41 thn, gini dok… Tggl 1 sep 2023 sy tespeck hasil garis 2 lalu ke dok kandungan katanya udah hamil 5 minggu. Sebelumnya memang kram dan pendarahan coklat jadi di kasih obat penguat kandungan,kemudian di tggl 6 sep siang sy ke wc jongkook keluar jaringan, ke bidan katanya keguguran tp tak ad pendarahan Dok… Jaringan keluar dan darah sedikit… Sy heran dok… Kok tak ad pendarahan yg berarti ya Dok… Nyeri pun dikit… Terima Kasih.

    • Avatar photo Bocah Indonesia berkata:

      Hallo Bunda Waty,

      untuk mendapatkan jawaban yang lebih akurat sebaiknya konsultasi lebih lanjut ke Ferly (Admin Bocah Indonesia) untuk penjadwalan Dokter

      Klik disini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

doctors
Buat Janji