Kenapa Harus Melakukan Cek Sperma?

cek sperma

Cek sperma merupakan pemeriksaan yang dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis kesehatan dan kelangsungan sperma pada pria. Melalui cek sperma, pria dapat mengetahui jumlah, pergerakan, hingga bentuk sperma.

Cek sperma juga sering disebut sebagai analisa sperma. Prosedur ini merupakan pemeriksaan awal kesuburan pria. Biasanya, analisa sperma dilakukan oleh pria yang sudah menikah namun belum berhasil hamil. Namun, bukan berarti prosedur ini tidak bisa dilakukan oleh pria lajang.

Prosedur ini tidak hanya ditujukan bagi pria menikah saja, bagi pria yang masih lajang dan ingin mengetahui kondisi kesehatan spermanya dapat melakukan cek sperma.

Cek sperma dilakukan dengan cara pengambilan sampel air mani yang mengandung sperma yang kemudian akan dianalisis di laboratorium. Pemeriksaan ini guna mengetahui jumlah, motilitas atau pergerakan, bentuk sperma, dan volume (viskositas).

Keempat faktor tersebut sangat berpengaruh dalam proses pembuahan. Pasalnya, kehamilan dapat terjadi ketika sperma memenuhi kriteria tersebut agar dapat membuahi sel telur.


Tanya Mincah tentang Promil?

New CTA WA

Bagaimana Hasil yang Baik untuk Analisa Sperma?

Setelah mendapatkan sampel sperma, dokter akan melakukan analisis terhadap sperma yang terkandung dalam cairan mani pasien. Ketika hasilnya sudah keluar, maka akan dikonsultasikan pasien dengan dokter.

Beberapa indikator dalam analisa sperma, seperti:

1. Jumlah sperma

Umumnya, pria akan mengeluarkan setidaknya 1,5 ml cairan ejakulat. Di mana, jumlah sperma yang sehat adalah 15 juta per mililiter air mani. Namun, jika jumlahnya di bawah angka tersebut maka peluang terjadinya pembuahan pun akan menurun.

2. Bentuk sperma

Sperma yang normal memiliki panjang keseluruhan 50-60 mikrometer. Sperma yang normal memiliki bentuk lonjong dengan 3 bagian, yakni kepala, leher, dan ekor. Jika bentuk sperma lebih dari 50% tidak normal maka tingkat kesuburan pria tentu akan berkurang.

3. Pergerakan sperma

Semakin lincah pergerakan (motilitas) sperma maka semakin cepat sperma berenang untuk mencapai sel telur. Pada proses analisa sperma, dokter akan melihat bagaimana sperma bergerak, untuk mengetahui peluang keberhasilan sperma mencapai sel telur.

4. Tingkat keasaman sperma

Normalnya, sperma memiliki tingkat keasaman (pH) sekitar 7,2 hingga 8,2. Namun, jika sperma memiliki tingkat keasaman di bawah 7 bisa menandakan sampel terkontaminasi atau saluran ejakulasinya yang terhambat.

Sedangkan, jika tingkat keasaman di atas 8 maka bisa menandakan jika sampel sperma mengalami infeksi.

5. Likuifaksi

Likuifaksi atau proses mencairnya air mani. Normalnya, air mani akan mencair dalam waktu 15-20 menit. Jika dalam waktu tersebut tidak mencair maka kualitas sperma kurang baik dan bisa memengaruhi proses pembuahan.

6. Volume sperma

Normalnya, air mani harus memiliki volume lebih dari 2 mililiter. Hal ini lantaran volume air mani sedikit atau rendah maka bisa mengindikasikan jumlah sperma yang rendah. Namun, sebaliknya jika air mani berlebihan juga bisa dinyatakan terlalu encer.

sperma sehat

Bagaimana Jika Hasil Sperma Tidak Normal?

Jika hasil analisa sperma tidak normal maka menunjukkan kondisi kesuburan Ayah menurun dan peluang untuk memiliki keturunan pun kecil. Selain itu, hasil sperma tidak normal juga menandakan Ayah mengalami:

  • Infeksi
  • Gangguan hormon
  • Adanya kondisi medis tertentu
  • Adanya ketidaknormalan gen
  • Terkena paparan radiasi

Baca juga: Penanganan Azoospermia dan Oligospermia, Kelainan Sperma pada Pria 

Kapan Harus Melakukan Analisa Sperma?

Ayah, kondisi kesehatan sperma sangat penting diketahui, terutama untuk Ayah Bunda yang sedang merencanakan keturunan. Tes dan analisis sperma dapat dilakukan, ketika:

  • Ayah dan Bunda telah berusaha untuk melakukan program hamil dalam kurun waktu satu tahun namun belum berhasil
  • Ayah yang baru saja menjalani vasektomi dan ingin memeriksa apakah air mani masih mengandung sperma atau tidak

Apa yang Harus Dilakukan Sebelum Analisa Sperma?

Sebelum Ayah melakukan pemeriksaan sperma, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dan dilakukan, antara lain:

  • Disarankan untuk tidak melakukan ejakulasi minimal 48 dan maksimal 96 jam sebelumnya.
  • Hindari mengonsumsi alkohol, kafein, dan tembakau selama 2 – 5 hari sebelum menjalani pemeriksaan.
  • Hindari mengonsumsi obat-obatan yang dapat memengaruhi jumlah sperma.
  • Hindari penggunaan pelumas yang mengandung bahan spermisida.

Bagaimana Prosedur Analisa Sperma Dilakukan?

Salah satu cara untuk mengumpulkan sampel sperma pria sebelum melakukan pemeriksaan ini adalah melalui masturbasi. Biasanya, klinik atau rumah sakit menyediakan ruangan khusus untuk pengambilan sampel tersebut.

Langkah pengambilan sperma dapat dilakukan sebagai berikut:

  • Cuci tangan dan penis dengan air bersih, kemudian keringkan.
  • Buka tutup wadah, pastikan wadah sampel dalam keadaan kering, bersih, dan steril.
  • Ketika Ayah telah berada pada tahap ejakulasi, segera letakkan wadah sampel agar air mani dapat ditampung segera di dalam wadah pada saat ejakulasi.
  • Pastikan jangan memasukkan cairan mani yang tumpah ke dalam wadah.
  • Segera tutup wadah dengan rapat setelah cairan mani berhasil dikumpulkan.
  • Sampel cairan mani harus disimpan sesuai dengan suhu tubuh. Apabila suhu terlalu hangat atau terlalu dingin maka dapat memengaruhi hasil pemeriksaan.
  • Selain itu, sampel air mani yang mengandung sperma harus segera dibawa ke laboratorium dalam jangka waktu 30 – 60 menit setelah diambil. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan sampel yang baik dan mendapatkan hasil pemeriksaan yang akurat.

Bagaimana Prosedur Tingkat Lanjut Pengambilan Sampel Sperma?

Selain masturbasi, pengambilan cairan ejakulat juga bisa dilakukan dengan prosedur tingkat lanjut seperti Percutaneous Epididymal Sperm Aspiration (PESA), Testicular Sperm Aspiration (TESA), dan MicroTESE.

Prosedur tersebut akan dilakukan jika pria mengalami kesulitan menghasilkan cairan ejakulat melalui ejakulasi, tidak ditemukan sperma pada ejakulat, atau pada saat pemeriksaan fisik diketahui adanya sumbatan yang dapat menghalangi jalannya sperma untuk keluar.

  • Percutaneous Epididymal Sperm Aspiration (PESA)

Percutaneous Epididymal Sperm Aspiration tidak memerlukan pembedahan namun menggunakan jarum kecil untuk menembus epididimis. Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan sperma namun terdapat sumbatan pada saluran sperma. Umumnya, hasil sperma yang dikumpulkan dari prosedur PESA digunakan dalam proses bayi tabung.

  • Testicular Sperm Aspiration (TESA)

Prosedur TESA dilakukan apabila tidak dapat ditemukannya sperma dari tindakan PESA yang dilakukan sebelumnya. Prosedur ini dilakukan dengan pemberian anestesi lokal yang dilanjutkan dengan penyuntikan pada jaringan testis.

Sama seperti prosedur PESA, hasil sperma yang dikumpulkan melalui prosedur ini dapat dipersiapkan untuk program hamil bayi tabung.

  • MicroTESE

Prosedur Microdissection Testicular Sperm Extraction (MicroTESE) dilakukan apabila terdapat kasus pria yang memiliki masalah pada produksi sperma dan hasil analisis semen menunjukkan adanya kondisi azoospermia.

Prosedur ini dilakukan dengan anestesi dan tindakan operasi dilakukan menggunakan mikroskop. Pada prosesnya akan diberikan sayatan kecil pada testis untuk mengevaluasi tubulus yang mengandung sperma.

Jika hasil microTESE menunjukkan sperma muda maka dapat dilakukan round spermatid injection (ROSI) pada saat program bayi tabung.

Nah, begitu kira-kira hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum Ayah melakukan pemeriksaan sperma. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kondisi kesuburan Ayah dan dapat dilakukan dengan pria baik yang sudah menikah maupun yang belum menikah.

Umumnya, pemeriksaan ini tidak menimbulkan komplikasi. Jangan ragu untuk melakukan pemeriksaan analisa sperma, segera periksakan diri ke klinik fertilitas terdekat untuk mengetahui kondisi kesuburan Ayah.

cheer

Jika Anda ingin mengetahui kondisi sperma Anda, kami menyediakan layanan pemeriksaan kesuburan pria. Silakan isi formulir di bawah ini, tim kami akan menghubungi Anda.

Sperma yang sehat menjadi salah satu penunjang keberhasilan kehamilan. Jika Anda dan pasangan belum berhasil hamil meski telah berhubungan secara rutin, segera periksakan kesuburan Anda!

  1. Cooper, T. G., et al. (2009). World Health Organization reference values for human semen characteristics. Human Reproduction Update, Volume 16, Issue 3, May-June 2010, Pages 231–245.Kumar, N., Singh, A. K. (2015). Trends of male factor infertility, an important cause of infertility: A review of literature. J Hum Reprod Sci. 2015 Oct-Dec; 8(4): 191–196.
  2. Menkveld, R. (2010). Clinical significance of the low normal sperm morphology value as proposed in the fifth edition of the WHO Laboratory Manual for the Examination and Processing of Human Semen. Asian J Androl. 2010 Jan; 12(1): 47–58.
  3. Vasan, S. S. (2011). Semen analysis and sperm function tests: How much to test? Indian J Urol. 2011 Jan-Mar; 27(1): 41–48.
Avatar photo

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

doctors
Buat Janji