Beranda » BLOG » Program Hamil » Kesehatan Reproduksi » Sifilis – Gejala, Penyebab, Komplikasi, Cara Mengobati
Sifilis – Gejala, Penyebab, Komplikasi, Cara Mengobati
Ditinjau secara medis oleh dr. Fiona Amelia, MPH
Medical Writer
Ditulis oleh dr. Fiona Amelia, MPH · Tanggal diperbarui 15/11/2022
Sifilis adalah infeksi bakteri yang ditularkan melalui kontak seksual. Penyakit ini bermula sebagai luka yang tak nyeri, di area kelamin, rektum, atau mulut. Sifilis menyebar dari satu individu ke individu lainnya melalui kontak dengan kulit atau selaput lendir yang terluka.
Setelah infeksi yang pertama, bakteri penyebab sifilis akan menetap di dalam tubuh dalam kondisi tidak aktif. Ini bisa terjadi selama puluhan tahun sebelum menjadi aktif kembali. Oleh sebab itu, mendiagnosis sifilis bukanlah perkara mudah. Seseorang bisa memilikinya tanpa menunjukkan gejala apapun selama bertahun-tahun.
Namun, semakin dini sifilis ditemukan, semakin baik. Sifilis stadium dini dapat disembuhkan, sedangkan yang tidak diobati dalam waktu lama berpotensi menyebabkan kerusakan hebat pada organ-organ penting, seperti jantung dan otak. Penyakit ini juga bisa mengancam jiwa.
Tanya Ferly tentang Promil?
Gejala Sifilis
Sifilis berkembang secara bertahap dengan gejala yang bervariasi di setiap tahapannya. Namun, tahapan-tahapan ini bisa tumpang tindih, dan gejalanya tak selalu terjadi dalam urutan yang sama. Seseorang mungkin terinfeksi sifilis tanpa menunjukkan gejala apapun selama bertahun-tahun.
Baca Juga : Penyakit Menular Seksual – Kenali Gejalanya
Masa inkubasi sifilis, atau periode dari waktu terinfeksi hingga timbulnya gejala yang pertama kali, rata-rata sekitar 21 hari. Namun, ini dapat berkisar antara 10 hingga 90 hari. Banyak yang menyebut sifilis sebagai “the great pretender”, oleh karena gejalanya dapat menyerupai banyak penyakit lainnya. Apapun itu, sifilis biasanya mengikuti tahapan perkembangan yang dapat berlangsung dalam hitungan minggu, bulan, atau tahun.
Tahapan Penyakit Sifilis
Sifilis Primer
Tanda pertama dari sifilis adalah luka kecil, yang disebut dengan chancre. Luka ini muncul di tempat bakteri masuk ke dalam tubuh. Sebagian besar individu yang terinfeksi sifilis hanya memiliki satu chancre, namun sebagian kecil memiliki beberapa chancre.
Chancre umumnya berkembang sekitar 3 minggu setelah terpapar. Banyak orang tidak menyadarinya sebab chancre ini tidak nyeri, dan bisa muncul di lokasi yang tersembunyi, seperti di dalam vagina atau rektum. Chancre akan sembuh dengan sendirinya dalam waktu 3-6 minggu. Akan tetapi, infeksi sifilis akan berlanjut ke tahap kedua bila penderitanya tidak mendapatkan pengobatan.
Sifilis Sekunder
Dalam waktu beberapa minggu setelah chancre menyembuh, individu mungkin mengalami ruam kulit yang dimulai pada batang tubuh. Pada akhirnya, ruam akan menutupi seluruh tubuh, hingga telapak tangan dan kaki.
Ruam sifilis ini biasanya berciri:
- Tidak gatal dan dapat disertai dengan luka seperti kutil di mulut atau area kelamin.
- Tampak sebagai bintik-bintik kasar, merah, atau coklat kemerahan di telapak tangan dan bagian bawah kaki. Namun, ruam dengan tampilan berbeda bisa muncul di bagian tubuh lainnya. Ruam ini dapat menyerupai ruam akibat penyakit lain.
- Dapat sangat samar sehingga tidak disadari.
Selain ruam, sebagian orang dapat mengalami kerontokan rambut, nyeri otot, demam, sakit tenggorokan, dan pembengkakan kelenjar getah bening. Tanda dan gejala ini dapat hilang dalam beberapa minggu atau beberapa kali kambuh dalam setahun. Bila tidak diobati, infeksi sifilis dapat berlanjut ke tahap laten dan tahap akhir penyakit.
Sifilis laten
Tahap laten atau tahap tersembunyi dari sifilis merupakan periode ketika seseorang terinfeksi tetapi tidak ada tanda atau gejala yang muncul. Tahap laten ini dibagi menjadi:
- Sifilis “laten dini”, yakni ketika seseorang terinfeksi dalam satu tahun terakhir.
- Sifilis “laten lambat”, yakni ketika seseorang telah terinfeksi selama lebih dari satu tahun.
Individu dengan sifilis laten dapat mengalami infeksi selama bertahun-tahun tanpa menyadarinya. Tanda dan gejala mungkin tidak akan pernah muncul kembali, atau penyakitnya berkembang ke tahap akhir.
Sifilis Tersier (Tahap Akhir)
Sekitar 15-30 persen individu dengan sifilis yang tidak mendapat pengobatan akan mengalami komplikasi yang disebut sebagai sifilis tersier. Tahap ini biasanya muncul 10-30 tahun setelah infeksi pertama yang belum diobati. Di tahap akhir, penyakit ini bersifat fatal oleh karena dapat merusak otak, saraf, mata, jantung, pembuluh darah, hati, tulang dan sendi. Gejala sifilis tersier bervariasi tergantung sistem organ yang terdampak.
Neurosifilis, Sifilis Okular, dan Otosifilis
Di setiap tahapan infeksi, sifilis dapat menyerang sistem saraf (neurosifilis), penglihatan (sifilis okular), dan pendengaran (otosifilis). Infeksi-infeksi ini dapat menyebabkan berbagai gejala tergantung sistem organ yang terdampak.
Sifilis Kongenital
Bayi yang lahir dari wanita hamil dengan sifilis dapat terinfeksi melalui plasenta atau selama proses persalinan. Sebagian besar bayi baru lahir dengan sifilis kongenital (bawaan) tidak bergejala. Namun, sebagian kecil dapat mengalami ruam di telapak tangan dan kaki. Tanda dan gejala yang lebih lanjut, mencakup tuli, kelainan bentuk gigi, dan hidung pelana (tidak ada jembatan hidung).
Bayi yang lahir dengan sifilis juga bisa juga lahir prematur, meninggal di dalam kandungan, atau meninggal setelah lahir.
Penyebab Sifilis
Sifilis merupakan infeksi menular seksual yang disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum. Bakteri ini menyebar melalui kontak langsung dengan luka sifilis yang disebut chancre. Chancre dapat muncul di dalam, di permukaan, atau di sekitar penis, vagina, anus, rektum, bibir, lidah, atau rongga mulut. Sifilis juga bisa menyebar melalui seks vaginal, anal, dan oral. Wanita hamil dapat menularkan sifilis kepada janin maupun bayi baru lahir.
Sifilis tidak ditularkan melalui kontak dengan objek-objek, seperti dudukan toilet, gagang pintu, kolam renang, atau bak mandi. Sifilis juga tidak ditularkan melalui penggunaan alat makan, handuk, atau pakaian secara bersama-sama.
Beberapa faktor yang meningkatkan risiko terkena sifilis, antara lain:
- Berhubungan intim tanpa kondom.
- Memiliki banyak pasangan seksual.
- Pria yang berhubungan intim dengan sesama jenis.
- Terinfeksi HIV, yang menyebabkan AIDS.
Komplikasi Sifilis
Sifilis yang tidak diobati sejak awal dapat memicu berbagai komplikasi berikut:
- Sifilis tahap akhir. Ini adalah penyakit serius, yang ditandai dengan gangguan jantung, saraf, serta kemunculan tumor. Selanjutnya, dapat terjadi kerusakan otak, kebutaan, kelumpuhan, dan bahkan kematian.
- Di tahap apapun, sifilis dapat menyerang otak, mata, dan telinga, menyebabkan gangguan dan kerusakan permanen pada organ-organ ini.
- Sifilis meningkatkan risiko individu tertular infeksi HIV. Statistik menemukan bahwa individu dengan sifilis atau luka pada kelamin lainnya, 2-5 kali lipat lebih berisiko tertular HIV. Ini karena luka akibat sifilis mudah berdarah, sehingga virus HIV lebih mudah memasuki aliran darah selama aktivitas seksual.
- Meningkatkan risiko komplikasi pada kehamilan dan persalinan. Wanita hamil dapat menularkan sifilis kepada janinnya, menyebabkan sifilis kongenital. Kondisi ini sangat meningkatkan risiko keguguran, lahir mati, atau kematian bayi baru lahir dalam beberapa hari setelah lahir.
Diagnosis Sifilis
Sifilis didiagnosis melalui wawancara medis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan untuk mengonfirmasi sifilis, antara lain:
- Tes darah untuk mendeteksi keberadaan antibodi yang dihasilkan tubuh untuk melawan infeksi. Antibodi yang spesifik terhadap bakteri penyebab sifilis ini akan menetap di dalam tubuh selama bertahun-tahun. Hasil pemeriksaan ini dapat digunakan untuk menentukan infeksi terkini atau yang sudah lampau. Beberapa varian tes ini, mencakup TP-PA, electroimmunoassay (EIA), chemiluminescence immunoassays, immunoblots, dan rapid treponemal assays.
- Cairan otak. Bila diduga mengalami komplikasi pada sistem saraf, dokter akan menyarankan pengambilan sampel cairan otak melalui pungsi lumbal (tusukan di punggung bawah).
Cara Mengobati Sifilis
Bila didiagnosis dan diobati secara dini, sesungguhnya sifilis mudah disembuhkan. Obat pilihan untuk semua tahapan penyakit (primer, sekunder, tersier) adalah suntikan dosis tunggal antibiotik penicillin. Individu yang telah menderita sifilis selama lebih dari satu tahun mungkin memerlukan dosis tambahan. Sedangkan individu yang alergi terhadap penicillin akan mendapat antibiotik yang berbeda.
Untuk wanita hamil dengan sifilis, penicillin adalah satu-satunya obat yang diperbolehkan. Bila ada alergi penicillin, individu akan menjalani proses desensitisasi terlebih dulu sehingga tubuhnya bisa menerima penicillin. Bayi yang lahir dari ibu hamil dengan sifilis harus diperiksa untuk sifilis kongenital. Dan bila terinfeksi, juga menerima terapi antibiotik.
Di hari pertama pengobatan, individu dapat mengalami yang disebut dengan reaksi Jarisch-Herxheimer. Tanda dan gejalanya, mencakup demam, menggigil, mual, nyeri otot, dan sakit kepala. Reaksi ini biasanya berlangsung tidak lebih dari satu hari.
Selama pengobatan, dokter akan menyarankan untuk:
- Melakukan tes darah dan pemeriksaan secara berkala untuk memastikan penyakitnya berespon terhadap dosis penicillin yang umum diberikan. Tindak lanjut yang spesifik tentu akan berbeda pada tiap individu, dan tergantung pula pada tahapan sifilis saat terdiagnosis.
- Menghindari hubungan intim dengan pasangan seksual hingga pengobatan selesai dan tes darah menunjukkan bahwa infeksi telah sembuh.
- Memberi tahu pasangan seksual agar bisa diperiksa dan mendapatkan pengobatan bila perlu.
- Menjalani pemeriksaan untuk infeksi HIV.
Perlu diketahui bahwa pengobatan sifilis dapat mencegah perburukan penyakit di masa depan, namun tidak dapat memperbaiki kerusakan yang telah terjadi.
Baca Juga : Cara Menjaga dan Merawat Kesehatan Organ Reproduksi
Pencegahan
Hingga kini, belum ada vaksin untuk sifilis. Satu-satunya cara untuk menghindari sifilis adalah menghindari hubungan intim atau menjalani hubungan monogami jangka panjang (setia ada satu pasangan) dengan pasangan yang diketahui tidak terinfeksi.
- American College of Obstetrician and Gynecologists. (Januari 2021). Chlamydia, gonorrhea, and syphilis. FAQ071. URL: https://www.acog.org/womens-health/faqs/chlamydia-gonorrhea-and-syphilis.
- Centers for Disease Control and Prevention (12 April 2022). Syphilis – CDC detailed fact sheet. URL: https://www.cdc.gov/std/syphilis/stdfact-syphilis-detailed.htm.
- Mayo Clinic. (25 September 2021). Syphilis. URL: https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/syphilis/symptoms-causes/syc-20351756.
- Patient education: Syphilis (the basics). In: UpToDate, Post, TW (Ed), UpToDate, Waltham, MA, 2022
- Fungsi Endometrium dan Kegagalan Program Bayi Tabung - 18/10/2024
- Kondiloma Akuminata atau Kutil Kelamin, Infeksi Berdarah Dingin - 15/10/2024
- Koriokarsinoma : Kanker yang terkenal “angker” - 11/09/2024
Artikel Terkait:
- Orchitis – Gejala, Penyebab, Komplikasi, Cara Mengobati
- Epididimitis – Gejala, Penyebab, Komplikasi, Cara Mengobati
- Gonore : Gejala, Penyebab, Komplikasi dan Cara Mengobati
- Herpes Kelamin – Gejala, Penyebab, Komplikasi, Cara…
- Trikomoniasis – Gejala, Penyebab, Komplikasi, Cara Mengobati
- Hidrokel – Gejala, Penyebab, Cara Mengobati
- Perimenopause - Gejala, Penyebab, Cara Mengobati
- Prolaps Uteri (Turun Rahim): Gejala, Penyebab dan…