Beranda » BLOG » Program Hamil » Bayi Tabung » Bayi Tabung Dapat Meminimalisir Kehamilan Down Syndrome?
Bayi Tabung Dapat Meminimalisir Kehamilan Down Syndrome?
Program bayi tabung sering dianggap sebagai program hamil yang dapat membantu untuk meminimalisir kehamilan down syndrome. Simak penjelasannya berikut.
Kehadiran buah hati di tengah keluarga menjadi hal yang paling dinantikan oleh pasangan suami istri yang sudah menikah. Namun, bagi pasangan yang memiliki gangguan kesuburan atau infertilitas, kehamilan tidak bisa didapatkan dengan cepat.
Pada kasus tertentu, bayi tabung atau in vitro fertilization (IVF) menjadi salah satu pilihan untuk mendapatkan keturunan, ketika tidak berhasil menjalani program hamil alami maupun inseminasi buatan.
Tidak sedikit yang menganggap jika bayi yang lahir melalui program bayi tabung memiliki risiko, seperti gangguan down syndrome. Sebaliknya, program bayi tabung justru bisa membantu Ayah Bunda mengetahui risiko tersebut.
Baca juga: Mengenal Preimplantation Genetic Testing (PGT)
Bayi Tabung Dapat Mencegah Down Syndrome?
Usia ibu menjadi salah satu faktor keberhasilan kehamilan. Semakin bertambah usia sang ibu maka penurunan harapan kelahiran juga bisa terjadi. Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), wanita yang hamil pada usia 35 tahun atau lebih bisa berisiko melahirkan bayi dengan kondisi down syndrome.
Selain itu, menurut penelitian yang diterbitkan dalam The Journal of Urology, menyebutkan jika pria di atas 40 tahun bisa memiliki risiko sebanyak 2 kali lebih besar memiliki bayi yang lahir dengan kondisi down syndrome.
Gangguan down syndrome terjadi lantaran embrio dengan sel aneuploidi yang tinggi. Berdasarkan Human Fertilization and Embryology Authority (HFEA), menyebutkan jika rentang usia 35-45 tahun memiliki risiko aneuploidi embrio lebih dari 20 – 80 persen.
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meminimalisir risiko tersebut adalah dengan melalui program bayi tabung (IVF).
Hal ini lantaran, program bayi tabung dilakukan dengan seleksi sel telur, sperma, serta embrio. Selain itu, pada program bayi tabung juga bisa dilakukan tes genetik praimplantasi (PGT). Pemeriksaan tersebut dilakukan untuk mendeteksi kelainan genetik pada embrio. Umumnya dilakukan sebelum embrio ditransfer ke dalam rahim.
Tes genetik praimplantasi yang dilakukan untuk aneuploidi adalah PGT-A. pemeriksaan ini dilakukan untuk mengidentifikasi adanya embrio dengan sel aneuploidi. Menghindari transfer embrio dengan aneuploidi membantu meminimalisir risiko keguguran, komplikasi kehamilan, hingga gangguan sindroma down (down syndrome).
Cara Alami untuk Cegah Down Syndrome
Ayah Bunda, meski program bayi tabung bisa membantu meminimalisir down syndrome namun terdapat beberapa cara alami yang dapat dilakukan agar lebih optimal, seperti:
1. Hamil di usia yang tepat
Salah satu faktor risiko ibu hamil melahirkan bayi yang memiliki gangguan down syndrome adalah usia. Usia yang terlalu muda atau terlalu dewasa memiliki risiko lebih tinggi. Oleh sebab itu, usia yang dianjurkan dan dianggap tepat dalam mendapatkan kehamilan adalah 20-34 tahun.
2. Asam folat terpenuhi saat hamil
Jika Bunda sedang merencanakan program hamil atau sedang dalam fase kehamilan maka asupan folat wajib terpenuhi. Hal ini lantaran asam folat memiliki sejumlah manfaat dan peran yang baik untuk meningkatkan kesuburan serta menurunkan risiko kelainan pada janin, seperti sindroma down (down syndrome).
3. Lakukan pemeriksaan antenatal secara rutin
Bunda bisa melakukan pemeriksaan antenatal secara rutin terutama, pada minggu-minggu pertama kehamilan. Hal ini dapat membantu mencegah down syndrome. Pemeriksaan ini penting dilakukan untuk mengetahui perkembangan janin, termasuk untuk mendeteksi serta mencegah segala kelainan yang memiliki kemungkinan terjadi.
4. Terapkan pola makan sehat
Salah satu cara lain yang dapat dilakukan untuk meminimalisir down syndrome adalah menerapkan pola makan yang sehat. Ayah Bunda perlu memenuhi kebutuhan gizi selama kehamilan. Pentingnya menghindari konsumsi makanan cepat saji atau makanan yang mengandung bahan pengawet berbahaya.
5. Olahraga rutin
Melakukan olahraga secara rutin dapat membantu tubuh tetap fit dalam merencanakan kehamilan. Namun, perlu diperhatikan untuk tidak melakukan olahraga yang terlalu berat atau ekstrem.
6. Istirahat yang cukup
Kualitas tidur yang tercukupi membantu menjaga kualitas sel telur dan sperma. Waktu tidur yang dianjurkan untuk orang dewasa adalah 7-9 jam per hari. Tidur larut bisa memengaruhi jam biologis sehingga membuat pola tidur berantakan.
7. Hindari paparan zat kimia berbahaya
Sebisa mungkin hindari paparan zat berbahaya, seperti rokok maupun asapnya. Rokok mengandung zat kimia yang dapat memengaruhi kualitas sperma serta sel telur. Oleh sebab itu, sebaiknya hindari paparan rokok maupun alkohol, ya.
Demikian penjelasan terkait meminimalisir risiko down syndrome dengan program hamil bayi tabung. Ayah Bunda perlu melakukan konsultasi terlebih dahulu jika ingin menjalani program hamil bayi tabung, ya.
Jadwalkan Konsultasi
Jika Anda belum hamil setelah satu tahun usia pernikahan, kami menyarankan Anda untuk melakukan pemeriksaan kesuburan dengan spesialis fertilitas kami.
Buat janji konsultasi dengan menghubungi kami di (021) 50200800 atau chat melalui Whatsapp melalui tombol di bawah.
Artikel Terkait:
- Proses Bayi Tabung dan Persiapan Pasangan Sebelum…
- Ovarian Hyperstimulation Syndrome (OHSS)
- Bayi Tabung Vs Bayi Normal, Mana yang Lebih Optimal?
- Program Hamil Di rumah | Program bayi tabung IVF
- Program Bayi Tabung Saat Puasa? Bermanfaat Atau Tidak?
- Peluang Kesuksesan Bayi Tabung Melalui Prosedur LAH
- Berkah Program Bayi Tabung di Bulan Ramadhan
- Mitos dan Fakta Seputar Bayi Tabung