Program hamil (promil) adalah upaya terencana pasangan suami istri untuk meningkatkan peluang kehamilan. Istilah ini kini populer tidak hanya untuk pasangan infertil, tetapi juga untuk mereka yang ingin memiliki keturunan secara sehat dan terencana.
Kapan Sebaiknya Memulai Promil?
Secara terminologi, program hamil adalah upaya yang “sengaja” dilakukan pasangan suami istri agar kehamilan tercapai atau untuk meningkatkan peluang keberhasilannya. Namun sejak lama, istilah program hamil ini lebih diperuntukkan bagi pasangan yang telah mengalami infertilitas. Yaitu, yang sulit hamil meski telah berhubungan intim secara teratur (2-3 kali seminggu) selama satu tahun tanpa menggunakan kontrasepsi.
Sesuai rekomendasi Perhimpunan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI), waktu yang tepat untuk memulai program hamil adalah setelah 1 tahun mencoba mencapai kehamilan secara mandiri atau secepatnya bila wanita sudah berusia lebih dari 35 tahun.
Alasan Pasangan Menjalani Promil
Beberapa alasan yang mendorong pasangan untuk menjalani promil antara lain:
1. Ingin Merencanakan Kehamilan yang Sehat
Seiring meningkatnya tingkat pendidikan dan tingginya arus informasi, saat ini banyak yang langsung menjalani promil meski baru menikah. Salah satu alasannya, karena ingin merencanakan kehamilan secara matang sehingga prosesnya bisa berjalan lancar dan bayi lahir sehat. Pasangan yang berpandangan seperti ini biasanya ingin memastikan kesehatan reproduksi mereka terlebih dahulu serta kemungkinan menurunkan penyakit bawaan sebelum mencoba hamil.
Tanya Mincah tentang Promil?
2. Adanya Gangguan Kesuburan atau Kondisi Medis Tertentu
Masalah sperma (jumlah, kualitas, atau sumbatan saluran).
Penyakit tertentu (diabetes, kelainan tiroid, infeksi menular seksual).
3. Usia Wanita Sudah Tidak Muda Lagi
Jumlah dan kualitas sel telur wanita di atas usia 35 tahun jelas berbeda dengan mereka yang lebih muda. Inilah mengapa program hamil lebih banyak ditemukan pada pasangan yang usia wanitanya di atas 35 tahun.
4. Perbaikan Gaya Hidup (merokok, alkohol, pola makan, stres).
Pasangan mungkin khawatir gaya hidupnya yang buruk dapat memengaruhi kondisi ibu dan janin ketika kehamilan tercapai. Untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, pasangan menjalani promil supaya gaya hidup bisa diperbaiki. Dengan demikian, kesuburan akan meningkat, peluang hamil lebih besar dan lebih mungkin menghasilkan keturunan yang sehat.
Langkah-langkah promil
Program hamil yang baik harus terencana, terstruktur, serta memiliki target yang jelas. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
1. Konsultasi Prakehamilan
Dilakukan 3 bulan sebelum mencoba hamil.
Evaluasi riwayat penyakit pribadi dan keluarga, obat-obatan, serta riwayat kehamilan.
Penilaian status vaksinasi (rubella, varicella, dll.).
Menghitung antral follicle count (AFC) pada ovarium.
Pemeriksaan kadar hormon
Testosteron
Luteinizing hormone (LH)
Follicle-stimulating hormone (FSH)
Prolaktin
Pemeriksaan kadar hormon
LH urin — waktu & ada/tidaknya ovulasi.
Progesteron — konfirmasi terjadinya ovulasi.
Ovarian reserve test: FSH, estradiol, AMH.
Prolaktin — kadar tinggi dapat ganggu ovulasi.
Tiroid — gangguan dapat sebabkan infertilitas.
Pemeriksaan pencitraan
USG skrotum untuk kelainan testis.
USG transrektal bila dicurigai sumbatan saluran sperma.
Prosedur khusus bila dicurigai kelainan
Histerosalpingografi (HSG)
Histeroskopi
Sonohisterografi
Laparoskopi
Setelah semua informasi terkumpul dari konsultasi prakehamilan, dokter akan menentukan langkah berikutnya.
Pada kasus infertilitas atau ada kondisi medis tertentu yang mengganggu kesuburan, tentu dokter akan mengoreksi terlebih dulu penyebabnya. Bila semua sudah baik atau tidak ada hal-hal yang perlu dikoreksi, maka pasangan bisa menentukan program hamil seperti apa yang ingin dijalani.
Jenis-Jenis Program Hamil
Pada dasarnya, promil ada yang bersifat alami dan ada yang buatan. Secara definisi, promil buatan adalah program hamil yang menggunakan teknologi reproduksi berbantu (TRB), seperti induksi ovulasi, inseminasi buatan, hingga bayi tabung.
Metode promil yang dipilih tentu tergantung preferensi pasangan dan juga atas rekomendasi dokter yang didasarkan pada konsultasi awal dan hasil tes kesuburan.
1. Promil Alami
Mengatur frekuensi hubungan intim pada masa subur.
Hubungan intim disarankan 2–3 kali seminggu, terutama 5 hari sebelum hingga saat ovulasi.
2. Induksi Ovulasi
Obat oral (Clomiphene citrate, Letrozole).
Obat injeksi (hMG, FSH rekombinan, hCG).
Cocok untuk wanita dengan siklus haid tidak teratur atau PCOS.
3. Inseminasi Buatan
Inseminasi buatan atau intrauterine insemination (IUI) adalah prosedur di mana cairan sperma pria yang sudah dibersihkan dan diseleksi, dimasukkan ke dalam rahim wanita melalui selang khusus serupa sedotan tipis. Cara ini dapat digunakan secara kombinasi dengan obat-obatan untuk induksi ovulasi.
Saat sel telur sudah mencapai ukuran yang dianggap matang, proses ovulasi diinisiasi dengan injeksi hormon hCG. Sekitar 36 jam pasca penyuntikan, ovulasi akan terjadi. Di dalam saluran reproduksi wanita, sperma mampu bertahan hidup selama 3-5 hari, sedangkan sel telur hanya bertahan selama 24 jam. Karenanya, inseminasi dilakukan setelah wanita mendapat suntikan hormon hCG atau satu hari sebelum ovulasi terjadi. Diharapkan, sperma dan sel telur dapat bertemu di tuba falopii dan selanjutnya terjadi pembuahan.
4. Bayi Tabung atau in vitro fertilization (IVF)
Pada program bayi tabung, seluruh proses untuk mencapai kehamilan dibantu oleh teknologi reproduksi. Tidak ada yang alami. Tahapan program bayi tabung umumnya mencakup stimulasi ovarium, pengambilan sel telur atau ovum pick up, pengambilan cairan sperma, fertilisasi (pembuahan) dan kultur embrio di laboratorium, dan transfer embrio ke dalam rahim wanita yang sudah dipersiapkan untuk implantasi. Embrio yang tersisa dari tahap akhir ini dapat diawetkan (cryopreservation) untuk proses transfer berikutnya.
5. IVF dengan Intracytoplasmic Sperm Injection (ICSI)
Ini merupakan pengembangan dari teknik IVF konvensional. Ahli embriologi akan terlebih dulu memilih sel sperma melalui mikroskop khusus dengan perbesaran 400 kali.
Setelah itu, satu sel sperma terpilih akan disuntikkan ke dalam sel telur menggunakan jarum khusus. Metode ini biasanya dipilih pada kasus infertilitas pria berat (azoospermia, oligospermia, astenozoospermia, teratozoospermia), pada pria yang telah menjalani vasektomi atau terdiagnosis HIV/hepatitis, yang cairan spermanya dibekukan sebelum menjalani terapi kanker, yang tidak bisa mengalami ejakulasi secara normal, atau terdapat riwayat kegagalan pembuahan dengan IVF konvensional. Dengan metode ini, diharapkan peluang keberhasilan program bayi tabung dapat meningkat.
Satu sperma dipilih dan disuntikkan langsung ke sel telur.
Cocok untuk infertilitas pria berat atau kegagalan IVF sebelumnya.
Kesimpulan
Bila Anda sedang berpikir untuk menjalani program hamil, perlu diingat bahwa tidak ada satu cara tertentu yang bisa cocok untuk semua pasangan. Setiap pilihan tentu akan disesuaikan dengan kondisi dan preferensi pribadi tiap pasangan.
Jadwalkan Konsultasi
Jika Anda belum hamil setelah satu tahun usia pernikahan, kami menyarankan Anda untuk melakukan pemeriksaan kesuburan dengan spesialis fertilitas kami.
Buat janji konsultasi dengan menghubungi kami di (021) 50200800 atau chat melalui Whatsapp melalui tombol di bawah.
Setelah lulus dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, dokter Fiona melayani sebagai dokter Pegawai Tidak Tetap (PTT) dari Kementerian Kesehatan RI di salah satu desa terpencil di Kabupaten Luwuk-Banggai, Sulawesi Tengah. Pengalaman ini membawanya untuk melanjutkan S2 dalam bidang International Health di Universitas Gadjah Mada 2010, Yogyakarta.