Beranda » BLOG » Program Hamil » Kesehatan Reproduksi » Pengapuran Plasenta, Komplikasi Kehamilan yang Dikhawatirkan Bunda
Pengapuran Plasenta, Komplikasi Kehamilan yang Dikhawatirkan Bunda
Pengapuran plasenta merupakan salah satu kondisi komplikasi kehamilan yang bisa memengaruhi kondisi janin.
Bunda tahu nggak sih ada beberapa jenis komplikasi kehamilan? Nah, salah satunya adalah pengapuran plasenta. Jika tidak segera mendapat penanganan yang tepat, kondisi ini bisa menyebabkan pertumbuhan janin yang terhambat bahkan menyebabkan bayi lahir mati.
Mungkin komplikasi kehamilan ini masih cukup awam untuk para sebagian Bunda yang sedang hamil. Mari simak penjelasan berikut.
Baca juga: Hamil Kebo Nggak Bikin Loyo
Apa Itu Pengapuran Plasenta?
Pengapuran plasenta adalah kondisi penumpukan kalsium dalam plasenta sehingga jaringan plasenta berubah akan berubah secara bertahap menjadi lebih keras. Kondisi ini merupakan bagian dari proses penuaan plasenta saat kehamilan yang terjadi secara alami. Pengapuran plasenta menjadi kondisi alami yang umum dialami oleh ibu hamil yang mendekati hari persalinan.
Tanya Ferly tentang Promil?
Plasenta pada ibu hamil memiliki peran dalam menyediakan oksigen dan nutrisi sebagai makanan janin selama berada di dalam kandungan.
Tidak cuma itu, plasenta juga memiliki fungsi dalam melindungi selama berada di dalam janin agar bebas dari serangan virus atau kuman yang mungkin akan terbawa pada tubuh ibu.
Kesehatan plasenta merupakan hal yang penting karena berpengaruh pada pertumbuhan janin. Jika terdapat gangguan pada plasenta saat kehamilan tentu bisa membawa dampak buruk bagi tumbuh kembang bayi.
Kapan Pengapuran Plasenta Bisa Terjadi?
Pengapuran plasenta merupakan komplikasi kehamilan yang bisa terjadi pada usia kehamilan menginjak 12 minggu. Kondisi ini bisa terjadi dan terus mengalami perubahan seiring masa kehamilan Bunda.
Pengapuran plasenta bisa terjadi pada beberapa tahap, mulai dari tahap 0 hingga tahap 3, seperti sebagai berikut:
- Tahap 0: terjadi sebelum usia kehamilan 18 minggu
- Tahap 1: terjadi saat usia kehamilan antara 18-29 minggu
- Tahap 2: terjadi saat usia kehamilan 30-38 minggu
- Tahap 3: terjadi saat usia kehamilan sekitar 39 minggu
Baca juga: 5 Manfaat Senam Hamil untuk Mempermudah Persalinan
Apa penyebab Pengapuran Plasenta?
Hingga kini belum diketahui pasti penyebab pengapuran plasenta. Meski begitu, kondisi ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor. Mulai dari faktor lingkungan seperti radiasi, reaksi tubuh terhadap obat-obatan, hingga faktor keturunan. Selain itu, kondisi ini juga bisa diakibatkan oleh adanya infeksi bakteri.
Faktor risiko ibu hamil mengalami pengapuran plasenta meliputi:
- Kehamilan anak pertama
- Ibu hamil yang merokok
- Kehamilan terjadi pada usia muda atau remaja
Pengapuran plasenta mungkin merupakan hal yang normal terjadi pada ibu hamil dan tidak perlu dikhawatirkan namun jika terjadi pada usia kehamilan yang terlalu muda maka perlu diwaspadai. Hal tersebut dikhawatirkan akan menyebabkan komplikasi pada kehamilan.
Bagaimana Gejala Pengapuran Plasenta?
Pengapuran plasenta bisa ditandai dengan munculnya bintik-bintik putih yang menyebar dari bagian dasar hingga ke permukaan plasenta. Bintik-bintik warna putih tersebut merupakan gejala yang cukup umum dialami oleh ibu hamil. Biasanya, kondisi ini diketahui saat melakukan pemeriksaan ultrasonografi (USG).
Plasenta akan mengalami perubahan seiring bertambahnya usia kehamilan untuk mendukung tumbuh kembang bayi dari waktu ke waktu. Pengapuran bisa terjadi selama perubahan tersebut.
Apa Risiko Komplikasi Pengapuran Plasenta?
Pengapuran plasenta memang hal normal yang terjadi pada ibu hamil namun kondisi ini juga bisa menandakan adanya gangguan kesehatan yang bisa memengaruhi janin. Komplikasi ini bisa beragam, tergantung bisa dimulai saat kehamilan maupun saat usia kehamilan menginjak trimester ketiga.
Berikut risiko komplikasi yang terjadi berdasarkan usia kehamilan.
1. Usia kehamilan 28-35 minggu
Ketika pengapuran plasenta terjadi pada awal usia kehamilan maka kondisi ini bisa termasuk sebagai kehamilan dengan risiko yang tinggi sebab kondisi ini bisa disebut sebagai pengapuran plasenta prematur dini.
Jika pengapuran plasenta terjadi pada usia 32 minggu maka bisa menyebabkan berbagai risiko komplikasi seperti solusio plasenta, perdarahan saat persalinan, dan bayi lahir secara prematur.
2. Usia kehamilan 36 minggu
Jika pengapuran plasenta terjadi pada usia kehamilan ini maka bisa menyebabkan risiko tekanan darah tinggi meningkat pada ibu hamil. Selain itu, risiko lainnya yang mungkin dialami adalah bayi lahir dengan berat badan rendah.
3. Usia kehamilan 37-42 minggu
Pada usia kehamilan ini, pengapuran plasenta juga rentan dialami oleh ibu hamil. Dampaknya bisa berbeda dengan kehamilan lainnya. Kondisi ini tergantung pada seberapa dini kondisi ini terjadi dan terdeteksi, tingkat keparahan, kondisi kehamilan, hingga penanganan yang dilakukan oleh dokter kandungan.
Bagaimana Mencegah Pengapuran Plasenta pada Ibu Hamil?
Jangan khawatir, komplikasi kehamilan ini bisa dicegah oleh ibu hamil. Meski belum diketahui pasti penyebabnya, Bunda bisa menjaga kesehatan saat hamil sebagai salah satu cara terbaik untuk mengurangi risiko gangguan plasenta serta komplikasi kehamilan lainnya.
Selama hamil, jangan lupa untuk memenuhi kebutuhan nutrisi yang seimbang untuk ibu dan janin. Perlu diingat, Bunda disarankan untuk tidak merokok selama hamil. Terapkan pola hidup sehat dan rajinlah melakukan olahraga untuk ibu hamil.
Demikian informasi terkait pengapuran plasenta yang perlu diketahui Ayah Bunda. Jika Ayah Bunda ingin mengetahui informasi terkait program hamil dan fertilitas, yuk baca artikel lainnya di Bocah Indonesia.
Jadwalkan Konsultasi
Jika Anda belum hamil setelah satu tahun usia pernikahan, kami menyarankan Anda untuk melakukan pemeriksaan kesuburan dengan spesialis fertilitas kami.
Buat janji konsultasi dengan menghubungi kami di (021) 50200800 atau chat melalui Whatsapp melalui tombol di bawah.
Referensi
- Chen, K.H., et al. (2015). The role of preterm placental calcification on assessing risks of stillbirth. Placenta, Volume 36, Issue 9, September 2015, Pages 1039-1044.
- Wallingford, M.C., et al. (2018). Placental Vascular Calcification and Cardiovascular Health: It Is Time to Determine How Much of Maternal and Offspring Health Is Written in Stone. Front. Physiol., 07 August 2018, Sec. Integrative Physiology, Volume 9 – 2018.
- Jamal, A., et al. (2017). Is preterm placental calcification related to adverse maternal and foetal outcome? J Obstet Gynaecol. 2017 Jul;37(5):605-609.
Artikel Terkait:
- Mengenal Preeklamsia, Salah Satu Komplikasi Kehamilan
- Plasenta Akreta, Saat Ari-Ari Tumbuh Terlalu Dalam
- Plasenta Previa, Kala Ari-ari Menutupi Jalan Lahir
- Orchitis – Gejala, Penyebab, Komplikasi, Cara Mengobati
- Epididimitis – Gejala, Penyebab, Komplikasi, Cara Mengobati
- Gonore : Gejala, Penyebab, Komplikasi dan Cara Mengobati
- Sifilis – Gejala, Penyebab, Komplikasi, Cara Mengobati
- Herpes Kelamin – Gejala, Penyebab, Komplikasi, Cara…