Karyomapping: Apa dan Bagaimana?

Karyomapping Apa dan Bagaimana

Karyomapping adalah salah satu jenis tes genetik praimplantasi (PGT) yang dapat memeriksa kelainan genetik spesifik pada embrio dalam waktu singkat. 

Tes genetik pra-implantasi dengan Karyomapping adalah teknik canggih yang dapat mendeteksi adanya kelainan genetik spesifik pada embrio. Hal ini memungkinkan embrio yang bebas dari kelainan genetik tertentu terpilih untuk ditransfer pada program bayi tabung. Dengan demikian, mencegah kondisi tersebut diwariskan ke anak di masa depan. 

Tes genetik pra-implantasi dan Karyomapping

Tes genetik pra-implantasi, yang dikembangkan di akhir tahun 1980-an sebagai bagian dari program bayi tabung (IVF), bertujuan untuk mendeteksi kelainan genetik spesifik pada embrio. Ini dilakukan untuk meningkatkan angka keberhasilan bayi lahir sehat dari program bayi tabung. Akan tetapi, tes ini terbatas karena hanya dapat mendeteksi 2 persen dari kelainan genetik yang diketahui. 

Kemajuan teknologi dalam bidang kedokteran telah melahirkan sebuah tes genetik baru, yakni Karyomapping, yang mampu mendeteksi kelainan genetik spesifik pada embrio dengan akurasi 95-98 persen. Melalui tes ini, pasangan yang menjalani program bayi tabung dapat mencegah kelainan genetik yang mereka bawa diwariskan pada keturunannya di masa depan. 

Karyomapping atau PGT-M (Preimplantation Genetic Testing for Monogenic Diseases) memeriksa sekitar 300.000 polimorfisme nukleotida tunggal (SNP/single nucleotide polymorphisms), yaitu perubahan dalam komponen dasar DNA manusia. Ini berarti, hampir semua penyakit akibat kelainan pada satu gen tertentu dapat dideteksi. 

Tanya Ferly tentang Promil?

New CTA WA

Setiap nukleotida diberi simbol huruf A, T, C, dan G. Bila susunannya benar, nukleotida-nukleotida ini akan membentuk sekuens, yang menentukan urutan 20 asam amino pembentuk protein. Kadang-kadang, kesalahan terjadi pada urutan tertentu dan sebuah huruf digantikan oleh huruf lain, ibaratnya seperti “typo” atau kesalahan ketik pada komputer. Adanya Karyomapping memungkinkan kita untuk mendeteksi kesalahan pada gen tersebut. 

Setelah lokus (area gen yang mengalami mutasi) penyakit untuk suatu kelainan genetik ditentukan, dilakukan perbandingan DNA “fingerprint” dari orang tua atau kerabat yang membawa mutasi kelainan genetik dengan DNA embrio. Bila terdapat kecocokan, dapat disimpulkan bahwa embrio juga membawa mutasi dan kemungkinan besar terdampak atau menjadi pembawa gen yang bermutasi tersebut meski tidak sakit (carrier). 

Sebaliknya, bila bagian DNA orang tua yang membawa mutasi tidak ditemukan pada DNA embrio, dapat disimpulkan bahwa embrio tersebut tidak terdampak dan kemungkinan besar tidak membawa gen penyebab penyakit. Dengan demikian, embrio tersebut merupakan kandidat yang baik untuk ditransfer.

Siapa yang Cocok Menjalani Karyomapping?

Karyomapping biasanya direkomendasikan untuk pasangan dengan penyakit keturunan yang diketahui dan mutasi gen penyebab masalah telah diidentifikasi. Pasangan ini berisiko tinggi menularkan penyakit monogenik kepada keturunannya. Penyakit monogenik adalah penyakit yang disebabkan oleh mutasi pada satu gen, yang mana pola pewarisannya dapat bersifat resesif, dominan, atau terkait jenis kelamin.

Karyomapping

Gambar 1. Salah satu pola pewarisan kelainan genetik pada pasangan yang keduanya pembawa penyakit.

Secara umum, Karyomapping diindikasikan untuk pasangan yang:

  • Memiliki riwayat keluarga dengan penyakit monogenik.
  • Salah satu atau kedua pasangan berstatus carrier penyakit.
  • Memiliki anak dari kehamilan sebelumnya dengan kelainan genetik yang diketahui.
  • Mengalami keguguran, khususnya yang berulang, pada kehamilan sebelumnya.
  • Berulang kali mengalami kegagalan program bayi tabung.

Berikut adalah beberapa penyakit genetik yang umum dan bisa dideteksi melalui Karyomapping:

  • Fibrosis kistik, yaitu kelainan yang menyebabkan lendir di dalam tubuh menjadi kental dan lengket.
  • Spinal muscular atrophy (SMA), yakni penyakit yang mengenai saraf dan menyebabkan otot menjadi sangat lemah.
  • Kelainan metabolik, seperti diabetes pada bayi baru lahir dan hiperlipidemia familial.
  • Neurofibromatosis, yaitu pertumbuhan tumor di jaringan saraf.
  • Penyakit Huntington, yang menyebabkan kerusakan pada sel-sel saraf otak. Penyakit ini ditandai dengan kemunculan gerakan yang tidak stabil dan tidak terkendali (chorea) di tangan kaki, dan wajah.
  • Sindrom Marfan, yang menyerang jaringan ikat seperti tulang, tulang rawan, ligamen, tendon, dan jaringan lemak.
  • Sindrom Fragile X, di mana kelainan ini menyebabkan disabilitas intelektual ringan hingga sedang serta gangguan perilaku.
  • Distrofi muskular Duchenne, di mana fungsi otot rangka dan jantung semakin melemah seiring dengan waktu.
  • Talasemia, yakni kelainan pada sel darah merah yang ditandai dengan produksi hemoglobin abnormal. 
  • Kanker payudara atau ovarium yang diturunkan dan ditandai dengan adanya mutasi pada gen BRCA1/BRCA2.

Selain penyakit monogenik, Karyomapping juga dapat mendeteksi embrio untuk aneuploidi, yakni kelainan genetik di mana jumlah total kromosom tidak sama dengan 46. Contoh aneuploidi yang paling umum, adalah Sindrom Down (trisomi 21 sehingga jumlah kromosom 47), Sindrom Patau (trisomi 13), dan Sindrom Edwards (trisomi 18). Tes untuk hal ini biasanya sudah terkandung di dalam PGT-A (Preimplantation Genetic Testing for Aneuploidy). 

Melalui cara-cara ini, hanya embrio dengan jumlah dan struktur genetik yang normal, yang akan dipilih untuk transfer. Dengan demikian, mengurangi risiko kegagalan program bayi tabung dan meningkatkan peluang melahirkan keturunan yang sehat.

Baca juga: Mengenal Preimplantation Genetic Testing (PGT)

Apa yang membuat Karyomapping berbeda?

Hingga saat ini, tes genetik pra-implantasi dilakukan dengan memeriksan pola pewarisan short tandem repeats (STR) yang berdekatan dengan lokus penyakit tertentu. Setiap tes STR untuk kelainan genetik ini harus dikembangkan secara individual (tailor-made) untuk setiap pasangan yang meminta tes, dan untuk setiap kelainan genetik. Konsekuensinya, pemeriksaan ini memerlukan waktu berminggu-minggu hingga berbulan-bulan, dan harus dikerjakan oleh tenaga ahli yang sangat terampil. Ini berarti berbiaya tinggi dan kerap kali harus menunggu lama sebelum program bayi tabung bisa dilanjutkan kembali. Pemeriksaan dan validasi setiap penanda STR ini biasanya memakan waktu 3 hingga 6 bulan.

Sementara itu, Karyomapping memungkinkan deteksi berbagai macam mutasi gen tunggal pada DNA Manusia dalam waktu yang sangat singkat. Hasil tes bisa didapat dalam waktu kurang dari satu bulan, dengan rentang 2-4 minggu. Artinya, pasangan bisa lebih cepat melanjutkan prosedur program bayi tabung.

Prosedur Karyomapping

Prosedur Karyomapping dimulai dengan penilaian awal dari dokter untuk mengidentifikasi apakah pasangan merupakan kandidat yang cocok untuk tes ini. Penilaian mencakup wawancara medis mendalam dimana riwayat keluarga juga ditelusuri dengan cermat untuk mengetahui ada tidaknya kelainan genetik yang diwariskan. Lamanya waktu yang dibutuhkan pada tahap ini bergantung pada seberapa banyak informasi genetik yang sudah tersedia. Pasangan disarankan untuk membekali diri dengan sebanyak mungkin informasi pada kunjungan awal ini, termasuk hasil tes dan riwayat keluarga.

Bila pasangan adalah kandidat yang cocok untuk Karyomapping, tahap berikut adalah pengumpulan sampel DNA. Sampel DNA bisa diambil dari air ludah atau darah. Sampel diambil dari kedua pasangan dan anggota keluarga/kerabat terpilih yang diketahui membawa atau memiliki kelainan genetik tertentu.

Tahap berikutnya adalah pemeriksaan materi genetik di laboratorium untuk mencari fitur unik (DNA fingerprint) dari kromosom orang tua atau anggota keluarga/kerabat yang terpilih. Selanjutnya, dilakukan pengujian embrio, yang dihasilkan melalui program bayi tabung, untuk mengetahui keberadaan gen yang bermutasi ini.

Bila DNA fingerprint kromosom yang membawa gen cacat tidak terdeteksi pada embrio, bisa disimpulkan kalau embrio mewarisi salinan gen yang normal dan karenanya kemungkinan besar bebas dari kelainan tersebut.

Saat tes dilakukan, embrio dibekukan dan disimpan dalam keadaan stasis. Setelah dipastikan bahwa embrio tidak memiliki cacat genetik, embrio siap ditransfer ke dalam rahim ibu.

Penutup

Seperti semua tes yang melibatkan analisis embrio, Karyomapping harus dianggap sebagai cara untuk mengurangi risiko melahirkan bayi dengan kelainan genetik, dan bukan menghindari sepenuhnya.

Karyomapping tetap tidak dapat sepenuhnya menyingkirkan kemungkinan adanya cacat genetik. Mutasi gen baru yang tidak ada pada orang tua tetapi terjadi pada embrio yang berkembang, tidak bisa dideteksi melalui Karyomapping.

Selain itu, Karyomapping juga tidak bermanfaat pada beberapa kelainan yang meskipun tampak dari riwayat keluarga bahwa penyebabnya adalah genetik, gen pastinya tidak diketahui.

cheer

Jadwalkan Konsultasi

Jika Anda belum hamil setelah satu tahun usia pernikahan, kami menyarankan Anda untuk melakukan pemeriksaan kesuburan dengan spesialis fertilitas kami.

Buat janji konsultasi dengan menghubungi kami di (021) 50200800 atau chat melalui Whatsapp melalui tombol di bawah.

Referensi
  • American College of Obstetricians and Gynecologists. Preimplantation genetic testing. ACOG committee opinion, (799).
  • American Society for Reproductive Medicine. [Revised 2014]. Preimplantation genetic testing. URL: https://www.reproductivefacts.org/news-and-publications/patient-fact-sheets-and-booklets/documents/fact-sheets-and-info-booklets/preimplantation-genetic-testing/
  • Gould RL, Griffin DK. Karyomapping and how is it improving preimplantation genetics?. Expert Review of Molecular Diagnostics. 2017 Jun 3;17(6):611-21.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

doctors
[caldera_form id="CF6195e2bd61123"]
Buat Janji