PGT-A, Teknologi Deteksi Kelainan Kromosom pada Program Bayi Tabung

PGT-A, Teknologi Deteksi Kelainan Kromosom pada Program Bayi Tabung

Salah satu teknologi yang bisa dipilih oleh pasangan suami istri yang ingin mengetahui kondisi kelainan pada kromosom melalui tes genetik praimplantasi aneuploid atau PGT-A.

Ayah Bunda pernah mendengar atau menjalani PGT? Mungkin untuk sebagian orang, PGT masih cukup asing di telinga. Namun, bagi pasangan yang memutuskan untuk melakukan program bayi tabung atau in vitro fertilization (IVF) mungkin sudah cukup akrab dengan hal tersebut.

Pre-implantation genetic testing atau tes genetik praimplantasi merupakan pemeriksaan untuk mendeteksi kelainan genetik pada embrio sejak dini yang dilakukan ketika menjalani program bayi tabung. Tes ini dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan kemungkinan pasangan memiliki keturunan dengan genetik yang normal.

PGT memiliki beberapa jenis, di antaranya:

  • Preimplantation genetic testing for aneuploid (PGT-A)
  • Preimplantation genetic testing for monogenic (PGT-M)
  • Preimplantation genetic for structural rearrangements (PGT-SR)

Namun, yang kita akan bahas kali ini adalah preimplantation genetic testing for aneuploid atau tes genetik praimplantasi aneuploid (PGT-A).

Tanya Ferly tentang Promil?

New CTA WA

Baca juga: Mengenal Preimplantation Genetic Testing (PGT) 

Apa Itu PGT-A?

Preimplantation genetic testing for aneuploid atau tes genetik praimplantasi untuk aneuploid (PGT-A) adalah teknik skrining kromosom yang dilakukan untuk mengidentifikasi embrio aneuploid (kromosom yang abnormal), agar bisa memilih embrio euploid (23 pasangan embrio yang normal) untuk ditransfer melalui program hamil bayi tabung atau in vitro fertilization (IVF).

Tes PGT-A bertujuan untuk mengidentifikasi embrio dengan aneuploidi, termasuk delesi dan adisi (duplikasi) subkromosom, pada embrio dari orang tua yang diasumsikan memiliki kromosom normal.

Secara teori, menghindari transfer embrio dengan aneuploidi dapat mengurangi risiko keguguran dan komplikasi yang berhubungan dengan kegagalan kehamilan. Biasanya, tes ini ditujukan untuk mendeteksi kelainan pada embrio dari wanita yang berusia lebih dari 35 tahun.

Pemeriksaan PGT-A memiliki 2 teknik, yaitu:

  • Invasif (biopsi embrio): Teknik ini merupakan proses pengambilan jaringan embrio melalui tindakan biopsi.
  • Non-invasif (kultur media): Teknik ini merupakan proses pengambilan materi embrio melalui media kultur yang terpapar oleh embrio. Proses ini merupakan inovasi baru yang dilakukan untuk meminimalisir risiko yang dapat muncul pada proses PGT-A invasif.

Siapa Saja yang Bisa Melakukan PGT-A?

Bagi Bunda yang ingin menjalani tes PGT-A, tes ini ditujukan untuk:

  • Pasien dengan usia di atas 35 tahun
  • Pasien yang sedang menjalani program bayi tabung (IVF) dan ingin memilih embrio dengan kromosom terbaik
  • Pasien yang memiliki keluarga dengan riwayat kelainan kromosom
  • Pasien yang ingin meningkatkan peluang keberhasilan kehamilan tanpa biospi embrio yang merupakan tindakan invasif
  • Pasien yang memiliki riwayat keguguran berulang
  • Pasien yang memiliki riwayat kegagalan bayi tabung (IVF)

Baca juga: Cara Menentukan Jenis Kelamin Bayi, Berikut Faktor Penentunya

Mengapa PGT-A dengan Teknik Non-invasif Lebih Dianjurkan?

PGT-A dengan teknik non-inasif lebih dianjurkan sebagai alternatif bagi tes PGT-A yang tidak mengingkan adanya tindakan biosi yang bersifat invasif. 

Teknik non-invasif dilakukan untuk menghindari biopsi embrio agar tidak berpotensi merusak embrio. Selain itu, teknik non-invasif juga bersifat lebih aman sehingga meminimalisir kerusakan pada embrio.

Tindakan non-invasif juga memberikan beberapa keuntungan, seperti lebih aman dan akurat karena hanya menggunakan media kultur.

Bagaimana Cara Kerja PGT-A Non-invasif?

Pada dasarnya, embrio akan melepaskan materi DNA secara alami selama proses perkembangannya yang dipantau di laboratorium. Di mana, saat embrio diambil dan diletakkan di cawan yang berisi cairan (media kultur), embrio akan melepaskan DNA tersebut.

Kemudian, para ahli embriologi akan mengumpulkan cairan yang telah terkandung DNA embrio dan mengujinya di laboratorium.

Tindakan ini tentu tidak memerlukan biopsi pada embrio sehingga kondisi embrio tetap aman. Hanya DNA embrio yang perlu diuji oleh ahli embriologi.

Demikian penjelasan tes PGT-A yang bisa Ayah Bunda lakukan saat menjalani program bayi tabung (IVF). Melalui tes PGT-A tersebut, Ayah Bunda bisa menjalani siklus bayi tabung dengan perasaan yang lebih tenang, aman, dan nyaman.

cheer

Jadwalkan Konsultasi

Jika Anda belum hamil setelah satu tahun usia pernikahan, kami menyarankan Anda untuk melakukan pemeriksaan kesuburan dengan spesialis fertilitas kami.

Buat janji konsultasi dengan menghubungi kami di (021) 50200800 atau chat melalui Whatsapp melalui tombol di bawah.

Referensi
  • Homer, HA. (2019). Preimplantation genetic testing for aneuploidy (PGT-A): The biology, the technology and the clinical outcomes. Australian and New Zealand Journal of Obstetrics and Gynaecology, Volume 59, Issue 2 p. 317-324. 
  • Orvieto, R., Gleicher, N. (2020). Preimplantation genetic testing for aneuploidy (PGT-A)—finally revealed. J Assist Reprod Genet. 2020 Mar; 37(3): 669–672. 
  • Sordia-Hernandez, LH., et al. (2022). The Effects of Preimplantation Genetic Testing for Aneuploidy (PGT-A) on Patient-Important Outcomes in Embryo Transfer Cases: A Meta-Analysis. J Reprod Infertil. 2022 Oct-Dec; 23(4): 231–246.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

doctors
[caldera_form id="CF6195e2bd61123"]
Buat Janji