Cara Menentukan Jenis Kelamin Bayi, Berikut Faktor Penentunya

Cara Menentukan Jenis Kelamin Bayi

Kapan dan bagaimana jenis kelamin bayi bisa ditentukan? Simak berbagai pilihannya berikut.

Sejak testpack diketahui positif, biasanya para calon ibu mulai berandai-andai apakah mereka akan memiliki seorang anak perempuan atau laki-laki.  Dari situlah berbagai mitos kemudian berkembang. Katanya, jenis kelamin bayi bisa diketahui dari bentuk perut, intensitas keluhan saat hamil, perubahan warna kulit ibu, kecepatan detak jantung janin, dan yang lainnya.

Meskipun kadang benar, hal-hal tersebut tidak memiliki dasar ilmiah. Bahkan, intuisi para calon ibu akan jenis kelamin bayinya seringkali salah. Lantas, bagaimana cara terbaik untuk mengetahui jenis kelamin bayi? Dan apakah jenis kelamin bayi ini bisa diprogram sejak sebelum hamil?

Faktor penentu jenis kelamin bayi

Perlu diketahui bahwa yang menentukan jenis kelamin bayi adalah kromosom atau materi genetik dari ayah. Sel telur ibu akan selalu mengandung kromosom X (perempuan). Sebaliknya, sel sperma ayah, bisa membawa kromosom X atau kromosom Y (laki-laki). 

Bila sperma yang membuahi sel telur membawa kromosom Y, bayi yang dihasilkan akan memiliki perpaduan kromosom XY, yang berarti laki-laki. Bila sperma yang membuahi sel telur membawa kromosom X, bayi akan memiliki kromosom XX, yang berarti perempuan.

Tanya Ferly tentang Promil?

New CTA WA

pembentukan bayi laki laki dan perempuan

Kapan jenis kelamin bayi bisa diketahui?

Dahulu, para calon ibu harus menunggu hingga saatnya bersalin untuk mengetahui jenis kelamin bayinya. Di masa kini, jenis kelamin bayi bisa dinilai melalui pemeriksaan ultrasonografi (USG) di pertengahan kehamilan. Akhir-akhir ini, jenis kelamin bayi bahkan bisa diketahui sejak usia kehamilan 10 minggu. 

Untuk lebih memahaminya, berikut daftar cara untuk mengetahui jenis kelamin bayi:

  • Menggunakan tes prediksi jenis kelamin (gender predictor test)

Tes prediksi jenis kelamin, seperti Kalender Cina (Chinese Gender Calendar Predictor), sebenarnya hanya untuk lucu-lucuan. Akurasinya 50%, sama seperti tebak-tebakan. Ada pula alat tes mandiri, yang memeriksa urin atau darah untuk memprediksi jenis kelamin bayi. Namun, belum ada bukti ilmiah yang mendukung kalau tes ini benar-benar akurat dan bermanfaat.

  • Ultrasonografi

Pemeriksaan USG sepertinya masih menjadi cara paling populer, mudah, dan murah untuk mengetahui jenis kelamin bayi. Jenis kelamin bayi bisa diketahui pada pemeriksaan USG di usia kehamilan 18-22 minggu. 

Meski penis atau vulva bayi mulai terbentuk pada usia kehamilan 6 minggu, bayi laki-laki dan perempuan masih kelihatan serupa pada pemeriksaan USG hingga usia kehamilan mencapai 14 minggu. Di saat ini pun, kedua jenis kelamin masih sulit dibedakan.

Baby grils and baby boy

Melalui USG, dokter atau operator terlatih akan mencari tanda “hamburger” yang menunjukkan alat kelamin perempuan. Sedangkan pada bayi laki-laki, penisnya akan terlihat jelas.

  • Non-invasive prenatal testing (NIPT)

Ini merupakan cara yang relatif baru dan tidak invasif untuk mengetahui jenis kelamin dan kelainan genetik tertentu. Tes ini mencari fragmen DNA dari kromosom seks laki-laki di dalam darah, sehingga bisa digunakan untuk menentukan apakah seorang wanita mengandung anak laki-laki atau perempuan. Tes darah ini juga dapat mendeteksi sindrom Down dan beberapa kelainan genetik lainnya mulai dari usia kehamilan 10 minggu. 

Secara teori, pemeriksaan ini sangat akurat. Meski demikian, ada beberapa faktor yang memengaruhi tingkat akurasinya, seperti waktu dilakukannya tes (semakin dini tes dilakukan, semkain kurang akurat), kualitas sampel darah, dan deteksi kemungkinan kelainan genetik yang tidak terdiagnosis pada ibu.

  • Chorionic villus sampling (CVS)

Cara ini adalah metode prediksi jenis kelamin yang juga dapat diandalkan. Akurasinya mendekati 100 persen. CVS menggunakan sampel jaringan yang diambil dari plasenta, khususnya bagian yang menonjol seperti rambut dan disebut vili. Jaringan ini dapat diperiksa untuk mencari kelainan kromosom dan menentukan apakah kromosom bayi XX atau XY.

CVS umumnya dilakukan antara usia kehamilan 10 dan 13 minggu. Namun, karena bersifat invasif dan mengandung sedikit risiko untuk keguguran, tes ini hanya dilakukan pada wanita yang berisiko tinggi mengalami kelainan genetik dan/atau kromosom.

  • Amniosentesis

Cairan ketuban mengandung materi genetik janin. Analisis kromosom pada cairan ini dapat digunakan untuk mendeteksi kelainan genetik tertentu dan juga jenis kelamin janin.

Prosedurnya, yang disebut amniosentesis, umumnya dilakukan antara usia kehamilan 15 hingga 20 minggu. Pada prosedur ini, sebuah jarum dimasukkan dengan hati-hati ke dalam rahim melalui dinding perut. Setelah mencapai selaput ketuban, digunakan USG untuk memandu jarum agar tidak membahayakan janin kala mengambil cairan. 

Pada dasarnya, ini merupakan pemeriksaan genetik yang menyerupai CVS. Namun, amniosentesis juga jarang dilakukan hanya untuk mengetahui jenis kelamin oleh karena bersifat invasif dan sedikit berisiko memicu keguguran. Dan karenanya, hanya digunakan untuk wanita yang berisiko mengalami kelainan genetik dan/atau kromosom.

Bisakah jenis kelamin bayi ditentukan sejak sebelum hamil?

Secara alami, peluang untuk mengandung bayi laki-laki atau perempuan adalah 50-50. Namun, Anda mungkin bertanya-tanya apakah ada faktor-faktor yang bisa meningkatkan peluang memiliki bayi dengan jenis kelamin tertentu. Secara teori, ada yang mendukung gagasan ini. Yakni, melalui metode Shettles.

Metode Shettles

Metode Shettles telah dikenal sejak tahun 1960-an. Metode ini, dikembangkan oleh Landrum B. Shettles, seorang dokter dari Amerika Serikat. Bukunya, yang berjudul “How to Choose the Sex of Your Baby”, sangat laris di pasaran. Terakhir, buku ini diperbarui dan direvisi di tahun 2006.

Dalam mengembangkan metodenya, Shettles mempelajari fisiologi sperma, waktu terbaik untuk berhubungan intim (timing), serta faktor lain seperti posisi saat berhubungan intim dan pH vagina, untuk menentukan apa yang memengaruhi sperma X atau sperma Y dalam mencapai sel telur.

1. Karakteristik sperma

Shettles menemukan perbedaan karakter sperma X dan Y dalam hal bentuk kepala, kecepatan gerak, dan daya tahan dalam lingkungan tertentu.

pink
blue
  • Sperma X (pembawa gen perempuan)
  • Lebih berat
  • Lebih besar
  • Kepala berbentuk oval
  • Lebih tahan pada
  • lingkungan asam
  • seperti di liang vagina
  • Berenang lebih lambat
  • Sperma Y (pembawa gen laki-laki)
  • Lebih ringan
  • Lebih kecil
  • Kepala cenderung
  • membulat
  • Lebih tahan pada
  • lingkungan basa seperti di
    serviks dan rahim
  • Berenang lebih cepat

2. Timing atau waktu berhubungan intim

Hubungan intim harus dilakukan di waktu yang tepat. Masa subur wanita, yakni periode ovulasi, harus diketahui dengan jelas. Pada wanita dengan siklus haid 28 hari, masa subur dimulai sekitar 7-10 hari setelah haid berakhir dan ovulasi akan terjadi di hari ke-14.

hubungan intim

Secara umum, masa subur berlangsung selama 6 hari, yakni 2 hari sebelum ovulasi hingga 3 hari setelah ovulasi.

Untuk mengetahui kapan masa subur wanita, sebaiknya siklus haid selalu dicatat. Kini, sudah banyak aplikasi digital untuk mencatat siklus haid dan dilengkapi oleh fitur untuk memprediksi masa subur wanita.

Berdasarkan waktu ovulasi dan karakteristik sperma ini, Shettles menyimpulkan bahwa berhubungan intim di awal masa subur lebih berpeluang menghasilkan bayi perempuan, sedangkan berhubungan intim dekat dan di waktu ovulasi lebih berpeluang menghasilkan bayi laki-laki.

masa subur

3. pH vagina

pH vagina ditentukan oleh ada tidaknya orgasme pada wanita saat berhubungan intim.

Saat wanita orgasme

Saat wanita tidak orgasme

  • Keluar lendir vagina yang membuat pH vagina lebih basa
  • Lingkungan yang basa mendukung sperma Y membuahi sel telur
  • pH vagina cenderung lebih asam
  • Lingkungan yang asam mendukung sperma X membuahi sel telur

Dari sini disimpulkan bahwa untuk menghasilkan bayi laki-laki, wanita perlu orgasme terlebih dulu sebelum pria ejakulasi. Sebaliknya, untuk menghasilkan bayi perempuan, wanita harus menahan orgasme hingga pria ejakulasi terlebih dulu.

4. Posisi berhubungan intim

Menurut Shettles, bila pasangan menginginkan bayi laki-laki, posisi terbaik adalah yang memungkinkan sperma dikeluarkan sedekat mungkin dengan serviks. Yakni, saat penetrasi dalam. Oleh sebab itu, posisi berhubungan intim yang direkomendasikan adalah doggy style.

Sebaliknya, bila menginginkan bayi perempuan, posisi terbaik adalah yang memungkinkan penetrasi dangkal sehingga sperma harus bergerak lebih jauh di dalam lingkungan vagina yang asam, di mana ini lebih mendukung sperma X. Posisi berhubungan intim yang direkomendasikan adalah berhadapan (face-to-face) atau missionary (pria di atas).

Berikutnya, apakah metode Shettles ini efektif?

Shettles mengklaim bahwa tingkat keberhasilan metodenya mencapai 75 persen. Namun, sebuah kajian studi di tahun 1991 mematahkan klaim Shettles tersebut. Dalam kajian studi itu, para peneliti juga memperhitungkan waktu berhubungan intim, serta penanda ovulasi seperti perubahan suhu basal tubuh dan puncak keluarnya lendir serviks. 

Studi ini menyimpulkan bahwa lebih sedikit bayi laki-laki yang dikandung selama puncak masa ovulasi. Sebaliknya, bayi laki-laki cenderung lebih banyak dikandung 3 sampai 4 hari sebelum ovulasi, dan dalam beberapa kasus, 2 sampai 3 hari setelah ovulasi. Di tahun 1995, sebuah studi bahkan menyebutkan bahwa hubungan intim yang dilakukan 2 sampai 3 hari setelah ovulasi tak selalu menghasilkan kehamilan. 

Pertentangan muncul kembali di tahun 2001, di mana sebuah studi membantah gagasan bahwa sperma X dan Y memiliki bentuk yang berbeda, seperti yang disebutkan Shettles.

Adakah cara terbaik untuk memilih jenis kelamin bayi?

Hingga kini, metode Shettles masih menjadi pro dan kontra. Satu-satunya cara yang paling mungkin untuk memilih jenis kelamin bayi adalah melalui program bayi tabung dan menjalani tes genetik preimplantasi/preimplantation genetic tests (PGT).

(Baca juga: Mengenal Preimplantation Genetic Testing (PGT) (bocahindonesia.com)).

PGT biasanya dilakukan pada kasus-kasus berisiko, untuk menilai ada tidaknya kelainan genetik pada embrio yang akan ditransfer ke dalam rahim. Tujuan utamanya, untuk memastikan bahwa embrio yang ditransfer adalah embrio sehat dan berkualitas, sehingga mengurangi peluang kegagalan program bayi tabung dan juga keguguran.

Dalam menentukan jenis kelamin bayi, PGT hampir 100 persen akurat. Dan pada kasus tertentu, orang tua dimungkinkan untuk memilih jenis kelamin embrio yang akan ditransfer ke dalam rahim. 

Penutup

Jadi, cara mana yang Anda pilih untuk menentukan jenis kelamin bayi? Tidak ada pilihan yang salah. Namun, cara yang paling bisa diandalkan untuk menentukan jenis kelamin bayi selama hamil adalah pemeriksaan USG yang dilakukan setelah usia kehamilan di atas 14 minggu atau melalui tes genetik seperti amniosentesis, chorionic villus sampling (CVS), atau non-invasive prenatal testing (NIPT). 

Dalam hal menentukan jenis kelamin bayi saat program hamil, tak ada salahnya mencoba metode Shettles. Namun, bersiaplah bila mungkin hasilnya tak selalu sesuai dengan apa yang diinginkan. Bila menjalani program bayi tabung, ingatlah bahwa langkah ini tidak bertujuan agar Anda bisa memilih jenis kelamin bayi, melainkan untuk membantu masalah sulit hamil yang dialami. Ada kalanya, jenis kelamin bayi bisa dipilih. Namun, itu semua harus berdasarkan berbagai pertimbangan dan indikasi yang sesuai.

cheer

Jadwalkan Konsultasi

Jika Anda belum hamil setelah satu tahun usia pernikahan, kami menyarankan Anda untuk melakukan pemeriksaan kesuburan dengan spesialis fertilitas kami.

Buat janji konsultasi dengan menghubungi kami di (021) 50200800 atau chat melalui Whatsapp melalui tombol di bawah.

  • Beta J, Lesmes-Heredia C, Bedetti C, Akolekar R. Risk of miscarriage following amniocentesis and chorionic villus sampling: a systematic review of the literature. Minerva Ginecol. 2018;70(2):215-219. doi:10.23736/S0026-4784.17.04178-8.
  • Ghi T, Sotiriadis A, Calda P, et al. ISUOG Practice Guidelines: invasive procedures for prenatal diagnosis. Ultrasound Obstet Gynecol. 2016;48(2):256-268. doi:10.1002/uog.15945.
  • Kearin M, Pollard K, Garbett I. Accuracy of sonographic fetal gender determination: predictions made by sonographers during routine obstetric ultrasound scans. Australas J Ultrasound Med. 2014;17(3):125-130. doi:10.1002/j.2205-0140.2014.tb00028.
  • Shettles LB. Use of the Y chromosome in prenatal sex determination. Nature. 1971 Mar 5;230(5288):52-3. doi: 10.1038/230052b0. PMID: 4102825.
Share:

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

doctors
Buat Janji