Dalam beberapa dekade terakhir, perjalanan untuk memiliki keturunan telah mengalami kemajuan pesat melalui bidang teknologi reproduksi berbantu. Salah satunya melalui pembekuan sel telur dan embrio, yang telah merevolusi perencanaan keluarga bagi individu dan pasangan yang sulit hamil, serta bagi mereka yang ingin menunda kehamilan karena ingin berkarir atau alasan pribadi.
Perbandingan antara egg freezing dan embryo freezing
Egg freezing (pembekuan sel telur) dan embryo freezing (pembekuan embrio) kedengarannya mirip. Namun sesungguhnya, kedua prosedur ini sangat berbeda.
1. Proses egg freezing versus embryo freezing
Egg freezing atau istilah medisnya kriopreservasi oosit, dimulai dengan konsultasi bersama dokter ahli fertilitas dan pemeriksaan laboratorium. Setelah mendapat kesimpulan, wanita akan mulai menjalani stimulasi ovarium dengan obat-obatan hormonal, serta pemantauan dan ultrasonografi berkala untuk mengevaluasi perkembangan folikel sel telur.
Selanjutnya, sel-sel telur yang sudah matang dikumpulkan melalui prosedur ovum pick up dan dibekukan untuk digunakan di kemudian hari. Ketika seorang wanita sudah siap hamil, sel telur yang telah dibekukan ini dicairkan lalu dibuahi oleh sperma di laboratorium. Embrio yang dihasilkan kemudian ditransfer ke dalam rahim wanita agar dapat berimplantasi.
Egg freezing biasanya bermanfaat bagi wanita yang khawatir cadangan sel telurnya berkurang seiring bertambahnya usia, atau karena menjalani perawatan medis yang berdampak pada kesuburan mereka.
Tanya Mincah tentang Promil?
Pada embryo freezing, tahapan awalnya sama dengan egg freezing hingga proses pengumpulan sel telur. Namun, setelah itu ada tahapan pembuahan oleh sel sperma untuk membentuk embrio, yang dilakukan di laboratorium. Embrio yang dihasilkan lalu dibekukan untuk digunakan di kemudian hari. Embryo freezing biasanya dilakukan pada pasangan yang sudah siap menjadi orang tua dan menjalani program bayi tabung, di mana ada kemungkinan lebih dari satu embrio yang terbentuk.
2. Keuntungan masing-masing prosedur
Salah satu keuntungan terbesar dari egg freezing, yakni tidak memerlukan sperma. Ini Adalah pilihan tepat bagi wanita lajang, yang sedang mencari donor sperma, atau yang belum yakin kalau pasangannya saat ini adalah pendamping hidup yang dicari. Egg freezing memungkinkan wanita melestarikan kesuburannya secara mandiri serta memiliki otonomi dalam menentukan pilihannya di masa mendatang.
Meski demikian, embryo freezing juga memiliki keuntungannya sendiri. Melalui proses pembuahan dan kultur embrio, Anda bisa mengetahui jumlah embrio yang layak ditransfer. Hal ini berbeda dengan egg freezing yang hasilnya belum pasti sehingga Anda mungkin perlu mengumpulkan dan membekukan lebih banyak sel telur.
Di samping itu, embryo freezing memiliki peluang bertahan hidup yang sedikit lebih tinggi ketimbang egg freezing, yakni 95 persen versus 90 persen. Embrio yang dibekukan juga dapat disimpan lebih lama karena susunan selnya. Sel telur hanya terdiri dari satu sel. Selama proses pembekuan, air dikeluarkan dari sel dan dibekukan dalam nitrogen cair. Oleh karena itu, sel telur beku lebih rapuh. Sebaliknya embryo, dibentuk oleh ratusan sel. Ketika dibekukan dan kandungan airnya dihilangkan, embrio masih memiliki banyak struktur, membuatnya lebih kuat daripada sel telur.
Keuntungan lain dari embryo freezing adalah memungkinkan tes genetik praimplantasi (PGT) sehingga menawarkan angka keberhasilan yang lebih tinggi bagi pasangan yang menjalani program bayi tabung.
Secara ringkas, keuntungan egg freezing versus embryo freezing disajikan dalam tabel berikut.
3. Kerugian
Baik sel telur maupun embrio, selalu ada risiko kehilangan selama proses pencairan. Namun, karena sel telur lebih rapuh ketimbang embrio, Anda mungkin kehilangan lebih banyak sel telur daripada yang diperkirakan saat memutuskan untuk mencairkannya. Biasanya, diperlukan sekitar 15 atau lebih sel telur beku untuk menghasilkan embrio karena adanya risiko “kematian sel” selama proses pencairan, pembuahan, dan pemindahan sel telur. Karenanya, Anda tentu membutuhkan lebih banyak sel telur yang layak bila memilih egg freezing ketimbang embryo freezing. Tentu ini membuat proses pengumpulan sel telur menjadi lebih sering dan kompleks.
Di sisi lain, embryo freezing memiliki satu kerugian yang memicu dilema etis. Di banyak keyakinan, embrio dianggap sebagai kehidupan. Secara moral, hal ini dapat menghambat Anda untuk “membuang” embrio tambahan yang tidak ingin dipakai dan mungkin membuat Anda merasa harus menggunakan semua embrio tersebut. Ini bisa berarti mengandung lebih banyak anak daripada yang diinginkan.
Mana yang lebih baik dan lebih mungkin berhasil?
Singkatnya, itu tergantung pada berbagai faktor, termasuk kualitas embrio dan sel telur. Salah satu kelemahan utama dari egg freezing adalah tidak ada cara apapun untuk menguji kualitas sel telur itu sendiri. Potensi sel telur tersebut tidak akan pernah diketahui hingga diputuskan untuk digunakan–dalam hal ini dibuahi dan membentuk embrio. Sebaliknya, embrio harus melalui banyak rintangan yang pada akhirnya memberi gambaran yang lebih baik tentang kualitasnya, dan kemungkinannya untuk menghasilkan bayi sehat di kemudian hari.
Secara umum, embrio memiliki tingkat kelangsungan hidup yang lebih baik selama proses pembekuan dan pencairan dibandingkan sel telur. Kemajuan dalam proses vitrifikasi dan teknik pembekuan embrio juga telah meningkatkan angka keberhasilan secara bermakna. Akan tetapi, soal angka keberhasilan ini perlu dipahami bahwa itu akan sangat bervariasi dan tergantung pada berbagai faktor, seperti usia wanita saat dilakukan pembekuan, kualitas sel telur atau embrio, dan kepakaran para ahli serta klinik fertilitas itu sendiri.
Berikut sekilas tentang angka keberhasilan kehamilan pada egg freezing dan embryo freezing:
Angka keberhasilan kehamilan pada egg-freezing telah meningkat secara bermakna dalam beberapa tahun terakhir, khususnya pada wanita yang membekukan sel telurnya di usia yang lebih muda. Studi menunjukkan bahwa angka keberhasilan kehamilan di kemudian hari lebih tinggi pada wanita yang membekukan sel telurnya di bawah usia 35 tahun, yakni sekitar 60-80 persen. Sedangkan angka kelahiran hidup dari sel telur beku sekitar 25 persen.
Embryo freezing memberikan angka keberhasilan yang lebih tinggi dibandingkan dengan egg freezing. Ini disebabkan oleh kemampuan untuk memilih embrio yang paling layak (viable) untuk dibekukan dan potensi tes genetik praimplantasi (PGT). Ditemukan bahwa angka kelahiran hidup per frozen embryo transfer berkisar antara 40 sampai 60 persen.
Jadi, mana yang sebaiknya dipilih?
Kedua metode menawarkan potensi untuk melestarikan kesuburan dan memperpanjang masa reproduksi untuk memulai keluarga. Namun, memutuskan antara kedua pilihan ini tidaklah mudah. Ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan, seperti:
1. Status hubungan saat ini dan rencana di masa depan
Ini adalah salah satu faktor terpenting yang perlu dipertimbangkan ketika memutuskan antara egg freezing atau embryo freezing. Bila Anda menjalani hubungan yang serius dan berencana untuk memiliki keturunan dengan pasangan saat ini, embryo freezing mungkin pilihan yang lebih tepat.Sebaliknya, bila Anda belum yakin dengan pasangan saat ini atau lebih memilih untuk melestarikan kesuburan secara individu, egg freezing menjadi pilihan yang lebih baik. Pilihan ini sangat menguntungkan bagi wanita yang ingin mempertahankan kesuburan sebelum mengalami penurunan kuantitas dan kualitas sel telur akibat bertambahnya usia.
2. Usia wanita
Usia wanita sangat memengaruhi tingkat kesuburannya. Secara umum, wanita yang lebih muda memiliki sel telur yang lebih sehat dan lebih viable.Ini yang mendasari mengapa kehamilan dari sel telur beku lebih bisa berhasil bila egg freezing dilakukan pada usia 20-an dan 30-an awal. Bila usia wanita sudah di akhir 30-an atau lebih tua dan sudah memiliki pasangan, embryo freezing menjadi pilihan yang lebih baik.
3. Kondisi medis
Wanita yang didiagnosis kanker atau penyakit autoimun dapat memilih egg freezing sebelum menjalani perawatan yang dapat membahayakan sel telur mereka. Begitu juga pada wanita dengan kondisi-kondisi yang berdampak negatif pada cadangan ovarium mereka, seperti endometriosis.
Bila Anda atau pasangan memiliki kondisi medis tertentu, atau memiliki riwayat keluarga dengan kelainan genetik, embryo freezing bisa menjadi pertimbangan. Tes genetik praimplantasi (PGT) dapat dilakukan pada embrio sebelum ditransfer ke dalam rahim, membantu mengidentifikasi dan menyeleksi embrio yang bebas dari kelainan genetik.
4. Pertimbangan etika, emosional dan psikologis
Embryo freezing memicu isu etika yang dapat memengaruhi emosi dan psikologis pasangan. Beberapa individu dapat merasakan kemelekatan yang kuat pada embrionya dan mungkin sulit melawan gagasan untuk membuang embrio yang tidak terpakai. Egg freezing tidakmenimbulkan masalah seperti ini, karena yang dibekukan adalah sel telur.
5. Pertimbangan finansial dan angka keberhasilan prosedur
Masing-masing prosedur dapat sangat menguras biaya. Namun, biaya dapat bervariasi tergantung pada lokasi, klinik yang dipilih, dan kondisi pribadi Anda. Secara umum, egg freezing lebih murah ketimbang embryo freezing karena tidak melibatkan pembuahan dan kultur embrio.
Bila uang tidak menjadi halangan dan cadangan ovarium memungkinkan, Anda bisa melakukan keduanya. Satu siklus untuk membekukan sel telur dan satu siklus lagi untuk membekukan embrio.
Kesimpulan
Penting untuk menyadari bahwa baik egg freezing dan embryo freezing menawarkan peluang yang luar biasa untuk merencanakan keluarga, memungkinkan individu dan pasangan untuk mengendalikan masa depan reproduksi mereka. Namun, memilih di antara keduanya adalah keputusan kompleks yang membutuhkan pertimbangan cermat terhadap berbagai faktor. Ini adalah pilihan yang sangat pribadi dan harus diputuskan secara sadar setelah berkonsultasi dengan dokter ahli fertilitas.
Jadwalkan Konsultasi
Jika Anda belum hamil setelah satu tahun usia pernikahan, kami menyarankan Anda untuk melakukan pemeriksaan kesuburan dengan spesialis fertilitas kami.
Buat janji konsultasi dengan menghubungi kami di (021) 50200800 atau chat melalui Whatsapp melalui tombol di bawah.
Cascante SD, Berkeley AS, Licciardi F, McCaffrey C, Grifo JA. Planned oocyte cryopreservation: the state of the ART. Reproductive BioMedicine Online. 2023 Aug 24:103367.
Casciani V, Monseur B, Cimadomo D, Alvero R, Rienzi L. Oocyte and embryo cryopreservation in assisted reproductive technology: past achievements and current challenges. Fertility and sterility. 2023 Sep 1;120(3):506-20.
Konc J, Kanyó K, Kriston R, Somoskői B, Cseh S. Cryopreservation of embryos and oocytes in human assisted reproduction. BioMed research international. 2014;2014(1):307268.
Mesen TB, Mersereau JE, Kane JB, Steiner AZ. Optimal timing for elective egg freezing. Fertility and sterility. 2015 Jun 1;103(6):1551-6.
Pai HD, Baid R, Palshetkar NP, Pai A, Pai RD, Palshetkar R. Oocyte cryopreservation-current scenario and future perspectives: a narrative review. Journal of Human Reproductive Sciences. 2021 Oct 1;14(4):340-9.
Polyakov A, Piskopos J, Rozen G. Focus: Elective egg freezing: State of the ART. Australian Journal of General Practice. 2023 Jan 1;52(1/2):20-3.
Setelah lulus dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, dokter Fiona melayani sebagai dokter Pegawai Tidak Tetap (PTT) dari Kementerian Kesehatan RI di salah satu desa terpencil di Kabupaten Luwuk-Banggai, Sulawesi Tengah. Pengalaman ini membawanya untuk melanjutkan S2 dalam bidang International Health di Universitas Gadjah Mada 2010, Yogyakarta.