Frozen Embryo Transfer Nggak Bikin Bunda Teler

Frozen Embryo Transfer Nggak Bikin Bunda Teler.

Mungkin bagi beberapa pasangan sudah tidak asing ketika mendengar istirah frozen embryo transfer (FET). Namun, mungkin tidak sedikit yang masih awam dengan istilah tersebut.

Frozen embryo transfer (FET) atau yang dikenal juga sebagai transfer embrio beku adalah salah satu tahapan program bayi tabung (IVF). Proses ini merupakan salah satu yang cukup penting dalam tahapan bayi tabung. Frozen embryo transfer (FET) merupakan proses memasukkan embrio beku yang telah dicairkan ke dalam rahim. Proses ini juga disebut sebagai penanaman embrio.

Pada dasarnya, proses transfer embrio beku hampir sama dengan transfer embrio segar atau fresh embryo transfer (ET). Biasanya frozen embryo transfer (FET) dilakukan ketika penanaman fresh embryo tidak dapat dilakukan atau sebelumnya gagal membuahkan kehamilan. Kondisi ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor, Bunda.

Transfer embrio beku ini bisa dipilih jika Ayah Bunda ingin menyimpan cadangan embrio yang akan digunakan untuk mendapatkan kehamilan di masa mendatang. Di mana embrio yang telah dibuahi akan disimpan di dalam embryo bank yang dilengkapi dengan nitrogen cair bersuhu minus 196 derajat Celsius.

Baca juga: Persiapan Proper, Sukses Embryo Transfer

Tanya Ferly tentang Promil?

New CTA WA

Siapa Saja yang Dapat Melakukan Frozen Embryo Transfer?

Frozen embryo transfer (FET) dapat bertahan hingga lebih dari 10 tahun. Terdapat beberapa indikasi bagi Bunda yang ingin melakukan prosedur tersebut, seperti:

1. Jumlah embrio lebih dari satu

Jika Bunda berencana menjalani program bayi tabung, dokter akan menanamkan satu embrio ke dalam rahim Bunda. Apabila jumlah embrio lebih dari satu maka sisanya akan disimpan ke dalam embryo bank dan dibekukan. Embrio beku ini dapat dibekukan di kemudian hari jika Bunda berencana untuk memiliki anak kembali di waktu mendatang.

Nah, apabila embrio yang telah ditanam sebelumnya gagal berkembang maka dapat menggunakan cadangan embrio yang tersimpan di embryo bank tersebut.

2. Tidak dapat melakukan transfer embrio segar atau fresh embryo transfer (ET)

Pada beberapa kasus tertentu, proses transfer embrio segar tidak dapat dilakukan secara langsung karena kondisi rahim yang tidak optimal pada saat siklus IVF maupun kondisi lainnya. Hal ini menyebabkan Bunda perlu melakukan prosedur transfer embrio beku (FET).

3. Risiko adanya OHSS

Ovarian hyperstimulation syndrome (OHSS) atau yang dikenal sebagai sindrom hiperstimulasi ovarium adalah kondisi dimana Bunda menghasilkan sel telur lebih banyak. Kondisi normal terjadi pada Bunda yang menjalani program bayi tabung sebab obat penyubur kandungan yang diberikan. Meski begitu, transfer embrio beku menjadi salah satu opsi terbaik untuk Bunda yang mengalami hal tersebut.

4.Rencana pemeriksaan genetik

Bagi Ayah Bunda yang memiliki rencana untuk melakukan pemeriksaan genetik embrio sebelum diimplantasi bisa dilakukan dalam kondisi embrio yang beku atau frozen embryo. Metode ini juga bisa dilakukan jika Ayah Bunda berencana melakukan stimulasi ganda guna pengumpulan embrio.

Transfer embrio beku ini bisa menjadi opsi terbaik bagi Ayah Bunda yang sedang menjalani pengobatan/perawatan kanker sebab tetap memiliki peluang kehamilan setelah perawatan selesai dilakukan.

Baca juga: Frozen Embryo Transfer, Salah Satu Teknologi dalam Program Bayi Tabung

Apa yang Boleh Dilakukan Setelah Frozen Embryo Transfer (FET)?

Mungkin banyak para Bunda yang khawatir untuk melakukan atau menghindari hal-hal pasca melakukan transfer embrio beku

1. Tetap beraktivitas seperti biasa

Banyak para Bunda yang khawatir dengan menghindari melakukan sejumlah aktivitas dan memilih untuk istirahat total. Padahal, Bunda sangat dianjurkan untuk bergerak atau melakukan aktivitas seperti biasa, lho. Hanya saja, Bunda perlu menghindari melakukan aktivitas berat yang dapat membuat tubuh menjadi lebih stres dan mudah lelah.

2. Tetap mengonsumsi obat yang diperlukan

Meski telah melakukan prosedur transfer embrio beku, Bunda tetap harus mengonsumsi obat-obatan yang telah diresepkan oleh dokter. Biasanya, obat-obatan yang diberikan merupakan obat yang mengandung progesteron sebagai salah satu dari bentuk embryo transfer.

Obat-obatan tersebut biasanya dikonsumsi selama beberapa minggu setelah prosedur transfer embrio beku telah dilakukan. Tentunya, hal tersebut sesuai arahan dokter. Mengonsumsi obat-obatan dilakukan untuk meningkatkan keberhasilan kehamilan sebab progesteron bisa membantu embrio tetap tertanam secara aman di dalam rahim.

3. Konsumsi makanan sehat dan asam folat

Mengonsumsi makanan sehat tidak hanya dilakukan saat Ayah Bunda baru merencanakan promil saja tetapi juga ketika kehamilan telah terjadi. Beberapa jenis makanan yang baik dikonsumsi adalah sayur, buah, protein, kalsium, vitamin B, hingga zat besi.

Salah satu nutrisi penting yang perlu dikonsumsi oleh Bunda ketika merencanakan promil atau saat hamil adalah asam folat. Seperti yang diketahui, asam folat memiliki fungsi penting dalam mencegah bayi cacat lahir atau cacat tabung saraf, mengurangi risiko preeklamsia, hingga mengurangi risiko keguguran dan kelahiran prematur.

4. Hindari paparan bahan kimia pengganggu endokrin

Sebaiknya hindari paparan zat-zat kimia seperti bisphenol A (BPA), paraben, flatat, dan triclosan. Bahan-bahan kimia tersebut bisa memengaruhi kondisi bayi nantinya. Bunda disarankan untuk menggunakan barang perlengkapan rumah tangga yang dengan label bebas BPA atau BPA free.

Setelah mengetahui hal-hal apa saja yang boleh dilakukan oleh Bunda setelah melakukan embryo transfer, kita jadi lebih berhati-hatikan. Perlu diingat, Bunda tetap boleh melakukan aktivitas seperti biasanya namun sebaiknya hindari melakukan aktivitas berat ya. Yuk, bagikan informasi ini untuk para Bunda lainnya!

Avatar photo
Share:

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

doctors
Buat Janji