Apa itu Anovulasi, Penyebab Ovum Gagal Dibuahi dan Faktor yang Memengaruhi Peluang Kehamilan

Apa itu Anovulasi Penyebab Gagalnya Pembuahan dan Peluang Kehamilan

Ada banyak hal yang bisa membuat Ayah Bunda mengalami kesulitan untuk hamil. Salah satunya penyebab adalah ovum gagal dibuahi. 

Proses ovulasi adalah salah satu kunci penting dalam perjalanan menuju kehamilan. Bagi Bunda yang sedang merencanakan program hamil bersama Ayah, memahami apa itu ovulasi dan bagaimana proses ini terjadi sangatlah penting. 

Namun, ada kalanya ovulasi tidak berjalan sebagaimana mestinya, yang membuat peluang Bunda untuk hamil menjadi lebih kecil. Lantas, kenapa ovulasi bisa gagal dan apa saja faktor yang dapat memengaruhinya? Cari tahu informasinya di bawah ini! 

Baca juga: 5 Masalah Kesehatan yang Mempengaruhi Kesuburan

Apa Penyebab Ovum Gagal Dibuahi?

Ovulasi adalah proses pelepasan sel telur dari ovarium yang sangat penting untuk terjadinya kehamilan. Jika sel telur tidak dilepaskan, proses pembuahan oleh sperma tidak dapat terjadi, sehingga kehamilan menjadi sulit. Menurut laman Women & Infants Fertility Center, sekitar 30% kasus infertilitas pada Bunda disebabkan oleh anovulasi.


Tanya Mincah tentang Promil?

New CTA WA

Sementara itu, anovulasi adalah kondisi ketika ovarium tidak melepaskan sel telur dalam siklus menstruasi, sehingga tidak ada sel telur yang siap dibuahi. Anovulasi menjadi salah satu penyebab umum infertilitas pada wanita, karena tanpa ovulasi, kehamilan tidak dapat terjadi

Anovulasi dapat terjadi karena beberapa alasan, mulai dari ketidakseimbangan hormon hingga faktor fisik atau gaya hidup. Berikut beberapa alasan mengapa ovulasi bisa gagal:

1. Polycystic Ovarian Syndrome (PCOS)

PCOS adalah salah satu penyebab utama kegagalan ovulasi. Kondisi ini terjadi ketika tubuh Bunda memiliki kelebihan hormon pria (androgen), yang mengganggu proses pematangan dan pelepasan sel telur. PCOS juga sering ditandai dengan siklus haid yang tidak teratur.

2. Kerusakan pada hipotalamus

Hipotalamus adalah bagian otak yang mengatur hormon-hormon reproduksi. Jika hipotalamus mengalami kerusakan atau tidak berfungsi dengan baik, hormon yang diperlukan untuk memicu ovulasi bisa terganggu, sehingga sel telur tidak dapat dilepaskan.

3. Gangguan pada kelenjar hipofisis

Kelenjar hipofisis berperan dalam menghasilkan hormon FSH (Follicle Stimulating Hormone) dan LH (Luteinizing Hormone), yang penting untuk pematangan sel telur. Jika terjadi gangguan pada kelenjar ini, ovulasi bisa terganggu atau bahkan tidak terjadi.

4. Cedera atau kerusakan pada ovarium

Cedera pada ovarium, seperti yang terjadi akibat operasi pengangkatan kista ovarium berulang, dapat memengaruhi kemampuan ovarium Bunda untuk memproduksi dan melepas sel telur dengan baik.

5. Menopause dini

Menopause dini terjadi ketika ovarium Bunda berhenti berfungsi sebelum usia 40 tahun. Ini menyebabkan produksi sel telur berhenti lebih awal dari yang seharusnya, sehingga ovulasi tidak terjadi.

6. Kekurangan atau kelebihan berat badan

Kekurangan maupun kelebihan berat badan dapat memengaruhi ovulasi. Kelebihan berat badan bisa menyebabkan ketidakseimbangan hormon yang menghambat ovulasi, sementara kekurangan berat badan dapat mengganggu produksi hormon yang diperlukan untuk ovulasi.

7. Stres

Stres berlebihan dapat memengaruhi fungsi hipotalamus yang merupakan pengendali utama hormon ovulasi. Stres yang berkepanjangan dapat mengganggu ritme hormon dan membuat ovulasi terhenti.

8. Latihan fisik berlebihan

Melakukan olahraga atau aktivitas fisik berat secara berlebihan dapat memengaruhi keseimbangan hormon dalam tubuh Bunda dan mengganggu proses ovulasi.

Kondisi-kondisi ini dapat mempersulit terjadinya ovulasi yang akhirnya memengaruhi peluang untuk hamil. Jika Bunda dan Ayah mengalami kesulitan untuk hamil, sebaiknya segera berkonsultasi dengan tenaga medis untuk mencari tahu penyebab pasti dan mendapatkan penanganan yang tepat.

Baca juga: 3 Jenis Terapi Kesuburan yang Meningkatkan Peluang Kehamilan

Apa Tanda Ovum Gagal Dibuahi?

Haid yang tidak teratur bisa menjadi salah satu tanda bahwa Bunda mengalami anovulasi, yaitu kegagalan proses ovulasi. Kondisi ini juga dapat terlihat dari beberapa gejala lain, seperti 

  • Tidak mengalami menstruasi pada satu atau beberapa siklus tanpa adanya kehamilan (amenore).
  • Volume darah haid yang sangat sedikit atau justru berlebihan. 
  • Suhu basal tubuh yang tidak stabil.

Selain itu, produksi lendir serviks yang tidak normal, seperti kurang atau bahkan tidak keluar sama sekali, juga bisa menjadi tanda anovulasi. Pada Bunda yang mengalami anovulasi akibat PCOS, gejala tambahan seperti pertumbuhan rambut yang berlebihan di area tertentu seperti bibir atas dan dagu, juga bisa muncul.

Jika ovulasi berhasil terjadi, sel telur yang dilepaskan dari ovarium akan bergerak menuju tuba falopi. Di sini, sel telur akan bertemu dengan sperma untuk dibuahi hingga berkembang menjadi embrio. 

Embrio yang terbentuk kemudian akan berkembang menjadi janin. Namun, terkadang perkembangan embrio bisa gagal atau berhenti dan hanya meninggalkan kantong kehamilan yang kosong. Kondisi ini disebut sebagai blighted ovum atau kehamilan kosong, yang menjadi salah satu penyebab utama keguguran. 

Sekitar 50% keguguran pada trimester pertama disebabkan oleh blighted ovum. Penyebab pasti dari kondisi ini belum diketahui, namun para ahli menduga adanya kelainan kromosom pada sel telur sebagai pemicunya.

Meskipun terjadi kegagalan pembuahan, Bunda yang mengalami blighted ovum sering kali tetap mendapatkan hasil tes kehamilan positif dan mengalami tanda-tanda kehamilan seperti mual, muntah, payudara yang bengkak, dan rasa lelah. 

Namun, setelah beberapa waktu, gejala-gejala keguguran seperti keluarnya bercak atau perdarahan dari vagina mulai terlihat, disertai dengan gejala lain seperti kram perut, ukuran rahim yang tidak bertambah, hilangnya detak jantung janin, dan menghilangnya tanda-tanda kehamilan. 

Karena gejala blighted ovum mirip dengan kehamilan normal pada awalnya, kondisi ini sering kali baru terdeteksi saat Bunda melakukan pemeriksaan USG.

Faktor-faktor apa Saja Ovum Berhasil Dibuahi?

Agar sel telur (ovum) bisa berhasil dibuahi dan kehamilan terjadi, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Berikut ini faktor-faktor yang bisa membantu proses pembuahan:

1. Kualitas sel telur dan sperma yang baik

Sel telur yang matang dan sehat lebih siap untuk dibuahi. Kalau sel telurnya tidak berkualitas baik, proses pembuahan bisa terganggu. Sperma yang jumlahnya cukup banyak, bergerak cepat, dan bentuknya normal lebih mungkin sampai ke sel telur dan membuahinya.

2. Usia ideal bunda untuk hamil

Usia terbaik untuk Bunda hamil adalah antara 20 hingga 35 tahun. Pada usia ini, kualitas dan jumlah sel telur biasanya masih optimal, sehingga peluang hamil lebih besar.

Setelah usia 35 tahun, Bunda masih bisa hamil setelah usia ini, tapi kemungkinan berhasilnya lebih rendah karena jumlah dan kualitas sel telur mulai menurun. Selain itu, risiko kelainan kromosom pada janin juga bisa meningkat.

3. Keseimbangan hormon

Hormon seperti estrogen, progesteron, dan lainnya sangat penting untuk mendukung proses ovulasi dan kehamilan. Kalau hormon ini tidak seimbang, ovulasi bisa terganggu, sehingga peluang pembuahan menurun.

4. Kondisi organ reproduksi yang sehat

Tuba falopi adalah saluran tempat sperma bertemu dengan sel telur. Kalau saluran ini sehat, peluang terjadinya pembuahan lebih besar. Sebaliknya, kalau ada sumbatan atau kerusakan, proses pembuahan bisa terhambat.

Setelah dibuahi, sel telur harus menempel di dinding rahim agar bisa berkembang menjadi janin. Rahim yang sehat dan siap membantu keberhasilan proses ini.

5. Gaya hidup sehat

Asupan nutrisi yang baik, seperti makanan yang kaya vitamin, protein, dan folat, sangat penting untuk mendukung kesehatan reproduksi Bunda. Aktivitas fisik yang teratur bisa membantu menjaga keseimbangan hormon. Tapi Bunda perlu ingat, olahraga jangan berlebihan karena bisa mengganggu ovulasi.

Merokok, minum alkohol berlebihan, atau terlalu banyak mengonsumsi kafein bisa mengurangi peluang hamil. Menghindari kebiasaan ini bisa membuat peluang hamil lebih besar.

6. Kurangi stres

Stres yang terlalu lama bisa mengganggu produksi hormon dan membuat siklus menstruasi tidak teratur. Mengelola stres dengan baik, misalnya melalui meditasi atau yoga, bisa membantu Bunda menjaga siklus ovulasi tetap teratur.

Dengan memperhatikan hal-hal ini, Ayah Bunda bisa lebih memahami apa saja yang membantu agar pembuahan berhasil dan kehamilan terjadi. Jika Bunda sudah di atas 35 tahun atau punya kondisi kesehatan tertentu, konsultasi dengan dokter bisa menjadi langkah terbaik untuk mendapatkan kehamilan yang diinginkan. 

Dokter mungkin bisa menyarankan Bunda untuk menjalani program hamil (promil) yang tepat di usia Bunda. Yuk, jangan ragu untuk konsultasi dengan dokter. 

cheer

Jadwalkan Konsultasi

Jika Anda belum hamil setelah satu tahun usia pernikahan, kami menyarankan Anda untuk melakukan pemeriksaan kesuburan dengan spesialis fertilitas kami.

Buat janji konsultasi dengan menghubungi kami di (021) 50200800 atau chat melalui Whatsapp melalui tombol di bawah.

Referensi
Avatar photo

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

doctors
Buat Janji