Mengenal Vulvodinia, Salah Satu Penyakit pada Organ Intim Wanita

vulvodinia

Vulvodinia merupakan salah satu penyakit yang menyerang organ reproduksi wanita. Kondisi ini disebabkan beberapa faktor yang dapat meningkatkan rasa cemas dan memicu depresi.

Organ reproduksi memiliki struktur yang cukup kompleks. Hal ini juga termasuk masalah yang dapat dialami oleh organ reproduksi, salah satunya vulvodinia. Vulvodinia dapat dialami oleh wanita dengan semua rentang usia. Simak informasi selengkapnya mengenai vulvodinia.

Apa Itu Vulvodinia?

Vulvodinia adalah kondisi di mana terdapat rasa nyeri atau rasa tidak nyaman pada vulva, bagian luar vagina. Pada kondisi ini rasa nyeri kronis bisa datang secara tiba-tiba dan berlangsung dengan waktu yang cukup lama.

Biasanya, wanita yang mengalami vulvodinia bisa mengalami sakit yang terjadi sesekali atau berkelanjutan bahkan bisa lebih dari 3 bulan. Selain menyebabkan rasa tidak nyaman, vulvodinia juga dapat membuat penderitanya mengalami nyeri hingga sulit berhubungan seksual.

Tanya Ferly tentang Promil?

New CTA WA

Vulvodinia juga sering disebut dengan istilah depresi vagina meski dalam medis istilah tersebut tentu tidak ada. Rasa sakit yang ditimbulkan bisa secara konstan (terus-menerus) atau hilang timbul. Meski bisa dialami oleh rentang usia namun biasanya vulvodinia terjadi pada usia 18 – 25 tahun.

Biasanya, vulvodinia terjadi pada daerah vulva. Namun, kondisi ini bisa terjadi pada vestibulitis vulva yang dapat meningkatkan tekanan pada daerah di sekitar vagina. Kondisi ini dapat menyebabkan jaringan vulva yang bengkak atau meradang atau namun terkadang normal.

Penyebab Vulvodinia

Penyebab vulvodinia belum diketahui pasti namun terdapat beberapa faktor yang dapat memicu kondisi tersebut, seperti:

  • Iritasi atau cedera pada saraf di sekitar area vulva.
  • Memiliki alergi.
  • Kulit yang terlalu sensitif.
  • Mengalami perubahan hormon.
  • Kejang otot atau otot dasar panggul yang melemah.
  • Infeksi jamur pada vagina.
  • Vaginitis berulang.

Selain itu, beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seorang wanita mengalami vulvodinia, yakni:

  • Mengalami depresi.
  • Memiliki Riwayat pelecehan seksual.
  • Mengalami gangguan kecemasan.
  • Gangguan stres pasca trauma (PTSD).

Gejala Vulvodinia

Bagi penderita vulvodinia, terdapat gejala yang dapat dialami pada area vagina yang dapat dirasakan, seperti:

  • Rasa nyeri.
  • Sensasi seperti terbakar.
  • Rasa gatal.
  • Nyeri yang disertai denyut.
  • Sakit pada saat berhubungan.

Gejala ini bisa terjadi secara terus-menerus namun bisa juga hilang timbul.

Pada beberapa wanita yang mengalami vulvodinia bisa mengalami peradangan hingga pembengkakan. Namun, umumnya vulva sering terlihat lebih normal.

nyeri pada vulva

Diagnosis Vulvodinia

Diagnosis vulvodinia dapat dilakukan jika Anda mengalami sejumlah gejala di atas. Dokter akan melakukan wawancara medis mengenai riwayat medis hingga riwayat seksual serta melakukan beberapa pemeriksaan penunjang.

Beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan, seperti:

Pemeriksaan panggul

Pemeriksaan panggul dilakukan agar dokter dapat mengetahui adanya infeksi atau penyebab lain dari gejala yang dialami secara visual dari genitalia eskternal.

Pemeriksaan usap kapas (cotton swab test)

Pada pemeriksaan ini, dokter akan melakukan usap kapas untuk memeriksa pada area tertentu vulva yang timbul rasa nyeri.

Jika terdapat luka, benjolan, hingga perubahan warna pada vulva, dokter akan melakukan biopsi atau pengambilan sampel jaringan untuk diteliti di bawah mikroskop. Tujuan dari pemeriksaan ini tentu untuk mengetahui apakaha da atau tidaknya jaringan abnormal pada area vulva.

Cara Pengobatan Vulvodinia

Meski disebut dengan istilah depresi vagina, bukan berarti penanganan vulvodinia diatasi dengan mengonsumsi obat antidepresan. Pengobatan vulvodinia biasanya fokus untuk menghilangkan gejala. Hal ini juga yang membuat para penderita vulvodinia memiliki pengobatan yang berbeda.

Ada beberapa cara pengobatan yang dapat mengurangi rasa rasa sakit dan ketidaknyamanan yang dialami pasien. Berikut beberapa metode penanganan vulvodinia berdasarkan penyebabnya.

Obat-obatan

Jenis obat-obatan yang diberikan seperti obat oles yang mengandung zat anestesi untuk meredakan nyeri, blok saraf yang merupakan obat jenis suntikan untuk mengurangi rasa nyeri, hingga obat anti kejang untuk mengobati nyeri pada saraf.

Jenis obat-obatan tersebut tentu harus berdasarkan gejala dan juga resep dokter sehingga perlu dilakukannya pemeriksaan untuk mengatasi vulvodinia.

Terapi

Salah satu metode pengobatan lainnya yang dapat dilakukan adalah terapi. Ada beberapa jenis terapi yang biasa dilakukan untuk mengobati kondisi ini, seperti:

  • Terapi fisik, dilakukan untuk menguatkan otot-otot panggul dan mengurangi kejang otot dengan sejumlah latihan, misalnya senam kegel.
  • Konseling, terapi ini dilakukan untuk mengembalikan rasa percaya diri dan kualitas hidup secara keseluruhan termasuk kualitas hubungan seksual.
  • Biofeedback, terapi ini bertujuan membantu mengendurkan otot-otot vagina untuk mengurangi rasa sakit.
  • Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS), terapi ini dilakukan dengan menggunakan arus listrik bertegangan rendah untuk membantu menghilangkan rasa sakit.

Operasi

Vulvodinia juga bisa diatasi dengan operasi vestibulectomy. Operasi ini dilakukan untuk mengangkat jaringan yang menyebabkan rasa sakit. Operasi ini dilakukan jika pengobatan lainnya tidak berhasil.

Pengobatan mandiri

Selain beberapa pengobatan yang dilakukan dari dokter, ada beberapa pengobatan yang bisa dilakukan secara mandiri, seperti:

  • Menggunakan gel pendingin untuk mengompres vulva.
  • Melakukan sitz bath sebanyak 2 – 3 kali sehari menggunakan air hangat atau dingin yang bisa dicampur dengan garam Epsom. Anda dapat melakukan sitz bath dengan durasi 5 – 10 menit.
  • Membersihkan area vulva menggunakan air hangat dan keringkan dengan handuk secara lembut.
  • Untuk mengurangi tekanan pada area vulva, Anda dapat mengatasinya dengan menggunakan alas duduk yang empuk terutama jika harus duduk dalam waktu yang lama.

Cara Mencegah Vulvodinia

Vulvodinia memang belum diketahui pasti penyebabnya. Kondisi ini pun tidak dapat dicegah namun Anda dapat mengurangi risiko tersebut.

  • Mengenakan celana dalam berbahan katun.
  • Mengenakan celana atau rok yang longgar.
  • Selalu membilas vulva dengan air setelah buang air kecil maupun setelah berhubungan intim.
  • Hindari penggunaan krim atau sabun yang mengandung pewangi atau alkohol pada vagina.
  • Menjaga vulva agar tetap kering dan hindari vagina dalam keadaan lembap atau basah.
  • Penggunaan tisu toilet tanpa pewangi untuk membersihkan vagina.
  • Rutin mengganti pembalut atau pantyliner.

Begitulah kira-kira informasi seputar vulvodinia. Selain menimbulkan rasa nyeri, kondisi ini tentu dapat menimbulkan rasa tidak nyaman bagi wanita. Anda dapat mengurangi risiko tersebut dengan beberapa cara di atas. Jika kondisi tersebut hingga mengganggu aktivitas Anda maka segera lakukan pemeriksaan ke dokter.

cheer

Jadwalkan Konsultasi

Jika Anda belum juga hamil setelah berupaya selama dua belas bulan atau lebih (atau enam bulan jika usia perempuan di atas 35 tahun), kami menyarankan Anda untuk melakukan penilaian kesuburan dengan spesialis fertilitas kami.

Jadwalkan konsultasi dengan menghubungi kami di (021) 50200800 atau dengan mengisi formulir melalui tombol dibawah.

  1. Schlaeger, J. M., et al. 2019. Sensory pain characteristics of vulvodynia and their association with nociceptive and neuropathic pain: an online survey pilot study. Pain Rep. 2019 Feb 22;4(2): e713. 
  2. Shallcross, R., et al. Women’s Experiences of Vulvodynia: An Interpretative Phenomenological Analysis of the Journey Toward Diagnosis. Arch Sex Behav. 2019 Apr;48(3):961-974. 
  3. Vulvodynia. The American College of Obstetricians and Gynecologists.
Avatar photo
Share:

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

doctors
Buat Janji