Sulit Memiliki Keturunan? Segera Tes Kesuburan Anda
Sekian banyak riset menghasilkan temuan menggelisahkan tentang tingkat kesuburan atau fertilitas masyarakat dunia. Itulah yang menjadi alasan di balik pentingnya tes kesuburan guna menakar seberapa tinggi peluang pasangan suami istri (pasutri) untuk memiliki anak.
Bahkan, pemeriksaan kesuburan sesungguhnya juga bermanfaat bagi siapapun untuk mengetahui kondisi kesehatan organ reproduksi mereka. Pengetahuan sejak dini tentang fertilitas akan membantu mereka untuk nantinya mengambil langkah lebih lanjut guna meningkatkan prospek kehamilan.
Daftar Isi
Pengertian Fertilitas?
Secara umum, kesuburan (fertilitas) dimaknakan sebagai kemampuan untuk hamil setelah pasutri melakukan hubungan intim secara rutin selama satu tahun atau lebih.
Karena kesuburan pada wanita terus turun seiring pertambahan usia, beberapa kalangan menetapkan batasan waktu enam bulan (bukan satu tahun) sebagai acuan penentuan ketidaksuburan.
Tanda-tanda krisis kesuburan sesungguhnya telah dijumpai di sejumlah negara sejak abad lalu. Risau oleh angka kelahiran yang menukik tajam, sensus di Inggris dan Wales pada tahun 1911 mencantumkan fertilitas sebagai salah satu pertanyaan yang diajukan ke masyarakat.
Tanya Ferly tentang Promil?
Masyarakat dengan kesuburan yang baik dipandang pemerintah sebagai aset yang akan mempertahankan posisi Inggris Raya sebagai negara terdepan di bidang industri. Tingkat fertilitas yang positif juga menjamin kesiapan mereka dalam mengantisipasi ketegangan di Eropa.
Pemerintah Indonesia memang belum mempraktikkan hal yang sama. Namun dari sensus di Inggris Raya diperoleh pemahaman bahwa sah sudah, fertilitas bukan kepentingan pasutri semata. Kesuburan juga penentu rubuh tegaknya negara.
Sayangnya, sekian puluh tahun berlalu, kondisi kesuburan masyarakat dunia belum banyak berubah. Potret tingkat tingkat kesuburan masyarakat secara global antara lain datang dari studi Pallav Sengupta, PhD., Head of Physiology Unit, Faculty of Medicine, Lincoln University College, Malaysia. Bersama timnya, Pallav Sengupta mencermati publikasi ilmiah yang terbit antara tahun 1980 dan 2015. Semua artikel tersebut bertema tentang kondisi sperma di beberapa benua.
Kenaikan konsentrasi sperma secara signifikan dijumpai hanya di Australia. Sedangkan di Amerika Utara, Eropa, Asia, dan Afrika, rerata konsentrasi sperma turun hingga lima puluh tujuh persen.
Tren penurunan benih pria tersebut berhubungan dengan kondisi lingkungan dan sejumlah masalah kesehatan. Antara lain kelebihan berat badan, stres, dan ketidakseimbangan nutrisi. Problem klinis semisal kanker, diabetes, dan infeksi sistemik juga berkontribusi bagi—sebutlah—krisis kesuburan global itu.
Apa Penyebab Ketidaksuburan?
Masalah ketidaksuburan tidak hanya ada pada istri. Suami pun bisa mengalami kondisi serupa. Dengan demikian, akar masalah infertilitas bisa berada pada diri istri pada suami maupun pada keduanya. Baik dimensi fisik, psikis maupun relasi. Mari kita tinjau beberapa di antaranya.
Usia Pasangan
Pertama, utamanya dengan alasan kesibukan akibat pekerjaan, tidak sedikit pasangan suami istri (pasutri) yang memilih untuk menunda kehamilan. Mereka boleh jadi belum cukup paham, bahwa seiring pertambahan usia, tingkat fertilitas (kesuburan) mereka justru menurun.
Hingga suatu hari kelak, saat kerinduan untuk menimang bayi telah dirasakan begitu kuat, barulah pasutri berpikir serius tentang cara cepat hamil.
Baca Juga : Rangkaian tes kesuburan pria yang perlu kamu ketahui
Sayangnya, ketika hasrat momong bayi itu sudah tak lagi tertahankan, pada saat yang sama tingkat fertilitas pun kadung menjadi sumber kerisauan dengan segala kemungkinannya. Termasuk, sekian banyak studi menunjukkan, pengaruh usia suami dan isteri terhadap kualitas sperma dan sel telur.
Gaya Hidup
Keputusan hidup yang kurang tepat, plus gaya hidup yang kurang sehat, memang bisa memunculkan persoalan serius tatkala pasutri mulai berpikir serius untuk hamil.
Pakaian sangat ketat, stres setiap saat, aktivitas fisik terlalu berat. Tambah lagi, begadang siang malam, istirahat jarang, hubungan asmara kucing-kucingan, pola makan tak keruan, dan terpapar polusi untuk jangka waktu panjang.
Konsekuensinya bisa parah! Hubungan intim menjadi jarang, badan kurang gizi, energi minim, penuh racun dan oksidan, rentan terkena infeksi. Hormon reproduksi pun kehilangan keseimbangannya dan produksi sperma terguncang.
Infeksi Organ Reproduksi
Infeksi pada organ reproduksi. Salah satunya adalah infeksi chlamydia. Infeksi ini lazimnya dikaitkan dengan masalah ketidaksuburan pada wanita.
Masih sangat sedikit yang diketahui tentang dampak penyakit menular seksual ini terhadap kesuburan pria. Riset tersebut mengungkap pengaruh infeksi penyakit kelamin terhadap pertumbuhan sperma di dalam testis. Sekaligus, ini mengingatkan para pasutri agar ekstra waspada terhadap penyakit seksual yang bisa saja menular tanpa tanda-tanda yang nyata.
Impotensi
Penyebab lainnya adalah impotensi. Masalah impotensi pada pria dapat muncul sejak lahir atau pun baru dialami pada usia-usia berikutnya.
Bahkan tidak sedikit pria yang pernah mengalami gangguan impotensi pada salah satu tahap dalam kehidupan mereka. Penyebab impotensi beragam. Antara lain trauma psikis, kondisi malnutrisi, relasi suami istri yang kurang harmonis, penyakit berat yang diderita pada usia dini, serta pola pengasuhan orang tua yang kurang memadai pada masa kanak-kanak.
Hernia
Ada pula masalah hernia. Hernia atau pun operasi hernia memang diketahui menjadi salah satu penyebab masalah infertilitas pada sejumlah pasien pria. Ini terjadi ketika hernia atau operasi hernia mengakibatkan vas deferens tertekan atau rusak, sehingga aliran sperma saat pria ejakulasi pun terhambat.
Azoospermia
Anggaplah organ reproduksi berada dalam kondisi sehat. Pada sisi lain, bisa saja justru benih pasutri yang bermasalah. Ketika pria mengalami ejakulasi, boleh jadi air maninya tidak mengandung sperma. Kondisi ini disebut azoospermia.
Azoospermia bisa disebabkan oleh testis yang tidak menghasilkan sperma sama sekali. Atau, jumlah sperma yang diproduksi amat sangat sedikit, sehingga tidak cukup keluar saat pria ejakulasi.
Azoospermia bisa diakibatkan oleh faktor lain. Testis memproduksi sperma secara normal. Namun ada penyumbatan pada saluran reproduksi pria, sehingga sperma tersebut tidak dapat bercampur dengan air mani saat ejakulasi.
Agar bisa membuahi sel telur, sperma suami memang harus memadai. Baik kuantitas maupun kualitasnya. Tapi, wahai calon ayah, jangan salah kaprah. Agar produksi spermanya sehat, suami harus tahu sejak jauh hari kondisi kesehatannya. Pemeriksaan pra kehamilan bagi suami, antara lain, ditujukan untuk memastikan si calon ayah memiliki berat badan ideal.
Studi Jorge Chavarro, asisten profesor di bidang nutrisi dan epidemiologi dari Harvard School of Public Health (HSPH), dan para koleganya menghasilkan temuan penting.
Pria yang mengalami kelebihan berat badan bahkan mengidap obesitas punya kecenderungan lebih tinggi untuk memproduksi sperma dengan jumlah lebih sedikit. Bahkan bisa juga tanpa sperma sama sekali. Ini jelas mempersulit pembuahan terhadap sel telur.
Ketidaksuburan dengan penyebab yang tak terjelaskan
Ada satu lagi faktor yang melatarbelakangi ketidaksuburan. Faktor ini bisa dibilang paling misterius. Situasinya tergambar di film komedi romantis Maybe Baby yang diperankan oleh Rowan Atkinson (Mister Bean!) sebagai seorang dokter obstetri dan ginekologi.
Saat memeriksa salah seorang pasien, Rowan menyebut pasiennya itu memiliki organ reproduksi yang sehat, bebas dari penyakit, dan memproduksi sel telur yang berkualitas.
Baca Juga : Periksa Kesuburan Wanita
Tapi, dengan kondisi sesempurna itu, mengapa pasien tetap tak kunjung hamil? Rowan mendiagnosis pasiennya itu mengalami kondisi non specific infertility. Juga disebut unexplained infertility ketidaksuburan dengan penyebab yang tak terjelaskan.
Masih banyak lagi sumber ketidaksuburan yang baru bisa dipastikan setelah pasutri menjalani pemeriksaan secara individual. Dengan pemeriksaan secara menyeluruh, dokter akan membangun diagnosis tentang kondisi pasutri sekaligus memberikan rekomendasi tentang solusi yang dapat mereka ambil.
Untuk memperoleh gambaran lebih jauh tentang sebab-musabab ketidaksuburan, ayo ikuti informasi-informasi insightful di Instagram Bocah Indonesia ya.
Prosedur Tes Kesuburan
Prosedur awal tes kesuburan biasanya dilakukan Anamnesa atau pengkajian rekam medis pasien secara menyeluruh. Kemudian dokter melakukan pemeriksaan ultrasonografi terhadap istri, sementara suami menjalani pemeriksaan sperma.
Untuk pemeriksaan lanjutan, jika dibutuhkan, dokter akan memeriksa calon bunda dengan metode hysterosalpingography (HSG). Lalu, dokter akan menyelenggarakan sesi konsultasi kepada pasutri berdasarkan hasil kedua pemeriksaan tersebut.
Tes Kesuburan Dengan Paket Sadar Subur
Untuk tes kesuburan dan pemeriksaan awal yang lebih lengkap, Bocah Indonesia menawarkan paket Sadar Subur. Pada Paket ini, Ayah Bunda akan mendapatkan:
- Konsultasi Dokter Kandungan (Obgyn)
- Konsultasi Andrologi
- Analisa Sperma
- USG Trans V
- Tes Hormon AMH
- HyFoSy
Khusus selama bulan Juni 2021, Bocah Indonesia memberikan penawaran spesial. Setiap pengambilan paket Sadar Subur, Ayah Bunda akan mendapatkan prosedur Kalsium Ionofor secara cuma-cuma apabila mengambil program bayi tabung di Bocah Indonesia.
Silakan klik Daftar Layanan Sadar Subur untuk mendapatkan gambaran rinci tentang paket-paket istimewa pemeriksaan kesuburan. Anda juga dapat menghubungi kami di Whatsapp atau telepon call center kami disini.
Referensi:
- Jaadla, H., Reid, A., Garrett, E. et al. Revisiting the Fertility Transition in England and Wales: The Role of Social Class and Migration. Demography 57, 1543–1569 (2020).
- Sengupta P, Dutta S, Krajewska-Kulak E. The Disappearing Sperms: Analysis of Reports Published Between 1980 and 2015. Am J Mens Health. 2017 Jul;11(4):1279-1304. doi: 10.1177/1557988316643383. Epub 2016 Apr 19. PMID: 27099345; PMCID: PMC5675356.
- Chavarro JE, Toth TL, Wright DL, Meeker JD, Hauser R. Body mass index in relation to semen quality, sperm DNA integrity, and serum reproductive hormone levels among men attending an infertility clinic. Fertil Steril. 2010 May 1;93(7):2222-31. doi: 10.1016/j.fertnstert.2009.01.100. Epub 2009 Mar 3. PMID: 19261274; PMCID: PMC2864498.
- Idahl, Annika & Boman, Jens & Kumlin, Urban & Olofsson, Jan. (2004). Demonstration of Chlamydia IgG antibodies in the male partner of the infertile couple is correlated with a reduced likelihood of achieving pregnancy. Human reproduction (Oxford, England). 19. 1121-6. doi: 10.1093/humrep/deh155.