Terapi PRP, Betulkah Efektif untuk Memperbaiki Endometrium?

terapi-prp

Ditinjau secara medis oleh dr. Fiona Amelia, MPH
Medical Writer


Ditulis oleh dr. Fiona Amelia, MPH · Tanggal diperbarui 31/10/2022

Platelet-rich plasma (PRP) bisa menjadi salah satu alternatif terapi untuk mencapai ketebalan endometrium yang optimal untuk suatu kehamilan. 

Dalam dunia medis, terapi platelet-rich plasma (PRP) telah banyak diaplikasi di bidang ortopedi, kedokteran olahraga, dan kecantikan. 

Pemanfaatannya antara lain untuk pemulihan dari cedera, peremajaan kulit, dan restorasi rambut. 

Tanya Ferly tentang Promil?

New CTA WA

Akhir-akhir ini, PRP mulai banyak digunakan di bidang kedokteran reproduksi, yakni untuk membantu mengatasi masalah infertilitas pada pasangan yang menjalani siklus bayi tabung. 

Khususnya, pada wanita dengan endometrium (dinding rahim) yang tipis atau mengalami kegagalan implantasi berulang.

Untuk mengetahui bagaimana terapi PRP ini bekerja, mari pahami terlebih dulu peran endometrium dalam proses kehamilan.

Pentingnya Endometrium yang Reseptif Dalam Proses Implantasi dan Kehamilan

Kehamilan dimulai melalui proses konsepsi atau fertilisasi, yakni dibuahinya sel telur oleh sel sperma. 

Meski demikian, seorang wanita baru benar-benar dikatakan hamil ketika embrio sudah ber implantasi (“menempel”) pada endometrium. Implantasi biasanya berlangsung antara 6-10 hari setelah pembuahan.

Keberhasilan proses implantasi ini dipengaruhi oleh faktor kualitas embrio, endometrium yang reseptif, dan waktu terjadinya implantasi. 

Meski kualitas embrio baik, namun bila timing-nya tidak tepat dan jaringan endometrium tidak reseptif, maka kehamilan akan gagal. 

Endometrium akan menjadi reseptif untuk implantasi embrio sekitar 6 hari setelah ovulasi dan tetap reseptif selama 4 hari berikutnya. 

Periode ini disebut dengan window of implantation. Kala endometrium reseptif, dinding rahim akan memungkinkan embrio menempel dan “mengakar” sehingga proses kehamilan selanjutnya bisa berlangsung. 

Endometrium yang reseptif memiliki ketebalan yang optimal untuk implantasi. Ini karena selama proses implantasi, endometrium akan mengalami perubahan yang signifikan. 

Jaringannya menjadi kaya akan reseptor untuk faktor pertumbuhan, sitokin, dan zat-zat gizi yang menunjang perkembangan embrio dan kesuburan endometrium itu sendiri. 

Ketebalan endometrium minimum yang diperlukan untuk keberhasilan implantasi adalah 7 mm. Bila kurang dari 7 mm, maka endometrium dianggap tipis

Pada program bayi tabung, kasus endometrium tipis ini terjadi pada 2,4 persen pasangan dan berkaitan angka implantasi dan kehamilan yang lebih rendah. 

Dan meskipun ada laporan bahwa kehamilan bisa terjadi pada ketebalan endometrium 4-5 mm, studi menunjukkan bahwa ketebalan endometrium kurang dari 6 mm berhubungan dengan peluang kehamilan yang lebih rendah dan kegagalan implantasi berulang (repeated implantation failure/RIF).

Terapi PRP Untuk Meningkatkan Reseptivitas Endometrium

Dari fakta-fakta di atas, dapat disimpulkan bahwa salah satu cara untuk meningkatkan angka keberhasilan kehamilan pada program bayi tabung adalah dengan mempertebal endometrium sebelum proses transfer embrio, supaya lebih reseptif untuk implantasi. 

Beberapa cara yang sudah sering digunakan untuk mengatasi endometrium tipis, antara lain dengan adhesiolisis histeroskopis (menghilangkan perlengketan), manipulasi hormonal, serta obat-obatan spesifik untuk memperbaiki aliran darah ke endometrium.

Kini, ada cara baru yang tampak menjanjikan untuk mengobati endometrium tipis. Yakni, melalui terapi platelet-rich plasma atau PRP. 

Terapi ini masih bersifat eksperimental dan banyak diuji pada kasus-kasus wanita infertil dengan endometrium tipis, riwayat kegagalan implantasi berulang (RIF), endometritis (peradangan dinding rahim) kronis, dan sindrom Asherman (perlengketan jaringan endometrium pasca kuretase).

Platelet-rich plasma berasal dari darah segar pasien (autolog) yang disentrifugasi dan menghasilkan trombosit konsentrasi tinggi. 

Selain trombosit, PRP juga mengandung faktor pertumbuhan dan sitokin, seperti vascular endothelial growth factor (VEGF), platelet-derived growth factor (PDGF), epidermal growth factor (EGF), transforming growth factor (TGF), serta zat-zat lain yang mendukung proses regenerasi dan penyembuhan jaringan. 

Hasil studi in vitro (di laboratorium) menemukan bahwa pemberian PRP dapat memperbaiki reseptivitas endometrium dengan mendorong proliferasi sel dan vaskularisasi, meningkatkan ekspresi zat-zat antiinflamasi (anti peradangan), serta mengurangi radikal bebas dan fibrosis (jaringan parut) pada jaringan.

Studi-studi pada manusia cukup banyak dilakukan dan hasilnya masih pro dan kontra. Hasil studi terkini menunjukkan bahwa terapi PRP mungkin bermanfaat untuk meningkatkan reseptivitas endometrium. 

Akan tetapi, diperlukan studi yang lebih besar dengan protokol yang terstandar sehingga bisa ditentukan apakah memang terapi ini efektif.

Siapa Saja Yang Dapat Menjalani Terapi PRP?

Terapi PRP diindikasikan bagi wanita yang:

  • memiliki endometrium tipis atau sulit mempertebal endometrium sebelum proses transfer embrio 
  • telah mengalami kegagalan implantasi sebanyak dua kali atau lebih (RIF)
  • telah di diagnosis mengalami disgenesis endometrium (tidak berkembang)

Perlu diperhatikan bahwa meski ada indikasi, pengobatan mungkin tidak dilakukan demi keselamatan pasien, misalnya ketika jumlah trombosit di bawah nilai normal.

Proses Terapi PRP

Proses pemberian PRP itu sendiri tidak memakan waktu lama, yakni hanya sekitar 10 menit, serta tidak nyeri. Prosesnya melibatkan infus PRP ke dalam endometrium. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

  1. Di hari terapi, proses pengobatan dimulai dengan pengambilan darah sebanyak 10 mL.
  2. Darah disentrifugasi sekitar 5-10 menit.
  3. Embriolog akan mengumpulkan plasma yang telah terkonsentrasi dengan trombosit, sebagai persiapan untuk infus.
  4. PRP diinfuskan ke dalam rongga rahim melalui kateter. Anda diminta untuk beristirahat 10-15 menit setelah proses selesai.
proses-terapi-prp

Bagaimana Dengan Keamanan Terapi PRP?

Terapi PRP bisa dikatakan cukup aman karena berasal dari darah pasien itu sendiri (autolog). Risiko reaksi penolakan oleh tubuh ataupun terjangkit penyakit menular sangat minimal. 

Selain itu, terapi ini juga kurang invasif oleh karena diproduksi dari darah tepi. Prosesnya hanya melibatkan pengambilan darah seperti pada umumnya.

Meski demikian, tetap ada hal-hal yang masih membatasi penerapannya, seperti:

  • Masih sedikit hal yang diketahui soal dosis dan timing terbaik untuk memberikan PRP di endometrium. 
  • Perlu ada studi berskala besar, dengan standar yang sama antara kelompok terapi dan kelompok kontrol. Protokol pengobatan juga harus jelas sesuai dengan dugaan penyebab kegagalan implantasi sehingga bisa disimpulkan siapa kandidat terbaik untuk terapi PRP ini. 
  • Masih belum jelas apakah kualitas dan efektivitas PRP yang diekstraksi dari darah pasien dengan kelainan darah seperti peradangan (misalnya pada endometritis kronis, infeksi saluran napas), leukemia, atau trombositopenia itu berbeda dengan orang sehat. 
  • Belum ada studi soal dampak kesehatan jangka panjang terapi PRP pada pasien, misalnya risiko untuk terjadinya kanker rahim, serta ada tidaknya dampak negatif pada keturunan yang dihasilkan.

Penutup

Meski sudah banyak bukti ilmiah yang mendukung, efektivitas terapi PRP masih belum konsisten. Diperlukan studi yang lebih besar dan lebih berkualitas untuk menentukan populasi pasien yang betul-betul mendapat manfaat terbesar dari terapi ini.

cheer

Kenali lebih dalam mengenai PRP (Platelet-rich plasma) untuk mencapai ketebalan endometrium yang bagus untuk kehamilan

Jika Anda ingin konsultasi, Anda bisa isi form di samping ini. Tim kami akan segera menghubungi Anda.

  • Lin Y, Qi J, Sun Y. Platelet-rich plasma as a potential new strategy in the endometrium treatment in assisted reproductive technology. Frontiers in endocrinology. 2021 Oct 18;12:707584. 
  • Mouanness M, Ali-Bynom S, Jackman J, Seckin S, Merhi Z. Use of Intrauterine Injection of Platelet-rich Plasma (PRP) for Endometrial Receptivity and Thickness: a Literature Review of the Mechanisms of Action. Reproductive Sciences. 2021 Jun;28(6):1659-70.
  • Nazari L, Salehpour S, Hoseini S, Zadeh Modarres S, Ajori L. Effects of autologous platelet-rich plasma on implantation and pregnancy in repeated implantation failure: a pilot study. International journal of reproductive biomedicine. 2016 Oct;14(10):625.
  • Zamaniyan M, Peyvandi S, Heidaryan Gorji H, Moradi S, Jamal J, Yahya Poor Aghmashhadi F, Hossein Mohammadi M. Effect of platelet-rich plasma on pregnancy outcomes in infertile women with recurrent implantation failure: a randomised controlled trial. Gynaecological Endocrinology. 2021 Feb 1;37(2):141-5
Share:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Hari terakhir untuk hemat 11%
Checkout Sekarang

Hari
Jam
Menit
Detik
doctors
Buat Janji