Mengenal Sel Telur: Fungsi, Struktur, dan Pengaruh Usia terhadap Kesuburan

Fungsi Sel Telur dalam Proses Reproduksi Wanita

Sel telur (ovum) adalah sel gamet wanita yang bersifat haploid dan mengandung 23 kromosom. Fungsinya adalah menyediakan setengah materi genetik dalam proses fertilisasi, serta mendukung perkembangan embrio melalui sitoplasma dan organel penting seperti mitokondria.

Sel telur adalah sel kelamin perempuan yang bertanggungjawab dalam proses reproduksi wanita. Sel ini, yang dibentuk melalui proses oogenesis, memiliki potensi untuk berkembang menjadi organisme baru ketika bersatu dengan sel sperma.

Sel telur bersifat haploid, yakni mengandung setengah jumlah kromosom yang ditemukan dalam sel induk.

Bagaimana Anatomi dan Struktur Sel Telur?

Sel telur atau bahasa medisnya ‘ovum’, terdiri dari tiga lapisan utama, yakni:

  • Korona radiata. Ini adalah lapisan terluar dari sel telur dan terdiri dari sel-sel folikuler. Sel-sel ini berperan dalam menutrisi dan memberi perlindungan pada sel telur.
  • Zona pelusida. Ini adalah lapisan tebal, transparan, dan tidak memiliki sel yang terletak di bawah korona radiata. Lapisan ini dibentuk oleh glikoprotein untuk menyokong struktur fisik sel telur. Zona pelusida berperan penting dalam proses fertilisasi, khususnya terkait ikatan sperma dengan sel telur dan mencegah lebih dari satu sel sperma membuahi sel telur (polispermia).
  • Membran vitelina. Lapisan ini adalah lapisan terdalam sel telur yang tipis dan transparan. Membran ini memberi perlindungan tambahan bagi sel telur.

Bagian dalam sel telur terdiri dari sitoplasma dan nukleus atau inti. Sitoplasma adalah substansi seperti gel yang “memegang” semua struktur internal sel, yang disebut organel. Semua aktivitas penting sel, yang menjaganya tetap hidup dan berfungsi normal, berlangsung di dalam sitoplasma. Di dalam sitoplasma terdapat mitokondria, yakni organel terpenting yang memasok sebagian besar energi untuk sel.


Tanya Mincah tentang Promil?

New CTA WA

Nukleus adalah “jantung” dari sel telur. Di dalam organ inilah terkandung materi genetik (DNA) yang sangat penting untuk perkembangan embrio. Sebuah sel telur, seperti juga sel sperma, mengandung separuh jumlah kromosom sel normal, yakni 23 kromosom. Setelah sel telur dan sperma bersatu melalui pembuahan, embrio yang dihasilkan akan memiliki total 46 kromosom normal.

Bagaimana Ukuran dan Jumlah Sel Telur pada Wanita?

Sel terlur

Sel telur adalah salah satu sel terbesar di dalam tubuh manusia, sedangkan sel sperma seringkali menjadi yang terkecil. Sel telur manusia memiliki diameter antara 0,13-0,2 mm, membuatnya bisa terlihat secara kasat mata. Sebaliknya, sel sperma berukuran 3-4 kali lebih kecil daripada sel telur, yakni sekitar 0,05-0,06 mm panjangnya, dan 0,005 mm lebar kepalanya.

Bagaimana Proses Perkembangan Sel Telur?

Sel telur berkembang dari sel-sel kecil di dalam ovarium, melalui berbagai tahap perkembangan, yang disebut dengan oogenesis. Setiap bulannya, masing-masing ovarium akan bergiliran melepaskan sel telur. Namun, bila salah satu ovarium tidak ada atau tidak berfungsi maka ovarium yang sehat akan terus menyediakan sel telur untuk dilepaskan.

Baca juga: Folikel – Fungsinya Pada Sistem Reproduksi Wanita

Proses oogenesis ini tidak bisa dilepaskan dari folikulegenesis, yakni proses di mana sel telur menjadi matur dan siap dibuahi. Di awal setiap siklus menstruasi, sebanyak 10-20 folikel primer mulai berkembang. Perkembangan folikel ini dipengaruhi oleh follicle-stimulating hormone (FSH), yang dikeluarkan ke dalam darah oleh kelenjar pituitari otak. Pada hari ke-9 siklus menstruasi, hanya satu folikel yang nantinya akan terus berkembang dan melepaskan sel telur. Sisanya, akan mengalami degenerasi. Setelah sel telur matur, kurang lebih di hari ke-14, terjadi lonjakan luteinizing hormone (LH). Lonjakan hormon ini akan memicu folikel yang telah matang untuk melepaskan sel telur matur dalam 24-36 jam kemudian. Inilah yang dikenal dengan sebutan ovulasi. Selanjutnya, sel telur yang mengalami ovulasi akan bergerak ke arah saluran tuba falopii dan siap dibuahi oleh sel sperma.

Baca juga: Fakta Mengenai Sel Telur dan Efeknya pada Kehamilan

Seiring bertambahnya usia, akan ada sel telur yang terus berproses menjadi matur. Namun, ada pula yang tetap tidak aktif selama bertahun-tahun sebelum akhirnya matur, dan ada pula yang tidak pernah berkembang sepenuhnya.

Apa Fungsi dari Sel Telur?

Fungsi utama dari sel telur yakni menyediakan setengah dari materi genetiknya saat dibuahi oleh sel sperma, membentuk zigot, lalu embrio, dan selanjutnya berkembang menjadi individu baru. Fungsi lain dari sel telur, yaitu:

  • Sel telur kaya akan komponen sitoplasma, seperti kuning telur (egg yolk), yang menyediakan nutrisi penting bagi embrio yang sedang berkembang.
  • Sel telur melepaskan sinyal-sinyal kimia dan molekul yang menarik sel sperma dan memfasilitasinya masuk ke dalam sel telur selama proses pembuahan.
  • Setelah pembuahan terjadi, sel telur mengubah potensial membran dan proses biokimia di dalamnya agar zigot (hasil penyatuan sel telur dan sel sperma) teraktivasi untuk pembelahan sel dan perkembangan embrio.
  • Sel telur membantu mencegah pembuahan oleh banyak sel sperma, memastikan bahwa hanya satu sperma yang berhasil membuahi sel telur.

Bagaimana Cara Mengetahui Fungsi Sel Telur yang Baik?

Sel telur yang berfungsi baik tentu memiliki kualitas yang baik. Namun sayangnya, tidak ada tes atau pemeriksaan yang bisa langsung memeriksa kualitas sel telur. Teknik terbaik yang ada untuk menilai kualitas sel telur adalah mengukur apa yang disebut sebagai cadangan ovarium (ovarian reserve). Pemeriksaannya disebut tes cadangan ovarium atau ovarian reserve testing.

Tes ini biasanya dilakukan untuk mengevaluasi potensi kesuburan seorang wanita. Hasil pemeriksaan tersebut akan diinterpretasikan sebagai perbandingan dengan wanita yang seusia dengan individu yang diperiksa. Tes cadangan ovarium terdiri dari tes darah yang mengukur kadar hormon FSH dan anti-mullerian hormone (AMH), serta pemeriksaan ultrasonografi transvaginal untuk memperkirakan jumlah sel telur seorang wanita (anthral follicle count/AFC). Hasil pemeriksaan ini dapat membantu memprediksi seberapa baik respon individu terhadap fertility treatment, salah satunya program bayi tabung.

Baca juga: Tes AMH (Anti-Mullerian Hormone) Untuk Program Hamil (bocahindonesia.com)

Satu-satunya cara untuk mengetahui apakah kualitas sel telur itu baik—dalam arti mampu menghasilkan embrio dengan DNA yang normal—adalah dengan mencoba membuahinya dengan sel sperma. Bila pembuahan berhasil, lakukan tes genetik pada embrio untuk mengetahui apakah DNA yang terbentuk normal atau tidak.

Usia adalah Faktor Utama yang Menentukan Fungsi dan Kualitas Sel Telur

Studi menunjukkan bahwa pengaruh usia terhadap kualitas sel telur bersifat konsisten dan universal. Beberapa statistik berikut mendukung pernyataan ini:

  • American Society for Reproductive Medicine melaporkan bahwa peluang wanita di bawah usia 30 untuk mendapatkan kehamilan alami setiap bulannya adalah sebesar 25 persen. Peluang ini turun ke 20 persen untuk wanita di atas 30 tahun. Dan di usia 40 tahun, peluang wanita untuk hamil secara alami setiap bulannya hanya 5 persen.
  • Program bayi tabung, yang dipercaya efektif untuk mengatasi infertilitas terkait usia, ternyata tidak selalu demikian. Tingkat keberhasilan program bayi tabung menggunakan sel telur wanita itu sendiri di usia yang sama ketika memulai program tersebut. Peluang keberhasilan akan turun drastis di usia 30-an dan di bawah 5 persen untuk wanita di atas usia 44 tahun. Sebaliknya, tingkat keberhasilan untuk wanita yang menggunakan sel telur berusia muda—seperti dari donor sel telur atau sel telur mereka sendiri yang dibekukan sebelum usia 35 tahun—tetap stabil di sekitar 50-51 persen.
  • Kualitas sel telur menurun seiring bertambahnya waktu karena seorang wanita terpapar oleh banyak hal yang tidak bisa dihindari dalam kehidupan sehari-hari. Faktor-faktor seperti penyakit, racun, radikal bebas, dan paparan zat berbahaya dari lingkungan, semuanya dapat merusak DNA di dalam sel telur. Itu sebabnya, seiring menuanya seorang wanita, semakin besar peluangnya memiliki sel telur dengan genetik yang abnormal, yang berujung pada sulit hamil, keguguran, atau kelainan genetik pada bayi.
  • Di usia yang lebih tua, wanita yang akhirnya hamil lebih berisiko mengalami keguguran atau melahirkan bayi dengan kelainan genetik, seperti Sindrom Down. Dari hanya sekitar 0,2 persen di usia 20-an menjadi 5 persen di usia 40-an. Karena itu, sel telur yang dibekukan saat wanita belum mencapai usia 35 tahun lebih mungkin menghasilkan kehamilan yang sehat, bahkan bila baru akan digunakan bertahun-tahun kemudian.

Penutup

Fungsi utama sel telur adalah menyediakan setengah dari materi genetiknya untuk membentuk embrio baru saat dibuahi oleh sperma. Untuk menghasilkan embrio yang sehat, tentu kualitas sel telur harus baik pula. Hal-hal di atas menunjukkan sebuah fakta bahwa usia sel telur sangat menentukan kesuburan seorang wanita. Usia sel telur memengaruhi kemampuannya untuk dibuahi dan menghasilkan kehamilan yang sehat.

cheer

Jadwalkan Konsultasi

Jika Anda belum hamil setelah satu tahun usia pernikahan, kami menyarankan Anda untuk melakukan pemeriksaan kesuburan dengan spesialis fertilitas kami.

Buat janji konsultasi dengan menghubungi kami di (021) 50200800 atau chat melalui Whatsapp melalui tombol di bawah.

Referensi
  • Apricity. The human egg cell explained for egg donors. URL: https://www.apricityfertility.com/uk/blog/human-egg-cell-explained
  • Britannica. Ovum: structure, function, and fertilization. URL: https://www.britannica.com/science/ovum
  • Franasiak JM, Forman EJ, Hong KH, Werner MD, Upham KM, Treff NR, Scott Jr RT. The nature of aneuploidy with increasing age of the female partner: a review of 15,169 consecutive trophectoderm biopsies evaluated with comprehensive chromosomal screening. Fertility and sterility. 2014 Mar 1;101(3):656-63.
  • Microbe Notes. Egg cell: structure, types, functions and oogenesis. URL: https://microbenotes.com/egg-cell-ovum/#:~:text=The%20primary%20function%20of%20egg,to%20form%20a%20new%20individual
  • Shebl O, Ebner T, Sir A, Schreier-Lechner E, Mayer RB, Tews G, Sommergruber M. Age-related distribution of basal serum AMH level in women of reproductive age and a presumably healthy cohort. Fertility and sterility. 2011 Feb 1;95(2):832-4.
  • van Noord-Zaadstra BM, Looman CW, Alsbach H, Habbema JD, te Velde ER, Karbaat J. Delaying childbearing: effect of age on fecundity and outcome of pregnancy. British Medical Journal. 1991 Jun 8;302(6789):1361-5.
  • Wallace WH, Kelsey TW. Human ovarian reserve from conception to the menopause. PloS one. 2010 Jan 27;5(1):e8772.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Hari
Jam
Menit
Detik
doctors
Buat Janji