Apa Itu Preeklamsia? Penyebab, Gejala, dan Risiko bagi Ibu dan Janin

preeklamsia

Preeklamsia merupakan salah satu komplikasi kehamilan yang terjadi pada usia kehamilan lebih dari 20 minggu. Jika tidak segera ditangani, kondisi ini bisa berbahaya bagi ibu dan janin.

Bunda pernah mendengar istilah preeklamsia? Mungkin istilah ini sudah tidak asing lagi. Salah satu komplikasi ibu hamil yang sering tidak disadari. Padahal jika kondisinya tidak segera ditangani maka bisa berbahaya bagi ibu dan juga janin.

Preeklamsia merupakan komplikasi kehamilan yang cukup sering terjadi, terutama pada kehamilan berisiko tinggi, seperti kehamilan pertama, usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 40 tahun, memiliki riwayat preeklamsia, obesitas, hipertensi, diabetes, hingga autoimun.

Apa Itu Preeklamsia?

Preeklamsia adalah kondisi terjadinya tekanan darah yang meningkat disertai  dengan adanya protein dalam urine, sebab pada urine yang normal tidak mengandung protein. Kondisi ini terjadi pada ketika kehamilan memasuki usia 20 minggu. Preeklamsia terjadi saat plasenta janin yang tidak berfungsi semestinya yang disebabkan oleh kelainan.

Bisa disebabkan oleh gangguan kesehatan, seperti gizi buruk, kadar lemak yang tinggi dalam tubuh, maupun aliran darah yang kurang ke rahim. Bahkan preeklamsia juga bisa disebabkan karena adanya faktor genetik. Jika kondisi ini tidak segera ditangani sehingga kondisinya parah dan disertai kejang bisa berkembang menjadi eklamsia.


Tanya Mincah tentang Promil?

New CTA WA

Eklamsia merupakan kondisi preeklamsia yang lebih parah. Biasanya ditandai dengan kejang bahkan bisa berujung koma. Oleh sebab itu, preeklampsia harus segera ditangani.

Baca juga: Pentingnya Memahami Plasenta Anterior dalam Kehamilan

Apa Penyebab Preeklamsia?

Preeklamsia belum diketahui penyebabnya secara pasti. Kondisi ini bisa terjadi plasenta, organ yang berperan menyalurkan darah dan nutrisi untuk janin tidak berperan dengan baik.

Kelainan pada plasenta bisa menyebabkan pembuluh darah menyempit sehingga dapat menimbulkan reaksi pada ibu hamil pada perubahan hormon.

Beberapa penyebab pembuluh darah bisa tidak berfungsi dengan semestinya, seperti:

  • Adanya kerusakan pada pembuluh darah
  • Aliran darah kurang menuju rahim
  • Adanya masalah atau gangguan pada sistem imun tubuh
  • Faktor genetik

Beberapa faktor risiko yang diduga dapat memicu preeklamsia, seperti:

  • Kehamilan pertama
  • Memiliki riwayat preeklamsia sebelumnya
  • Memiliki riwayat preeklamsia pada anggota keluarga
  • Hamil pada usia kurang dari 20 atau lebih dari 40 tahun
  • Mengalami berat badan berlebihan pada saat hamil atau obesitas
  • Gangguan autoimun
  • Memiliki riwayat tekanan darah tinggi
  • Memiliki riwayat diabetes tipe 1 dan 2

Gejala Preeklamsia

Preeklamsia pada umumnya memiliki gejala utama tekanan darah tinggi (hipertensi). Gejala ini biasanya terdeteksi pada saat melakukan pemeriksaan kehamilan. Beberapa gejala umum preeklamsia yang mungkin dialami, yakni:

  • Sesak napas
  • Sakit kepala berat
  • Pandangan kabur
  • Penglihatan sensitif terhadap cahaya
  • Mual dan muntah
  • Tekanan darah tinggi
  • Frekuensi buang air kecil serta volume urine menurun
  • Beberapa bagian tubuh mengalami bengkak, seperti wajah, tangan, dan tungkai
  • Kenaikan berat badan secara tiba-tiba

Cara Mendiagnosis Preeklamsia

Pada saat diagnosis preeklamsia, dokter akan menanyakan kepada pasien tentang riwayat kesehatan ibu hamil maupun keluarganya.

Kemudian dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, seperti pemeriksaan tekanan darah, denyut nadi, frekuensi pernapasan, hingga suhu tubuh.

Jika tekanan darah pada ibu hamil terdeteksi tinggi maka dokter akan melakukan pemeriksaan penunjang untuk memastikan apakah kondisi tersebut preeklamsia. Dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan, seperti:

  • Tes urine dilakukan untuk mengetahui kadar protein dalam urine
  • Tes darah untuk mengetahui jumlah trombosit darah, fungsi hati, dan ginjal
  • Ultrasonografi (USG) untuk memeriksa perkembangan janin
  • USG doppler untuk mengetahui efisiensi aliran darah ke plasenta

Ibu hamil dapat didiagnosis mengidap preeklamsia jika mengalami beberapa kondisi, seperti:

  • Pusing dan sakit kepala
  • Jumlah trombosit rendah
  • Adanya penumpukan cairan pada paru-paru
  • Terdapat tanda-tanda kerusakan pada ginjal atau hati

Preeklamsia Berat

Preeklamsia berat atau PEB ditandai dengan tekanan darah tinggi (hipertensi) yang mencapai 160/110 mmHg atau lebih yang disertai proteinuria atau edema pada usia kehamilan mencapai 20 minggu atau lebih.

Kondisi ini merupakan sindrom pada kehamilan yang ditandai dengan penurunan perfusi organ akibat adanya aktivasi endotel dan vasospasme yang ditandai dengan peningkatan protein dalam urine serta tekanan darah. Kondisi ini merupakan komplikasi kehamilan yang cukup serius.

Gejalanya pun meliputi:

  • Terdapat tanda-tanda pada masalah sistem saraf, seperti sakit kepala parah, penglihatan kabur
  • Tekanan darah mencapai lebih dari 160/110 mmHg
  • Jumlah trombosit rendah
  • Peningkatan kadar enzim hati
  • Jumlah urine keluar sangat rendah kira-kira kurang dari 500 ml dalam 24 jam
  • Muncul masalah pernapasan, seperti edema paru

Preeklamsia Ringan

Preeklamsia ringan ditandai dengan tekanan darah mencapai 140/90 mmHg. Kondisi ini terjadi ketika usia kehamilan Bunda mencapai 20 minggu. Bahkan pada beberapa kasus bisa terjadi lebih awal. Jika tidak segera ditangani, komplikasi ini bisa membahayakan bagi organ-organ tubuh lainnya.

  • Preeklamsia ringan memiliki gejala tekanan darah mencapai 140/90 mmHg – 160/110 mmHg
  • Terdapat protein di dalam urine
  • Terdapat penimbunan cairan (edema) pada perut, betis, wajah, punggung, atau tangan

Baca juga: Vaksinasi Kehamilan, Bunda dan Bayi Terselamatkan

Bagaimana Cara Mengobati Preeklamsia?

Pengobatan preeklamsia dapat dilakukan sesuai dengan gejala yang muncul. Penanganan ini bisa dilakukan dengan mengonsumsi obat-obatan, rawat jalan, maupun rawat inap.

Jika perawatan ini dilakukan dengan obat-obatan maka dokter akan memberikan resep obat-obatan, seperti:

  • Antihipertensi
  • Kortikosteroid
  • MgSO4

Jika kondisi tersebut semakin parah, maka diperlukan perawatan di rumah sakit agar kondisi tetap terpantau. Selama pasien melakukan perawatan, dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan, seperti tes darah, non stress test/NST (menilai denyut jantung janin dan responsnya terhadap gerakan janin), dan USG secara rutin.

Pengobatan rawat inap dilakukan apabila Bunda mengalami hipertensi dan kondisi urine mengandung protein selama kurang lebih 2 minggu.

Jika Bunda memerlukan pengobatan rawat jalan, maka akan diperbolehkan pulang jika adanya perbaikan gejala dan tanda-tanda preeklamsia sudah berkurang. Namun, Bunda akan tetap diobservasi oleh dokter untuk meminimalisir kondisi tersebut.

Bagaimana Pencegahan Preeklamsia?

Preeklamsia bukanlah suatu kondisi yang dapat dicegah dengan cara khusus. Namun, Bunda dapat mengatasinya dengan menurunkan risiko tersebut. Berikut beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menurunkan risikonya.

  • Melakukan kontrol kehamilan secara rutin
  • Membatasi konsumsi makanan mengandung garam yang tinggi
  • Melakukan olahraga teratur
  • Tidak merokok dan hindari mengonsumsi alkohol
  • Mengontrol tekanan darah dan gula darah terutama jika mengidap hipertensi dan diabetes
  • Mengonsumsi suplemen vitamin serta mineral sesuai anjuran dokter.

Jika Bunda mengalami kondisi ini pada saat kehamilan, segera periksakan diri ke dokter agar mendapat penanganan yang tepat. Ingat, jangan anggap remeh preeklamsia saat kehamilan.

cheer

Jika Anda mengalami tekanan darah yang tinggi dan protein yang berlebihan, kami memiliki layanan yang tepat untuk Anda. Segera isi formulir di bawah ini, tim kami segera menghubungi Anda!

Preeklamsia merupakan komplikasi kehamilan yang bisa menyebabkan kondisi serius. Segera melakukan pemeriksaan agar mendapat penanganan yang tepat

Avatar photo

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Hari
Jam
Menit
Detik
doctors
Buat Janji