6 Perbedaan Inseminasi dan Bayi Tabung yang Harus Anda Ketahui

perbedaan inseminasi dan bayi tabung

Merencanakan program hamil dengan bantuan teknologi diperlukan jika pasangan memiliki masalah dengan infertilitas. Pilihan untuk melakukan program hamil dengan bantuan teknologi ada berbagai macam pilihan, di antaranya inseminasi intrauterine (IUI) dan bayi tabung (IVF). Lantas, apa perbedaan inseminasi dan bayi tabung?

Inseminasi Buatan

Inseminasi buatan yang biasa dilakukan adalah metode inseminasi intrauterine (IUI) yang merupakan salah satu program kehamilan dengan teknik memasukkan sperma pasangan yang paling baik ke dalam rahim wanita untuk memudahkan proses pembuahan secara alami.

bayi tabung kembar

Tahapan inseminasi buatan

Masalah ketidaksuburan tidak hanya ada pada istri. Suami pun bisa mengalami kondisi serupa. Dengan demikian, akar masalah infertilitas bisa berada pada diri istri pada suami maupun pada keduanya. Baik dimensi fisik, psikis maupun relasi. Mari kita tinjau beberapa di antaranya.

1. Stimulasi sel telur

Pasangan suami istri akan diminta untuk kontrol ke dokter pada haid hari ke-2 atau ke-3 untuk USG dan melihat ketebalan dinding rahim dan jumlah folikel pada kedua ovarium, lalu akan dilakukan stimulasi dengan pemberian obat pembesar sel telur.

2. Pemantauan sel telur

Pasien wanita akan diminta untuk melakukan serangkaian control untuk memantau perkembangan folikel dengan menggunakan alat ultrasonografi (USG).

Tanya Ferly tentang Promil?

New CTA WA

3. Pemberian pemicu

Bila ukuran diameter folikel sudah mencapai 18 – 20mm maka pasien diberikan obat untuk memicu pematangan sel telur. Setelah menunggu 30 – 40 jam, pasien wanita akan melanjutkan ke proses inseminasi.

4. Pengambilan, pencucian, dan inseminasi

Pengambilan sperma pasien laki-laki akan dilakukan pada hari setelah prosedur inseminasi. Pasangan suami istri harus puasa berhubungan selama 3 – 5 hari. Sperma kemudian dicuci dengan medium khusus sebelum diinseminasikan ke dalam rongga rahim wanita. Selama sekitar 30 menit pasca tindakan, pasien wanita akan diminta berbaring.

5. Pemeriksaan tes kehamilan

Setelah proses inseminasi dilakukan, pasien wanita akan diberikan obat penguat kandungan selama menunggu antara 2 – 3 minggu. Ketika masa tunggu habis, tes kehamilan urin dapat dilakukan.

Bayi Tabung (IVF)

Prosedur bayi tabung atau IVF merupakan merupakan proses pembiakan embrio di laboratorium melalui hasil pembuahan sel telur wanita oleh sperma suami di luar tubuh (in vitro).

Proses pembuahan diobservasi dengan mikroskop selama 3 – 5 hari. Kemudian kualitas embrio secara seksama agar dapat menentukan embrio yang terpilih untuk transfer dan preservasi cryo.

Tahapan proses bayi tabung

Sama seperti halnya inseminasi, prosedur bayi tabung juga harus melalui beberapa tahapan, mulai dari pemeriksaan, kontrol, pengambilan sel telur, pembuahan, perkembangan embrio, penanaman embrio, hingga menunggu hasil.

1. Pemeriksaan

USG pada hari ke-2 haid untuk menghitung jumlah sel telur yang ada. Pada hari menstruasi kedua ultrasound (USG), pengecekan darah, dan histeroskopi diagnostic.

2. Penyuntikan obat pembesar sel telur

Dokter mulai memberikan suntikan pembesar sel telur yang dosisnya disesuaikan dengan kondisi wanita saat menjalani program.

3. Serial control

Ketika sel telur berukuran minimal 13mm, obat antipecah akan disuntikkan. Pemicu akan dilakukan 3 buah sel telur berukuran minimal 17 – 18mm.

4. Pengambilan sel telur

Sel telur dipetik (Ovum Pick Up) dilakukan minimal 36 jam setelah trigger dilakukan. Pasangan harus hadir di klinik satu jam sebelumnya.

5. Pembuahan

Bersama embriolog, sel telur yang dipetik akan diperiksa dan disiapkan untuk pembuahan. Pembuahan dapat dilakukan secara IVF konvensional atau ICSI.

6. Perkembangan embrio

Perkembangan embrio akan dipantau (khususnya pada hari pertama, tiga, dan lima pasca pembuahan) dan konsultasi embrio Bersama klinisi embriologi.

7. Penanaman embrio

Penanaman embrio dapat dilakukan mulai hari kedua sampai kelima setelah pembelahan. Proses pembekuan embrio akan dilakukan bila penanaman embrio tidak dapat dilakukan.

8. Menunggu hasil

Dua minggu setelah penanaman embrio, pasien wanita akan menjalani pemeriksaan darah untuk menilai apakah embrio berhasil menempel di rahim atau tidak, dan melakukan tes kehamilan.

Perbedaan Bayi Tabung dan Inseminasi

Meski sama-sama merupakan metode kehamilan dengan teknologi berbantu, inseminasi dan bayi tabung memiliki perbedaan. Dua metode tersebut masing-masing memiliki keuntungan dan kerugian. Berikut perbedaan metode kehamilan bayi tabung dan inseminasi.

  1. Metode bayi tabung memiliki tingkat keberhasilan lebih tinggi, sementara metode inseminasi tingkat keberhasilannya tidak sebesar bayi tabung.
  2. Teknik yang digunakan bayi tabung merupakan pengambilan sel telur dan dibuahi melalui media tanam di laboratorium, sementara inseminasi menggunakan teknik pemasukkan sperma ke dalam rahim wanita.
  3. Teknik metode bayi tabung lebih kompleks dibanding inseminasi. Teknik inseminasi lebih sederhana karena tidak perlu mengambil sel telur.
  4. Metode bayi tabung lebih memberikan peluang bagi wanita yang memiliki penyumbatan di tuba falopi sementara inseminasi tidak memberikan peluang nyata bagi kasus penyumbatan falopi.
  5. Harga metode bayi tabung lebih mahal dibandingkan inseminasi.
  6. Pembuahan bayi tabung dilakukan di luar rahim sementara pembuahan inseminasi terjadi di dalam rahim wanita.

Dalam metode bayi tabung, stimulasi ovarium harus dilakukan untuk bertujuan mendapatkan sel telur yang cukup sedangkan metode inseminasi, harus meminimalisir stimulasi ovarium agar menghindari risiko kehamilan ganda.

Efek Samping

Melakukan kehamilan berbantu teknologi baik bayi tabung dan inseminasi memiliki efek samping tertentu. Meski jarang terjadi namun bukan tidak mungkin bagi wanita yang menjalani program bayi tabung dan inseminasi mendapatkan efek samping.

Bayi tabung

Ketika menjalani segala tahapan bayi tabung, ada hal-hal yang perlu diperhatikan. Ketika melakukan ovum pick up (OPU) ada beberapa tanda-tanda seperti nyeri hebat di area perut, pendarahan, kembung berkepanjangan, mual, dan sesak napas.

Begitu pula dengan tahapan embryo transfer (ET) akan mengalami beberapa efek samping seperti pendarahan, rangsangan berlebih pada indung telur (OHSS), kehamilan ganda, hingga hamil di luar kandungan.

Inseminasi buatan

Perangsangan berlebih pada Indung Telur (Ovarian Hyperstimulation Syndrome – OHSS), hamil di luar kandungan, infeksi atau pendarahan saat pengambilan sel telur

Faktor Gagal Bayi Tabung

Meski proses bayi tabung memiliki kesempatan berhasil yang cukup baik, terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan program bayi tabung gagal, yaitu:

  1. Respons tubuh wanita tidak sejalan dengan pengobatan selama program.
  2. Usia sel telur bergantung pada usia ibu dan menjadi faktor kualitas dan kuantitas.
  3. Kualitas embrio kurang baik.
  4. Kelainan kromosom pada embrio.
  5. Gaya hidup merokok, minum minuman keras, dan berat badan berlebih.
  6. Disfungsi implantasi atau gagalnya penempelan embrio pada rahim.
cheer

Jadwalkan Konsultasi

Jika Anda belum hamil setelah satu tahun usia pernikahan, kami menyarankan Anda untuk melakukan pemeriksaan kesuburan dengan spesialis fertilitas kami.

Buat janji konsultasi dengan menghubungi kami di (021) 50200800 atau chat melalui Whatsapp melalui tombol di bawah.

  • Cohlen B, Bijkerk A, Van der Poel S, Ombelet W. IUI: Review and systematic assessment of the evidence that supports global recommendations. Hum Reprod Update. 2018;24(3):300-319. doi:10.1093/humupd/dmx041
  • Panda B, Mohapatra L, Sahu MC, Padhy RN. Success in pregnancy through intrauterine insemination at first cycle in 300 infertile couples: An analysis. J Obstet Gynaecol India. 2014;64(2):134-142. doi:10.1007/s13224-013-0484-1
  • American Society for Reproductive Medicine. Intrauterine insemination (IUI). 2016.
  • Zarei A, Mahboubi M, Parsanezhad ME, et al. Effects of piroxicam administration on pregnancy outcome in intrauterine insemination (IUI) cycles: A randomized clinical trial. Clin Exp Obstet Gynecol. 2016;43(2):225-229.
  • Merviel P, Heraud MH, Grenier N, Lourdel E, Sanguinet P, Copin H. Predictive factors for pregnancy after intrauterine insemination (IUI): An analysis of 1038 cycles and a review of the literature. Fertil Steril. 2010;93(1):79-88. doi:10.1016/j.fertnstert.2008.09.058
  • Nivin Todd, MD. Infertility and In Vitro Fertilization. URL: https://www.webmd.com/infertility-and-reproduction/guide/in-vitro-fertilization#4
  • Ali Darvishi, Reza Goudarzi , Viktoria Habib Zadeh, Mohsen Barouni. Cost-benefit Analysis of IUI and IVF based on willingness to pay approach; case study: Iran. Published: July 14, 2020 https://doi.org/10.1371/journal.pone.0231584
  • Anita Kuriya, Chioma Agbo, and Michael H. Dahan. Do pregnancy rates differ with intra-uterine insemination when different combinations of semen analysis parameters are abnormal?. J Turk Ger Gynecol Assoc. 2018 Jun; 19(2): 57–64. Published online 2018 Jun 4. doi: 10.4274/jtgga.2017.0082
Avatar photo
Share:

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

doctors
Buat Janji