Penyebab Hormon Testosteron Ayah Menurun

Penyebab Hormon Testosteron Ayah Menurun

Selain penurunan alami oleh usia, hormon testosteron pada Ayah juga dapat menurun karena beberapa hal. Cari tahu selengkapnya di sini. 

Testosteron rendah atau disebut juga hipogonadisme adalah kondisi di mana testis tidak memproduksi cukup testosteron. Kondisi ini memiliki beberapa penyebab, termasuk kondisi atau cedera yang memengaruhi testis, kelenjar pituitari, atau hipotalamus.

Bukan hanya pria lanjut usia yang terkena dampak testosteron rendah. Pria muda, bahkan bayi dan anak-anak, juga dapat mengalami masalah ini. Cari tahu apa saja yang membuat hormon testosteron menurun. 

Baca Juga: Mengenal Fungsi Hormon Prolaktin Pada Pria dan Wanita 

Peran Hormon Testosteron untuk Ayah

Testosteron merupakan hormon penting yang memiliki peran banyak dalam tubuh, terutama pada pria. Hormon ini esensial untuk pengembangan dan pemeliharaan jaringan reproduksi pria, termasuk testis dan prostat. 

Tanya Ferly tentang Promil?

New CTA WA

Testosteron juga merangsang produksi sperma, memengaruhi perkembangan ciri-ciri seksual sekunder seperti pertumbuhan rambut wajah dan tubuh, serta mengatur libido dan fungsi seksual. 

Selain itu, testosteron berperan dalam kesehatan otot, kepadatan tulang, distribusi lemak, dan produksi sel darah merah. Hormon ini juga dapat memengaruhi mood, tingkat energi, dan fungsi kognitif. 

Penting untuk diingat bahwa wanita juga menghasilkan sejumlah kecil testosteron yang berkontribusi pada kesehatan tulang, massa otot, dan libido. Ketidakseimbangan kadar testosteron, baik terlalu tinggi maupun terlalu rendah, dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan dan memerlukan perhatian medis.

Kadar Normal Hormon Testosteron

Kadar hormon testosteron pada pria yang normal adalah sekitar 300 hingga 1.000 nanogram per desiliter (ng/dL), dengan nilai terendah yang masih dapat ditoleransi sekitar 270 ng/dL. Rentang ini sangat penting untuk diagnosis dan pengobatan yang efektif serta pencegahan gangguan hormon pada pria.

Penting untuk melakukan pengukuran hormon secara teratur, terutama jika ada gejala atau masalah kesehatan tertentu yang mungkin terkait dengan ketidakseimbangan hormon. Tes hormon testosteron sebaiknya dilakukan pada pagi hari antara jam 7 hingga 10, karena pada waktu tersebut biasanya kadar testosteron pria mencapai puncaknya.

Jika hasil tes menunjukkan ketidaknormalan dan Ayah tidak memiliki masalah kesehatan tertentu, dianjurkan untuk melakukan tes berikutnya, mengingat kadar hormon dapat bervariasi dari hari ke hari. Tes yang konsisten dapat memberikan gambaran yang lebih akurat tentang status hormon tubuh.

Kadar Hormon Testosteron Rendah

The American Urology Association (AUA) menganggap kadar testosteron dalam darah yang rendah adalah kurang dari 300 nanogram per desiliter (ng/dL) untuk orang dewasa.

Namun, beberapa peneliti tidak setuju dengan hal ini dan berpendapat bahwa kadar di bawah 250 ng/dL adalah hormon testosteron yang dianggap rendah. Rendahnya testosteron lebih mungkin mempengaruhi orang yang:

  • Lebih tua.
  • Mengalami obesitas.
  • Memiliki diabetes tipe 2 yang tidak terkendali.
  • Mengalami sleep apnea obstruktif.
  • Memiliki kondisi medis kronis, seperti disfungsi ginjal atau sirosis hati.
  • Memiliki HIV/AIDS.

Baca Juga: 4 Manfaat Terapi Hormon untuk Program Hamil 

Penyebab Kadar Hormon Testosteron Rendah

Ada beberapa penyebab mungkin dari rendahnya testosteron. Dua jenis hipogonadisme pada pria adalah:

Penyebab hipogonadisme primer dan sekunder juga dibagi menjadi kongenital (sejak lahir) atau didapat (muncul belakangan pada masa kanak-kanak atau dewasa).

1. Hipogonadisme Primer (Gangguan pada Testis)

Kondisi Kongenital (Sejak Lahir)

  • Tidak adanya testis sejak lahir (anorchia).
  • Testis tidak turun (kriptorkidisme).
  • Hipoplasia sel Leydig (pengembangan sel Leydig di testis tidak sempurna).
  • Sindrom Klinefelter (kondisi genetik dengan kromosom X ekstra: XXY daripada XY).
  • Sindrom Noonan (gangguan genetik langka yang dapat menyebabkan pubertas tertunda, testis yang tidak turun, atau infertilitas).
  • Dystrophy myotonic (kelemahan otot yang progresif).

Kondisi Didapat:

  • Cedera atau pengangkatan testis.
  • Orkitis (peradangan satu atau kedua testis, sering disebabkan oleh infeksi bakteri atau virus seperti gondongan).
  • Kemoterapi atau terapi radiasi pada testis.
  • Jenis tumor tertentu.
  • Penggunaan steroid anabolik.

2. Hipogonadisme Sekunder (Gangguan pada Hipotalamus/Pituitari)

Kondisi kongenital (Sejak lahir):

  • Hipogonadisme hipogonadotropik terisolasi (kondisi yang menyebabkan kadar rendah hormon pelepas gonadotropin sejak lahir).
  • Sindrom Kallmann (kondisi genetik langka yang menyebabkan hilangnya perkembangan sel saraf di hipotalamus yang memproduksi hormon pelepas gonadotropin dan dapat menyebabkan kehilangan penciuman).
  • Sindrom Prader-Willi (gangguan multisistem genetik langka yang dapat menyebabkan disfungsi hipotalamus).

Kondisi Didapat:

  • Hipopituitarisme (disfungsi kelenjar pituitari yang dapat disebabkan oleh adenoma, penyakit infiltratif, infeksi, cedera, terapi radiasi, atau operasi).
  • Hiperprolaktinemia.
  • Kelebihan zat besi (hemokromatosis).
  • Cedera kepala atau otak.
  • Sindrom Cushing.
  • Sirosis hati.
  • Kegagalan ginjal.
  • HIV/AIDS.
  • Gangguan penggunaan alkohol.
  • Diabetes yang tidak terkendali dengan baik.
  • Obesitas.
  • Sleep apnea obstruktif.
  • Penggunaan obat tertentu, termasuk estrogen, obat psikoaktif, metoklopramid, opioid, leuprorelid, goserelin, triptorelin, dan inhibitor biosintesis androgen terbaru untuk kanker prostat.

Hal yang Membuat Hormon Testosteron Menurun

Ada beberapa kebiasaan atau faktor gaya hidup yang dapat berkontribusi pada penurunan hormon testosteron pada Ayah. Berikut adalah beberapa di antaranya:

1. Kurang Tidur

Kurang tidur atau tidur yang tidak berkualitas dapat menyebabkan penurunan produksi testosteron. Sebaiknya, usahakan Ayah mendapatkan tidur yang cukup setiap malam.

2. Stres Berlebihan

Stres kronis dapat meningkatkan kadar kortisol, hormon stres, yang pada gilirannya dapat menekan produksi testosteron. Upayakan Ayah dapat mengelola stres dengan teknik relaksasi, olahraga, atau aktivitas yang menyenangkan.

3. Kurangnya Aktivitas Fisik

Olahraga dan aktivitas fisik teratur dapat membantu menjaga kesehatan hormon, termasuk testosteron. Kegiatan fisik yang teratur dapat membantu mencegah penurunan hormon testosteron.

4. Polusi Lingkungan

Paparan zat-zat kimia berbahaya dalam lingkungan sehari-hari, seperti polutan udara atau senyawa kimia dalam produk rumah tangga, dapat berkontribusi pada penurunan hormon testosteron.

Baca Juga : Faktor-faktor Lingkungan yang Dapat Memengaruhi Kesuburan

5. Konsumsi Alkohol Berlebihan

Konsumsi alkohol yang berlebihan dapat merusak sel-sel Leydig yang memproduksi testosteron dalam testis. Jadi, sebaiknya Ayah batasi konsumsi alkohol untuk menjaga hormon testosteron tidak menurun.

6. Kurangnya Asupan Nutrisi

Gizi yang kurang lengkap, terutama zinc dan vitamin D, dapat mempengaruhi produksi testosteron. Pastikan untuk memiliki pola makan seimbang yang mencakup nutrisi yang dibutuhkan.

7. Obesitas

Kelebihan berat badan atau obesitas terkait dengan peningkatan kadar estrogen dan penurunan kadar testosteron pada pria. Menjaga berat badan yang sehat dapat membantu menjaga keseimbangan hormon.

8. Merokok

Rokok dapat merusak pembuluh darah dan merusak kesehatan vaskular yang dapat mempengaruhi aliran darah ke organ-organ seksual dan mengurangi produksi testosteron.

9. Konsumsi Gula Berlebihan

Makanan tinggi gula dapat berkontribusi pada resistensi insulin yang dapat mempengaruhi kadar testosteron. Membatasi konsumsi gula dan karbohidrat sederhana dapat bermanfaat untuk mempertahankan kadar hormon testosteron.

10. Kurangnya Paparan Matahari

Vitamin D, yang dihasilkan oleh tubuh saat terpapar sinar matahari, penting untuk kesehatan hormon termasuk testosteron. Kurangnya paparan matahari dapat menyebabkan defisiensi vitamin D.

11. Paparan BPA (Bisphenol-A)

BPA adalah senyawa kimia yang sering ditemukan dalam plastik dan paparan berlebihan dapat berhubungan dengan penurunan hormon testosteron. Cek lagi botol minum, tempat makan Ayah, apakah sudah bebas BPA atau belum. 

Penting untuk diingat bahwa kebiasaan ini tidak selalu menjadi penyebab menurunnya kadar testosteron.Jika Ayah memiliki kekhawatiran tentang tingkat testosteronnya, disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter untuk evaluasi lebih lanjut.

Untuk Ayah Bunda yang sedang menantikan momongan, yuk baca informasi terkait fertilitas, program hamil dan program bayi tabung hanya di Bocah Indonesia.

cheer

Jadwalkan Konsultasi

Jika Anda belum hamil setelah satu tahun usia pernikahan, kami menyarankan Anda untuk melakukan pemeriksaan kesuburan dengan spesialis fertilitas kami.

Buat janji konsultasi dengan menghubungi kami di (021) 50200800 atau chat melalui Whatsapp melalui tombol di bawah.

Referensi
  • Corona, G., Sforza, A., & Maggi, M. NCBI. Testosterone Replacement Therapy: Long-Term Safety and Efficacy. World Journal of Men’s Health (2017). 35(2), pp. 65–76. https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/28497912/
  • Mayo Clinic (2020). Testosterone Therapy: Potential Benefits and Risks as You Age.
  • Harvard Health Publishing. (2011). Testosterone Replacement: A Cautionary Tale. 
  • Urology Care Foundation. (2020). Low Testosterone: Symptoms, Diagnosis & Treatment. 
  • Cleveland Clinic.(2020).  Low Testosterone (Low T): Causes, Symptoms, Diagnosis & Treatment.
Avatar photo
Share:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

doctors
Buat Janji