Beranda » BLOG » Infertilitas » Infertilitas Wanita » Penyakit Addison – Penyebab, Gejala, Diagnosa dan Pengobatannya
Penyakit Addison – Penyebab, Gejala, Diagnosa dan Pengobatannya
Penyakit Addison, atau disebut insufisiensi adrenal, adalah penyakit langka yang terjadi ketika tubuh tidak memproduksi hormon tertentu dalam jumlah yang cukup.
Penyakit Addison tergolong insufisiensi adrenal primer yang bersifat didapat. Kondisi ini disebabkan oleh proses autoimun dan merupakan hal yang langka, namun berpotensi mengancam jiwa.
Kelainan pada penyakit ini dapat memengaruhi kemampuan tubuh dalam merespon stres dan mempertahankan fungsi-fungsi pentingnya untuk kehidupan. Kabar baiknya, dengan pengobatan dini dan tepat, sebagian besar pengidap penyakit Addison dapat tetap aktif, produktif, dan menjalani kehidupan yang normal.
Kelenjar adrenal adalah organ yang terletak tepat di atas ginjal. Sebagai bagian dari sistem endokrin, kelenjar ini menghasilkan dua hormon penting yang memengaruhi hampir semua organ dan jaringan di dalam tubuh, yakni hormon kortisol dan aldosteron. Kelenjar adrena juga memproduksi sejumlah kecil hormon seks, yaitu androgen.
Kelenjar adrenal terdiri dari dua bagian. Bagian dalam, yang disebut medula, menghasilkan hormon adrenalin. Sedangkan bagian luarnya, yakni korteks, menghasilkan sekelompok hormon yang disebut kortikosteroid. Hormon kortikosteroid itu sendiri mencakup:
Tanya Ferly tentang Promil?
- Glukokortikoid. Yang termasuk ke dalam hormon ini, termasuk kortisol, memengaruhi kemampuan tubuh dalam mengubah makanan menjadi energi. Hormon ini membantu mengatur kadar gula darah (glukosa) serta nafsu makan dan kadar lemak tubuh. Kelompok hormon ini juga berperan dalam respon peradangan sistem kekebalan tubuh dan membantu tubuh dalam merespon stres.
- Mineralokortikoid. Hormon mineralokortikoid utama yang dihasilkan oleh kelenjar adrenal adalah aldosteron. Hormon ini membantu mengatur kadar mineral natrium dan kalium dalam tubuh agar tekanan dan volume darah berada dalam rentang yang sehat.
- Androgen. Kelenjar adrenal menghasilkan sejumlah kecil hormon seks ini. Hormon androgen, yang mencakup testosteron, dehidroepiandrosteron (DHEA), dan DHEA sulfat, ada pada pria maupun wanita. Pada wanita, androgen mendorong perkembangan karakteristik seks sekunder, seperti rambut ketiak dan rambut pubis. Sedangkan pada pria, androgen memicu perkembangan seksual serta memengaruhi massa otot dan libido. Pada semua jenis kelamin, kadar androgen yang cukup memunculkan a sense of well-being atau perasaan sejahtera.
Penyebab penyakit Addison
Penyebab tersering dari penyakit Addison adalah proses autoimun. Penyakit ini dapat berkembang bila sistem kekebalan tubuh menyerang kelenjar adrenal dan merusak sebagian besar area korteks. Saat 90 persen korteks adrenal rusak, maka kelenjar ini tidak akan mampu memproduksi hormon dalam jumlah yang cukup.
Penyebab lain dapat berupa:
- Tuberkulosis.
- Infeksi lain pada kelenjar adrenal.
- Penyebaran kanker pada kelenjar adrenal.
- Perdarahan pada kelenjar adrenal.
- Obat-obatan yang menghambat kemampuan tubuh dalam menghasilkan glukokortikoid, seperti ketoconazole dan etomidate. Atau obat-obatan yang menghambat aksi glukokortikoid dalam tubuh, seperti mifepristone.
- Pengobatan kanker dengan obat-obatan yang tergolong penghambat checkpoint.
Faktor risiko penyakit Addison
Penyakit Addison dapat menyerang individu dari berbagai kelompok usia, namun paling banyak ditemukan pada individu berusia 30 hingga 50 tahun.
Sebagian besar individu dengan penyakit Addison tidak memiliki faktor-faktor yang membuat mereka berisiko lebih tinggi terkena kondisi tersebut. Namun, hal-hal berikut dapat meningkatkan risiko seseorang mengidap penyakit Addison:
- Memiliki riwayat penyakit atau operasi yang melibatkan kelenjar pituitari atau kelenjar adrenal.
- Individu dengan sindrom poliendokrin autoimun, sebuah kondisi langka yang diturunkan secara genetik di mana sistem imun tubuh secara keliru menyerang banditurunkan secara genetik di mana sistem imun tubuh secara keliru menyerang banyak jaringan dan organ.
- Perubahan genetik tertentu yang memengaruhi kelenjari pituitari atau kelenjar adrena. Ini termasuk perubahan gen yang menyebabkan penyakit bawaan hiperplasia adrenal kongenital.
- Memiliki kondisi endokrin autoimun lainnya, seperti hipotiroidisme atau diabetes tipe 1, anemia pernisiosa, penyakit Grave, dermatitis herpetiformis, vitiligo, dan myastenia gravis.
- Memiliki riwayat cedera fisik pada otak, yakni akibat benturan, pukulan, atau guncangan.
Gejala penyakit Addison
Gejala penyakit Addison biasa muncul secara perlahan, kerap kali selama berbulan-bulan. Penyakit ini dapat berkembang sangat lambat sehingga orang yang mengalaminya mungkin pada awalnya mengabaikan gejala yang timbul. Stres, seperti penyakit atau cedera, dapat memperburuk gejalanya.
Sebagian individu dengan penyakit Addison mengalami kelelahan dan kelemahan umum, kehilangan nafsu makan, dan penurunan berat badan. Gejala lain yang sering, mencakup:
- Kulit menjadi gelap, terutama di area wajah, leher, dan punggung tangan.
- Gejala saluran cerna, seperti mual dan muntah (bila disertai nyeri perut, dapat menjadi tanda krisis adrenal, suatu kondisi emergensi).
- Tekanan darah rendah disertai pusing dan rasa melayang setelah berdiri atau duduk.
- Kadar gula darah rendah (hipoglikemia)
- Nyeri otot dan sendi
- Keinginan berlebih untuk makan yang asin-asin
- Mudah tersinggung
- Depresi
- Pada wanita, haid yang tidak normal, berkurangnya rambut ketiak dan pubis, dan menurunnya gairah seksual.
Komplikasi penyakit Addison
Penyakit Addison yang tidak diobati dapat berkembang menjadi krisis Addisonian atau krisis adrenal akibat stres pada tubuh, seperti cedera, infeksi atau penyakit. Dalam kondisi normal, kelenjar adrenal akan menghasilkan 2-3 kali lipat jumlah kortisol dari biasanya, sebagai respon terhadap stres. Pada penyakit Addison, kelenjar adrenal tidak mampu meningkatkan jumlah kortisol sebagai respon terhadap stres, sehingga berujung kepada krisis adrenal.
Hal ini dapat menyebabkan situasi yang mengancam jiwa, yang ditandai dengan tekanan darah rendah, kadar gula darah rendah, dan kadar kalium darah tinggi. Kondisi ini memerlukan penanganan medis segera. Pada dasarnya, perawatan darurat diperlukan bila ditemukan:
- Kelemahan hebat
- Kebingungan hingga penurunan kesadaran
- Nyeri di punggung bawah atau tungkai bawah
- Nyeri perut hebat, muntah dan diare, yang menyebabkan dehidrasi
- Tekanan darah rendah
Penyakit Addison dan gangguan kesuburan
Studi juga menyebutkan bahwa penyakit Addison dapat menurunkan fertilitas pada pria maupun wanita. Pria, yang mengalami hipertiroidisme bersamaan dengan penyakit Addison, ditemukan oligospermia (jumlah sperma sedikit). Sedangkan sekitar 10-20 persen wanita dengan penyakit Addison autoimun mengalami insufisiensi ovarium primer sebelum usia 40 tahun.
Baca Juga : Insufisiensi Ovarium Primer: Penyebab, Gejala, Diagnosis, & Cara Mengobati
Akan tetapi, wanita dengan penyakit Addison yang terkendali, dapat mencapai kehamilan seceara spontan meski ada risiko komplikasi kehamilan baik pada ibu dan janin. Oleh sebab itu, wanita dengan penyakit Addison dan hamil harus betul-betul dipantau ketat oleh dokter yang familiar dengan kondisi tersebut. Perhatian khusus juga perlu diberikan pada obat-obat pengganti selama kehamilan.
Diagnosis penyakit Addison
Untuk menentukan apakah seseorang mengidap penyakit Addison, dokter akan menyarankan pemeriksaan-pemeriksaan berikut:
- Pemeriksaan darah. Tes ini bertujuan untuk memeriksa kadar natrium, kalium, kortisul, dan hormon adrenokortikotropin (ACTH). Sampel darah diambil pada pagi hari setelah bangun tidur, yakni sekitar jam 8 pagi, saat kadarnya seharusnya tinggi. Tes darah juga dapat mengukur antibodi yang berkaitan dengan reaksi autoimun pada penyakit Addison.
Baca Juga : Kelainan Autoimun, Faktor Tak Jadi Hamidun
- Tes stimulasi ACTH. ACTH memicu kelenjar adrenal untuk memproduksi hormon kortisol. Karenanya, tes ini mengukur kadar kortisol darah sebelum dan setelah individu diberikan suntikan ACTH sintetis. Tes stimulasi ACTH ini paling sering dilakukan untuk menetapkan diagnosis. Beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain:
- Sampel darah dapat diambil kapan saja untuk mengukur kadar kortisol dasar. Setelah itu, diberikan dosis tinggi ACTH melalui suntikan intravena. Sampel darah kemudian diambil lagi 30-60 menit kemudian untuk mengukur ulang kadar kortisol.
- Kadar kortisol yang rendah setelah suntikan dosis tinggi ACTH mengonfirmasi bahwa individu mengalami insufisiensi adrenal. Kadar ACTH darah juga diukur untuk menentukan apakah masalahnya terletak di dalam kelenjar adrenal (menyebabkan penyakit Addison) atau di pituitari/hipotalamus (menyebabkan insufisiensi adrenal sentral). Bila kadar ACTH tinggi, individu kemungkinan besar mengalami penyakit Addison.
- Tes hipoglikemia yang diinduksi insulin. Tes ini dilakukan untuk mengetahui apakah kelenjar pituitari menyebabkan insufisiensi adrenal. Tes ini mengukur kadar gula darah dan kortisol setelah suntikan insulin.
- Tes pencitraan. CT scan di area lambung dapat menilai ukuran kelenjar adrenal dan mencari masalah-masalah lainnya. MRI pada kelenjar pituitari otak dapat menilai adanya insufisiensi adrenal sekunder.
Cara mengatasi penyakit Addison
Penyakit Addison diobati dengan mengganti hormon yang hilang, kortisol dan aldosteron, yaitu dengan memberikan versi sintetisnya.
- Kortisol dapat digantikan dengan obat hidrokortison, prednison, atau metilprednisolon. Obat-obat ini diberikan secara terjadwal sesuai dengan perubahan kadar alami kortisol dalam tubuh selama 24 jam.
- Aldosteron digantikan oleh obat fludrokortison. Individu yang mengonsumsi obat ini perlu meningkatkan asupan garam, khususnya saat cuaca panas dan lembap, setelah berolahraga berat, atau saat mengalami diare.
Penyakit Addison adalah sebuah kondisi yang bersifat kronis, oleh sebab itu obat-obatan pengganti hormon harus dikonsumsi seumur hidup. Dosis obat tentu berbeda untuk tiap individu dan dokter mungkin saja menaikkan dosisnya saat seseorang sedang mengalami infeksi, cedera, operasi, maupun situasi stressful lainnya untuk mencegah krisis adrenal.
Individu dengan penyakit Addison juga perlu kontrol rutin ke dokter yang merawat untuk memastikan dosis obat sesuai dan bekerja. Dosis obat-obatan yang digunakan harus dimonitor secara ketat untuk mencegah kelebihan maupun kekurangan dosis. Dosis glukokortikoid (hidrokortison) yang berlebihan dapat memicu obesitas, diabetes tipe 2, dan osteoporosis, sedangkan dosis fludrokortison yang berlebihan dapat menyebabkan tekanan darah tinggi.
Hal-hal lain yang perlu diperhatikan adalah:
- Selalu membawa gelang dan kartu penanda. Kartu tanda darurat steroid dan identifikasi tanda medis berfungsi memberi tahu tenaga medis tentang jenis perawatan yang diperlukan.
- Selalu sediakan obat-obatan tambahan. Terlewatinya satu dosis obat sehari saja dapat sangat berbahaya. Karena itu, individu perlu menyiapkan stok obat baik di rumah, di tempat kerja, maupun saat bepergian.
- Membawa perlengkapan suntik glukokortikoid. Perlengkapan ini berisi jarum, spuit, dan sediaan kortikosteroid suntik untuk digunakan dalam keadaan darurat.
- Tetap terhubung dengan dokter yang merawat, kalau-kalau sampai perlu mengubah dosis atau waktu minum obat.
- Lakukan pemeriksaan tahunan. Kontrol rutin dengan dokter yang merawat setidaknya setahun sekali. Individu mungkin memerlukan skrining tahunan untuk penyakit-penyakit autoimun.
Penutup
Sayangnya, tidak ada yang dapat dilakukan untuk mencegah penyakit Addison. Namun, penyakit ini sangat bisa dikendalikan setelah terdiagnosis. Prognosis untuk individu dengan penyakit Addison secara umum baik. Meski pengidapnya harus minum obat seumur hidup, mereka dapat menjalani hidup dengan normal dan sehat.
Jadwalkan Konsultasi
Jika Anda belum hamil setelah satu tahun usia pernikahan, kami menyarankan Anda untuk melakukan pemeriksaan kesuburan dengan spesialis fertilitas kami.
Buat janji konsultasi dengan menghubungi kami di (021) 50200800 atau chat melalui Whatsapp melalui tombol di bawah.
Referensi
- Cleveland Clinic. (7 Juni 2022). Addison’s disease. URL: https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/15095-addisons-disease.
- Mayo Clinic. (3 Februari 2024). Addison’s disease. URL: https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/addisons-disease/symptoms-causes/syc-20350293.
- Munir S, Quintanilla Rodriguez BS, Waseem M. Addison Disease. [Updated 2024 Jan 30]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2024 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK441994/
- Nieman LK. Patient education: adrenal insufficiency (beyond the basics). In: UpToDate, Post TW (Ed), UpToDate, Waltham, MA. (Accessed on August 15, 2024.)
Artikel Terkait:
- Miom Rahim: Gejala, Penyebab, dan Pengobatannya
- Kenali Gejala dan Penyebab Penyakit Radang Panggul
- Waspada Gejala, Penyebab, dan Cara Mengobati PCOS
- Kenali Penyebab, Gejala, dan Pengobatan Endometriosis
- Kenali Gejala, Penyebab, dan Cara Mengobati Salpingitis
- Kenali Gejala, Penyebab, dan Cara Mengatasi Kanker Rahim
- Apa Itu Vaginismus? Penyebab, Gejala, dan Cara Mengatasinya
- Kista: Penyebab, Gejala, Jenis, dan Cara Mengobati…