Pengaruh Penyakit Tiroid Terhadap Kesuburan

penyakit tiroid

Ditinjau secara medis oleh dr. Fiona Amelia, MPH
Medical Writer


Ditulis oleh dr. Fiona Amelia, MPH · Tanggal diperbarui 30/06/2022

Kekurangan maupun kelebihan hormon tiroid yang menyebabkan gangguan tiroid atau penyakit tiroid dapat memengaruhi kesuburan dan potensi seorang wanita untuk hamil. 

Hormon tiroid adalah hormon yang diproduksi oleh kelenjar tiroid. Kelenjar ini berbentuk seperti kupu-kupu dan terletak di bagian depan leher. Hormon yang dihasilkannya berperan penting dalam mengatur metabolisme tubuh, termasuk perkembangan ovarium, rahim, dan jaringan plasenta. Oleh sebab itu, kekurangan maupun kelebihan hormon tiroid dapat menyebabkan infertilitas pada wanita.

Hormon tiroid dan fungsi reproduksi wanita

Secara umum, ada dua jenis hormon tiroid yang dikenal, yakni L-thyroxine (3,5,3′,5′-tetraiodothyronine) atau T4 dan L-triiodothyronine (3,5,3′-triiodothyronine) atau T3. Keduanya bekerja langsung pada jaringan ovarium, rahim, dan plasenta melalui reseptor spesifik yang mengatur perkembangan dan metabolisme organ-organ ini.


Tanya Ferly tentang Promil?

New CTA WA

Produksi hormon T4 dan T3 ini diatur oleh thyroid stimulating hormone (TSH), yang dihasilkan oleh kelenjar pituitari di otak. TSH juga bekerja secara sinergis dengan follicle stimulating hormone (FSH) dalam perkembangbiakan sel-sel granulosa ovarium yang menghasilkan estrogen, progesteron, anti-Mullerian hormone (AMH), dan hormon-hormon lainnya. Hormon tiroid juga ditemukan di dalam cairan folikel sel telur. Dengan demikian, gangguan pada produksi hormon ini juga akan berdampak pada perkembangan folikel sel telur.

Dalam proses kehamilan, hormon tiroid berperan penting dalam proses implantasi dan perkembangan janin di awal kehamilan. Hormon ini memiliki efek langsung pada dinding rahim dan plasenta. 

Penyakit tiroid pengaruhi kesuburan wanita

Penyakit tiroid atau gangguan tiroid mengacu kepada sekelompok gangguan yang menyebabkan gangguan fungsi pada kelenjar tiroid. Ini dapat berarti kekurangan produksi (hipotiroidisme) atau kelebihan produksi (hipertiroidisme) pada hormon T3 maupun T4.

Pada wanita, penyebab hipotiroidisme yang paling banyak ditemukan adalah gangguan autoimun dan tiroiditis Hashimoto. Sedangkan penyebab hipertiroidisme yang paling umum adalah penyakit Graves dan kondisi autoimun lainnya.

Baik hipotiroidisme dan hipertiroidisme, keduanya berdampak negatif pada fertilitas (kesuburan) wanita. Yakni, dalam hal kemampuan untuk hamil dan kemampuan untuk menjalani kehamilan hingga janin cukup bulan. Secara spesifik, ini dapat terjadi akibat:

  • Siklus haid terganggu. Haid yang tidak teratur menyulitkan kehamilan oleh karena masa subur sulit diprediksi.
  • Proses ovulasi atau pelepasan sel telur tidak selalu terjadi atau bahkan tidak ada (anovulasi). 
  • Mengganggu proses pembuahan.
  • Menghambat proses implantasi. 
  • Proses implantasi tidak sempurna sehingga risiko keguguran dan kelahiran prematur meningkat. 

Gejala dari hipotiroidisme antara lain:

  • Siklus haid menjadi lebih pendek sehingga haid lebih sering, dengan perdarahan haid yang lebih banyak (menorrhagia).
  • Kelelahan.
  • Nyeri otot.
  • Sering lupa.
  • Kulit dan rambut kering.
  • Berat badan bertambah.
  • Tidak tahan terhadap temperatur udara/cuaca yang dingin.

Sedangkan gejala dari hipertiroidisme yang tersering adalah:

  • Haid lebih jarang-jarang dan perdarahan haid lebih sedikit.
  • Detak jantung cepat (>100 kali/menit) hingga berdebar-debar.
  • Tremor atau gemetar halus pada tangan dan jari-jari tangan.
  • Tidak tahan terhadap temperatur udara/cuaca yang panas sehingga sangat mudah berkeringat.
  • Berat badan menurun meski nafsu makan meningkat.
  • Sulit tidur.
  • Buang air besar menjadi lebih sering.
  • Kulit menipis dan rambut mudah rontok.

Penyakit tiroid dapat dideteksi melalui pemeriksaan darah. Ada beberapa panel yang biasanya diperiksa, yakni kadar TSH, T3, dan T4. Pada hipotiroidisme, kadar TSH umumnya lebih tinggi dari normal sedangkan kadar hormon T3 dan T4 rendah. Sebaliknya, pada hipertiroidisme, kadar TSH umumnya rendah sedangkan kadar hormon T3 dan T4 cenderung tinggi.

gejala gangguan tiroid

Penyakit tiroid dan kadar anti-Mullerian hormone (AMH)

Haid yang tidak teratur dan tidak adanya ovulasi pada hipotiroidisme khususnya, menunjukkan bahwa penyakit tiroid dapat mengganggu perkembangan dan pematangan folikel. Studi-studi sebelumnya telah menunjukkan bahwa kadar TSH pada wanita infertil lebih tinggi daripada wanita fertil yang normal. Selain itu, peningkatan kadar TSH di dalam darah berhubungan dengan berkurangnya cadangan ovarium (diminished ovarian reserve) pada pasien-pasien infertil.

Menurunnya cadangan ovarium dalam hal jumlah dan kualitas sel telur merupakan proses yang sangat bergantung pada usia. Namun, fenomena ini sebetulnya bisa terjadi pada usia berapapun. Pada wanita usia reproduksi, penyebab menurunnya cadangan ovarium sebagian besar tidak diketahui. Sisanya, dapat terjadi akibat pembedahan pada ovarium, endometriosis, dan kemoradiasi. 

Cadangan ovarium ini dapat dilihat melalui kadar anti-Mullerian hormone (AMH) yang dihasilkan oleh sel-sel granulosa folikel sel telur dengan diameter 5-8 mm. Hormon ini cukup akurat dalam memprediksi cadangan ovarium oleh karena kadarnya relatif konstan di sepanjang siklus haid. 

Sebuah studi prospektif antara tahun 2019-2020 di Iran yang melibatkan 314 wanita menemukan bahwa peningkatan kadar TSH pada wanita usia di atas 35 tahun berhubungan dengan menurunnya cadangan ovarium yang diukur melalui kadar AMH. Pada studi ini, didapati hubungan yang bermakna antara TSH dan AMH pada wanita usia 35 tahun ke atas. , yakni untuk setiap peningkatan 1 unit TSH dari ambang batas 1,465 mIU/L, peluang wanita memiliki kadar AMH kurang dari ˂1,1 ng/mL meningkat hingga 25 persen. 

Di tahun 2022, sebuah tinjauan sistematis dan meta-analisis terkini dari 35 studi menemukan bahwa wanita usia reproduksi dengan tiroiditis Hashimoto memiliki risiko penurunan cadangan ovarium yang jauh lebih tinggi. Ini diketahui dari kadar AMH yang rata-rata berkurang hingga 35 persennya dibandingkan dengan kelompok wanita usia reproduksi tanpa kelainan tiroid tersebut.

Secara umum, sejumlah bukti menyebutkan bahwa kadar TSH <3 mIU/mL pada pasien infertil tanpa penyakit tiroid berhubungan dengan cadangan ovarium yang jauh lebih baik (kadar AMH lebih tinggi) ketimbang kadar TSH >3 mIU/mL. Hal ini pula yang mendorong pemberian suplementasi hormon tiroid pada wanita infertil dengan kadar TSH di atas 3 mIU/mL, dalam upaya untuk meningkatkan cadangan ovarium.

Penutup

Bagi wanita, mengatasi penyakit tiroid atau gangguan tiroid merupakan bagian penting dalam usaha untuk memperbaiki kesuburan. Bila kesuburan masih terganggu setelah penyakit tiroid dikoreksi, mungkin diperlukan intervensi lain untuk mengobati infertilitas.

Bila Anda mengalami gejala-gejala penyakit tiroid dan berharap untuk hamil, segera konsultasikan dengan dokter agar kondisi ini segera diatasi. Bila perlu, konsultasikan pula dengan dokter ahli fertilitas. Bila Anda mengalami penyakit tiroid dan sudah hamil, segera beritahu dokter. Kadar hormon tiroid perlu dipantau secara ketat, termasuk pengobatannya, agar perkembangan janin berlangsung normal dan risiko keguguran bisa diminimalkan.

cheer

Jadwalkan Konsultasi

Jika Anda belum juga hamil setelah berupaya selama dua belas bulan atau lebih (atau enam bulan jika usia perempuan di atas 35 tahun), kami menyarankan Anda untuk melakukan penilaian kesuburan dengan spesialis fertilitas kami.

Jadwalkan konsultasi dengan menghubungi kami di (021) 50200800 atau dengan mengisi formulir melalui tombol dibawah.

  1. Hasegawa Y, Kitahara Y, Osuka S, Tsukui Y, Kobayashi M, Iwase A. Effect of hypothyroidism and thyroid autoimmunity on the ovarian reserve: A systematic review and meta‐analysis. Reproductive Medicine and Biology. 2022 Jan;21(1):e12427.
  2. Kabodmehri R, Sharami SH, Sorouri ZZ, Gashti NG, Milani F, Chaypaz Z, Ghalandari M. The relationship between thyroid function and ovarian reserve: a prospective cross-sectional study. Thyroid Research. 2021 Dec;14(1):1-6.
  3. Kuroda K, Uchida T, Nagai S, Ozaki R, Yamaguchi T, Kato N, Sato Y, Takeda S. The impact of high serum thyroid stimulating hormone on anti-müllerian hormone levels in infertility reproductive-aged patients. Fertility and Sterility. 2014 Sep 1;102(3):e152.
  4. Kuroda M, Kuroda K, Segawa T, Noh JY, Yoshihara A, Ito K, Osada H, Takeda S, Teramoto S. Levothyroxine supplementation improves serum anti‐Müllerian hormone levels in infertile patients with Hashimoto’s thyroiditis. Journal of Obstetrics and Gynaecology Research. 2018 Apr;44(4):739-46.
  5. Silva JF, Ocarino NM, Serakides R. Thyroid hormones and female reproduction. Biology of reproduction. 2018 Nov 1;99(5):907-21.
  6. Vedantham H, Tanuku P, Jahagirdar NJ, Kamineni V. A study of association between thyroid dysfunction and serum anti-mullerian hormone levels in women presenting with infertility. International Journal of Reproduction, Contraception, Obstetrics and Gynecology. 2020 Oct 1;9(10):4097-102.
  7. Weghofer A, Barad DH, Darmon S, Kushnir VA, Gleicher N. What affects functional ovarian reserve, thyroid function or thyroid autoimmunity?. Reproductive biology and endocrinology. 2016 Dec;14(1):1-6.
  8. Wu J, Zhao YJ, Wang M, Tang MQ, Liu YF. Correlation Analysis Between Ovarian Reserve and Thyroid Hormone Levels in Infertile Women of Reproductive Age. Frontiers in Endocrinology. 2021:1240.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

doctors
Buat Janji