Beranda » BLOG » Gaya Hidup » Bumil Alami Gangguan Mental, Risiko Lahir Lebih Awal?
Bumil Alami Gangguan Mental, Risiko Lahir Lebih Awal?
Stres dan kecemasan selama kehamilan dapat meningkatkan risiko bayi yang lahir terkena depresi, gangguan pemusatan perhatian, dan gangguan mental lainnya di masa depan.
Kehamilan seringkali merupakan masa-masa yang sangat membahagiakan dan menyenangkan. Namun, tak semua ibu hamil merasakan hal ini. Kehamilan tak hanya sekedar soal perubahan fisik pada tubuh wanita. Kondisi mental juga terpengaruh oleh adanya fluktuasi hormon kehamilan yang memicu kemunculan berbagai macam emosi.
Faktanya, 1 dari 5 wanita hamil mengalami gangguan mental yang serius. Bila tak dikenali dan lambat diatasi, kondisi ini dapat berdampak buruk terhadap ibu dan janin.
Faktor risiko gangguan mental pada kehamilan
Sebagian besar ibu hamil yang mengalami gangguan mental sebetulnya tidak memiliki faktor risiko apapun. Akan tetapi ada beberapa hal yang meningkatkan kerentanan wanita mengalami gangguan mental selama kehamilan:
Kehamilan yang tidak direncanakan atau tidak diinginkan
Tanya Ferly tentang Promil?
Memiliki riwayat gangguan mental sebelumnya
Merupakan penyintas kekerasan atau trauma
Adanya riwayat komplikasi pada kehamilan sebelumnya
Kurangnya dukungan dari pasangan, keluarga, lingkungan sosial
Memiliki kondisi kronis tertentu
Mengalami peristiwa kehidupan yang penuh tekanan
Tidak adanya sosok orang tua yang bisa dijadikan panutan
Banyak calon ibu yang memiliki faktor-faktor ini tetap bisa menjalani masa-masa kehamilan dan proses menjadi orang tua dengan relatif mudah. Namun, ada pula yang merasa hal-hal ini memberatkan dan sulit dikelola sehingga memunculkan gejala-gejala gangguan mental.
Gangguan mental yang umum terjadi pada kehamilan
Mengingat banyaknya perubahan fisiologis dan hormonal yang dialami tubuh dan faktor-faktor pemicu stres yang terlibat dalam kehamilan, depresi dan gangguan cemas menjadi gangguan mental yang paling sering muncul di masa kehamilan hingga satu tahun setelah melahirkan—periode yang disebut dengan masa perinatal.
- Depresi berat
Depresi berat, yakni kelainan suasana hati yang memengaruhi kemampuan seseorang untuk mengalami kondisi suasana hati yang normal, dialami oleh sekitar 10% wanita hamil. Gejala utamanya mencakup suasana hati yang sedih dan tertekan hampir sepanjang hari, hampir setiap hari, selama dua minggu berturut-turut atau lebih dan/atau hilangnya minat atau kesenangan pada aktivitas yang biasanya disukai.
Secara mendetil, gejala mencakup perubahan pada suasana hati, perilaku, dan hubungan interpersonal. Kombinasi dan tingkat keparahan gejala akan berbeda pada setiap individu.
Perubahan pada suasana hati |
|
Perubahan pada perilaku |
|
Perubahan pada hubungan interpersonal |
|
- Gangguan cemas
Kecemasan merupakan perasaan khawatir atau takut terhadap hal-hal yang mungkin terjadi. Wanita mungkin khawatir tidak bisa menjadi orang tua yang baik atau tidak mampu membesarkan bayi. Bila ibu hamil terlalu khawatir, banyak hal yang bisa membuatnya stres selama kehamilan. Gejala gangguan cemas dapat berupa:
Perubahan pada suasana hati |
|
Perubahan pada perilaku |
|
Perubahan pada hubungan interpersonal |
|
Jenis gangguan mental lain yang juga bisa terjadi selama kehamilan, mencakup:
Gangguan bipolar (episode depresi dan mania)
Gangguan stres pascatrauma (PTSD)
Serangan panik, yakni respons fisik yang intens dan tiba-tiba, disertai perasaan takut yang tidak dapat dijelaskan dan melumpuhkan)
Gangguan obsesif kompulsif (OCD)
Gangguan makan, seperti bulimia atau anoreksia nervosa
Pengaruh gangguan mental terhadap kehamilan dan janin
Gangguan mental yang terjadi selama kehamilan harus dikenali dan segera diatasi. Ini karena ibu yang mengalami depresi, gangguan cemas, atau gangguan mental lainnya, bisa tidak sadar bahwa dirinya bermasalah dan mungkin tidak bisa menjaga dirinya sendiri. Mereka bisa terjebak dalam perilaku-perilaku berisiko yang dapat membahayakan dirinya sendiri dan perkembangan janin.
Efek pada ibu hamil | Efek pada janin |
|
|
Di kemudian hari, anak-anak dari ibu hamil dengan gangguan mental lebih berisiko mengalami gangguan cemas dan depresi, serta mengalami gangguan perkembangan dan perilaku, seperti gangguan pemusatan perhatian/hiperaktivitas (ADHD), gangguan perilaku, dan spektrum autisme.
Kapan harus mencari bantuan?
Ada baiknya semua calon orang tua (baik ibu dan ayah) memantau kesehatan dan kesejahteraan mental mereka. Kehamilan pasti ada pasang surutnya, dan bila mengalami hal-hal berikut, segeralah mencari pertolongan pada ahlinya:
Selalu merasa tidak enak (misalnya sedih atau khawatir) selama lebih dari 2 minggu.
Pikiran dan perasaan negatif mulai memengaruhi produktivitas dan kemampuan untuk berfungsi secara normal.
Menunjukkan tanda-tanda depresi, seperti kehilangan minat, merasa putus asa, atau tidak mampu mengatasi stres.
Merasa cemas atau khawatir hampir sepanjang waktu.
Mulai mengalami serangan panik atau mengembangkan perilaku obsesif kompulsif.
Gejala-gejala ini, bila mulai dialami saat hamil, dapat bertambah buruk setelah bayi lahir. Gejala bisa hilang timbul kapan saja hingga 12 bulan setelah melahirkan.
Ada banyak cara untuk mengatasi gangguan mental saat hamil
Ada banyak pilihan pengobatan untuk mengatasi gangguan mental selama hamil. Pada prinsipnya, semakin cepat pengobatan dimulai, semakin cepat pula pemulihannya.
Pilihan pengobatan dapat berupa:
Pemberian obat resep. Selalu diskusikan dengan dokter sebelum memulai maupun berhenti menggunakan obat-obat apapun selama kehamilan. Bila Anda menggunakan obat-obatan tertentu untuk mengatasi gangguan mental dan sedang hamil atau berencana untuk hamil, beri tahu dokter Anda. Jangan berhenti meminumnya kecuali dokter menganjurkannya. Meski ada obat-obatan yang memengaruhi pertumbuhan janin, tentu ada alasan bila dokter tetap menganjurkannya untuk dikonsumsi. Percayalah kalau dokter akan membuat rencana perawatan yang terbaik untuk ibu dan janin.
Psikoterapi. Berbicara empat mata dengan terapis (psikolog atau psikiater) dapat menjadi cara yang alami dan baik untuk mengelola stres, mengatasi depresi, dan meredakan kecemasan selama kehamilan.
Terapi perilaku kognitif. Ini adalah terapi yang mengajarkan Anda melihat pemikiran-pemikiran negatif dengan cara yang berbeda. Terapi ini biasanya dibantu oleh psikiater atau psikolog yang telah terlatih.
Bergabung dalam komunitas. Carilah kelompok atau komunitas di mana Anda dapat berbagi kekhawatiran dengan ibu-ibu lain dengan masalah yang sama. Anda juga bisa berbicara dengan konselor atau pemuka agama yang dipercaya terkait kekhawatiran dalam membesarkan anak, rumah tangga, atau tekanan/masalah lain dalam hidup Anda.
Berolahraga atau latihan meditasi. Berolahraga, yoga, atau meditasi membuat tubuh dan pikiran Anda rileks sehingga ketegangan dan kecemasan bisa mereda.
Terapi alternatif seperti akupunktur dan akupresur.
Tak kalah penting, jangan lupa merawat diri!
Memiliki kesehatan mental yang baik dimulai dengan merawat diri sendiri. Perawatan diri ibu hamil dapat berdampak signifikan terhadap kesejahteraan fisik, mental, dan emosional seseorang. Bagi ibu hamil, adalah penting untuk bisa berpikir positif dan merasa bahwa dirinya sehat, cukup, dan sejahtera lahir batin. Perasaan ini selanjutnya akan dapat mencegah dan mengurangi depresi serta gangguan cemas.
Untuk mencapai hal tersebut, ibu hamil harus membangun rutinitas atau kebiasaan yang baik, seperti:
Memiliki pola makan yang teratur, sehat dan bergizi seimbang.
Berolahraga teratur, semisal jalan pagi 20-30 menit setiap 1-2 hari sekali.
Cukup istirahat, yakni 7-8 jam sehari dan usahakan di waktu yang kurang lebih sama setiap hari.
Menghindari rokok, penggunaan narkoba maupun alkohol untuk mengelola stres.
Cari waktu setiap minggu untuk melakukan hal-hal yang disukai. Ini akan meningkatkan mood dan membantu Anda rileks.
Habiskan waktu bersama orang-orang yang membuat Anda merasa rileks dan nyaman dengan diri sendiri.
Jalin hubungan dengan calon orang tua lainnya sehingga Anda dapat saling mendukung.
Terimalah bantuan dari teman atau keluarga.
Jangan menetapkan standar yang terlalu tinggi pada diri sendiri. Bersikaplah realistis terhadap apa yang mampu dilakukan dan istirahatlah kala Anda membutuhkannya.
Usahakan untuk tidak melakukan perubahan besar di masa kehamilan, seperti pindah rumah atau berganti pekerjaan, kecuali hal tersebut tidak terhindarkan.
Di atas semuanya, sayangi dan bersikap baiklah pada diri sendiri. Hal terbaik yang bisa Anda lakukan adalah menjaga diri sendiri dan janin yang di dalam kandungan.
Penutup
Adalah fakta bila setiap ibu hamil dapat mengalami gangguan mental di suatu titik. Beberapa bahkan memerlukan pengobatan yang serius untuk mengatasinya. Namun demikian, gangguan mental tidak semestinya ditanggung sendiri oleh ibu hamil. Bila merasa mengalami gejala-gejala depresi atau gangguan cemas, bicarakanlah dengan orang yang paling Anda percaya. Dapatkan bantuan yang diperlukan untuk merasa lebih baik, dan dengan demikian Anda melakukan yang terbaik untuk diri sendiri dan bayi.
Jadwalkan Konsultasi
Jika Anda belum hamil setelah satu tahun usia pernikahan, kami menyarankan Anda untuk melakukan pemeriksaan kesuburan dengan spesialis fertilitas kami.
Buat janji konsultasi dengan menghubungi kami di (021) 50200800 atau chat melalui Whatsapp melalui tombol di bawah.
- Chauhan A, Potdar J. Maternal Mental Health During Pregnancy: A Critical Review. Cureus. 2022 Oct 25;14(10).
- Glover V. Prenatal mental health and the effects of stress on the foetus and the child. Should psychiatrists look beyond mental disorders?. World Psychiatry. 2020 Oct;19(3):331.
- KidsHealth. [Last reviewed April 2023]. Taking care of your mental health during pregnancy. URL: https://kidshealth.org/en/parents/pregnant-mental-health.html.
- March of Dimes. [Last reviewed Jul 22, 2022]. Take care of your mental health during pregnancy. URL: https://www.marchofdimes.org/find-support/blog/take-care-your-mental-health-during-pregnancy.
- Monk C, Lugo-Candelas C, Trumpff C. Prenatal developmental origins of future psychopathology: mechanisms and pathways. Annual review of clinical psychology. 2019 May 7;15:317-44.
- Sūdžiūtė K, Murauskienė G, Jarienė K, Jaras A, Minkauskienė M, Adomaitienė V, Nedzelskienė I. Pre-existing mental health disorders affect pregnancy and neonatal outcomes: a retrospective cohort study. BMC Pregnancy and Childbirth. 2020 Dec;20(1):1-7.
Artikel Terkait:
- Cara Membuat Suami "Bertekuk Lutut" Agar Hubungan…
- Lebih Bahaya Vape atau Rokok Bagi Kesehatan?
- 7 Cara Ampuh Meningkatkan Kesuburan Pada Pria Secara Alami
- 5 Bahan Alami Detox Rahim, Bisa Mempercepat Kehamilan?
- 3 Bahan Pelumas Alami yang Aman, Tertarik Mencoba?
- 6 Manfaat Yoga yang Baik untuk Kesehatan Fisik dan Mental
- Mau Cepat Hamil? Ini 6 Obat Penyubur Kandungan Alami…
- Hamil Muda Alami Sakit Pinggang? Ini Dia Penyebabnya!