Kesuksesan Program Bayi Tabung engan Sel Telur Beku

Kesuksesan Program Bayi Tabung dengan Sel Telur Beku

Meski semakin berkembang, angka kesuksesan program bayi tabung dengan sel telur beku masih belum konsisten.

Praktik kriopreservasi atau pembekuan sel telur (egg freezing) semakin dikenal di seluruh dunia. Ini merupakan teknik yang dipilih untuk melestarikan kesuburan pada kasus-kasus keganasan reproduksi, oleh karena sederhana dan mudah dilakukan. Teknik ini juga memungkinkan wanita untuk memiliki otonomi dalam proses reproduksi sehingga mereka dapat mengatur kehidupan pribadi dan profesional tanpa “dihantui” oleh kesuburan yang berkurang seiring dengan bertambahnya usia.

Faktor yang Memengaruhi Kesuksesan Kehamilan dengan Sel Telur Beku

Sekitar 15 tahun terakhir, ada banyak studi yang meneliti penggunaan sel telur beku dalam program bayi tabung. Angka kelahiran hidup menggunakan sel telur beku ini sangat bergantung pada usia wanita saat sel telur dibekukan dan banyaknya sel telur yang dibekukan. Usia saat terjadinya kehamilan itu sendiri tidak berpengaruh.

Pada prinsipnya, semakin muda usia wanita, semakin banyak sel telur yang bisa diambil untuk dibekukan dan semakin baik pula kualitasnya. Hasil beberapa studi menemukan bahwa angka kelahiran hidup bisa menyentuh 50 persen atau lebih ketika jumlah sel telur yang dibekukan mencapai 15 atau lebih.

Brapa Angka Kehamilan dan Kelahiran Hidup dengan Sel Telur Beku?

Dengan semakin dikenalnya teknik pembekuan sel telur, tentu semakin banyak pula siklus bayi tabung yang menggunakan sel telur beku. Namun, apakah teknik ini betul efektif? Dalam arti, memberikan angka kehamilan dan kelahiran hidup yang setara atau bahkan lebih baik daripada sel telur segar?


Tanya Mincah tentang Promil?

New CTA WA

Berikut adalah ringkasan hasil dari beberapa studi yang membandingkan angka kesuksesan program bayi tabung dengan sel telur segar dan sel telur beku. 

  • Di tahun 2005, Oktay dkk. mempublikasikan sebuah meta-analisis studi dari tahun 1986-2005 yang membandingkan luaran program bayi tabung menggunakan sel telur beku dan sel telur segar. Ditemukan bahwa angka pembuahan (75,3 persen versus 63,5 persen) dan angka kelahiran hidup per transfer embrio (56,8 persen versus 28,4 persen) secara bermakna lebih tinggi pada kelompok sel telur segar dibandingkan sel telur beku.
  • Di tahun 2010, Cobo dkk. meneliti secara prospektif luaran program bayi tabung yang menggunakan donor sel telur segar dan sel telur beku. Ia menemukan tidak ada perbedaan yang bermakna pada angka pembuahan dan kehamilan yang berlanjut (ongoing pregnancy rate) antara dua kelompok ini (41,7 persen versus 43,7 persen). Di tahun yang sama, Rienzi dkk. melaporkan bahwa tidak ada perbedaan bermakna pada luaran perkembangan embrio dari siklus IVF/ICSI yang menggunakan sel telur segar maupun sel telur beku.
  • Di tahun 2014, Potdar dkk. melakukan meta-analisis terhadap 17 studi yang membandingkan luaran program bayi tabung dengan sel telur beku dan sel telur segar. Hasilnya, tidak ada perbedaan bermakna pada angka pembuahan, pembelahan, dan kehamilan klinis antarkedua kelompok. Meski angka kehamilan yang berlanjut per sel telur lebih rendah pada kelompok sel telur beku (4,6 persen) dibandingkan dengan kelompok sel telur segar (5,3 persen), interpretasinya terbatas karena variasi yang sangat besar antarstudi.
  • Di tahun 2015, Doyle dkk. melakukan studi retrospektif membandingkan hasil siklus transfer embrio otolog dari sel telur beku yang dicairkan dengan sel telur segar. Angka pembuahan pada kelompok sel telur beku didapat setara dengan sel telur segar (69,5 persen versus 71,7 persen). Sedangkan angka implantasi per embrio yang ditransfer (43 persen versus 35 persen) dan angka kehamilan klinis per transfer (57 persen versus 44 persen) secara bermakna lebih tinggi pada kelompok sel telur beku ketimbang sel telur segar. Akan tetapi, tidak didapat perbedaan yang bermakna dalam angka kelahiran hidup/kehamilan yang berlanjut pada kelompok sel telur beku (39 persen) dengan sel telur segar (35 persen).
  • Di tahun 2017, Pai dkk. melakukan studi yang membandingkan luaran ICSI dengan sel telur segar dan sel telur beku dari donor. Hasilnya, tidak ada perbedaan bermakna pada angka pembuahan (83,4 persen versus 86,2 persen) maupun angka kehamilan klinis (60,5 persen versus 63,6 persen). Di tahun yang sama, Domingues dkk. juga menemukan hasil yang sama, di mana angka pembuahan dan kehamilan pada kedua kelompok kurang lebih mirip.
  • Sebuah analisis dari SART (Society for ART), yang menggunakan data periode 2013-2015 melaporkan bahwa angka kelahiran hidup secara bermakna lebih baik pada kelompok sel telur segar daripada sel telur beku (51,1 persen versus 39,7 persen). Meski demikian, studi ini punya keterbatasan karena luaran datanya bersifat agregat tanpa kontrol dari variabel-variabel yang bisa menyebabkan bias hasil. 
  • Di tahun 2020, sebuah studi yang menganalisis 36.925 siklus bayi tabung menemukan bahwa sel telur segar memiliki angka kelahiran hidup yang lebih baik daripada sel telur beku (47,7 persen versus 39,6 persen).

Berdasarkan hasil-hasil studi di atas, secara umum bisa disimpulkan bahwa seiring makin berkembangnya program bayi tabung dengan sel telur beku, angka kehamilan dan kelahiran hidup dari teknik ini pun semakin membaik.

Layakkah Pembekuan Sel Telur Menjadi Alternatif Fertility Treatment?

Meski masih ada pro dan kontra terkait efektivitasnya, studi-studi yang sudah ada merekomendasikan penggunaan sel telur yang dibekukan sebagai alternatif yang masuk akal bagi sel telur segar. Dengan demikian, penyimpanan sel telur (egg banking) menjadi sangat mungkin. 

Di samping itu, dibandingkan dengan pembekuan embrio, pembekuan sel telur memberi beberapa keuntungan lebih. Pertama, proses ini terhindar dari isu etika dan hukum terkait pembuatan embrio. Kedua, sel telur adalah milik satu orang–berbeda dengan embrio yang merupakan miliki bersama–sehingga tidak ada risiko terkait persetujuan penggunaan di masa mendatang. Pembekuan sel telur ini juga melindungi kemampuan wanita untuk bereproduksi di kemudian hari. Terakhir, biaya pembekuan sel telur lebih murah daripada pembekuan embrio.

Namun, setiap prosedur pasti tidak sempurna. Salah satu kekurangan dari pembekuan sel telur adalah kemampuannya bertahan hidup dalam proses pembekuan lebih kecil daripada embrio. Yakni, sekitar 80-90 persen untuk sel telur beku dibandingkan dengan >95 persen untuk blastokista embrio.

cheer

Jadwalkan Konsultasi

Jika Anda belum hamil setelah satu tahun usia pernikahan, kami menyarankan Anda untuk melakukan pemeriksaan kesuburan dengan spesialis fertilitas kami.

Buat janji konsultasi dengan menghubungi kami di (021) 50200800 atau chat melalui Whatsapp melalui tombol di bawah.

Referensi
  • Cobo A, Meseguer M, Remohí J, Pellicer A. Use of cryo-banked oocytes in an ovum donation programme: a prospective, randomized, controlled, clinical trial. Hum Reprod. 2010 Sep;25(9):2239-46. doi: 10.1093/humrep/deq146. Epub 2010 Jun 30. PMID: 20591872.
  • Eaton JL, Truong T, Li YJ, Polotsky AJ. Prevalence of a Good Perinatal Outcome With Cryopreserved Compared With Fresh Donor Oocytes. Obstet Gynecol. 2020 Mar;135(3):709-716. doi: 10.1097/AOG.0000000000003695. PMID: 32028490; PMCID: PMC7036005.
  • Insogna IG, Lanes A, Lee MS, Ginsburg ES, Fox JH. Association of fresh embryo transfers compared with cryopreserved-thawed embryo transfers with live birth rate among women undergoing assisted reproduction using freshly retrieved donor oocytes. Jama. 2021 Jan 12;325(2):156-63.
  • Kakkar P, Geary J, Stockburger T, Kaffel A, Kopeika J, El-Toukhy T. Outcomes of social egg freezing: a cohort study and a comprehensive literature review. Journal of Clinical Medicine. 2023 Jun 21;12(13):4182.
  • Pai HD, Baid R, Palshetkar NP, Pai A, Pai RD, Palshetkar R. Oocyte cryopreservation-current scenario and future perspectives: a narrative review. Journal of Human Reproductive Sciences. 2021 Oct 1;14(4):340-9.
  • Tocariu R, Niculae LE, Niculae AȘ, Carp-Velișcu A, Brătilă E. Fresh versus Frozen Embryo Transfer in In Vitro Fertilization/Intracytoplasmic Sperm Injection Cycles: A Systematic Review and Meta-Analysis of Neonatal Outcomes. Medicina (Kaunas). 2024 Aug 22;60(8):1373. doi: 10.3390/medicina60081373. PMID: 39202656; PMCID: PMC11356234.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

doctors
Buat Janji