Pembekuan Sel Telur (Egg Freezing): Kapan Waktu yang Tepat?

Pembekuan Sel Telur Kapan Waktu yang Tepat

Waktu yang tepat untuk membekukan sel telur mungkin berbeda dengan waktu ketika kualitas sel telur dianggap terbaik.

Dalam beberapa dekade terakhir, usia rata-rata wanita saat melahirkan untuk pertama kali terus meningkat. Di tahun 2023, tim peneliti dari Universitas Indiana merilis temuan studinya bahwa saat ini, usia rata-rata perempuan saat memiliki anak pertama kali adalah 26,4 tahun. Penyebab wanita menunda kehamilannya diduga bersifat multifaktorial, berasal dari faktor sosial, tingkat pendidikan, dan ekonomi seorang wanita. Penundaan dalam upaya memiliki anak ini tentu berimbas pada peningkatan kasus infertilitas terkait usia. 

Saat ini, pengobatan standar hanya bisa mengatasi sebagian masalah infertilitas yang terkait dengan penuaan. Namun, dengan ditemukannya kriopreservasi atau pembekuan sel telur, ada cara alternatif untuk melestarikan kesuburan wanita lajang yang belum siap untuk hamil. 

Pembekuan sel telur mampu “membekukan” kualitas sel telur saat itu, yakni sel telur muda yang diambil, sehingga memungkinkan tingkat keberhasilan kehamilan tetap tinggi. Studi pada program bayi tabung yang menggunakan donor sel telur menemukan bahwa penggunaan sel telur beku terbukti mampu memberikan tingkat kelahiran hidup yang sebanding dengan sel telur segar.

Di balik pencapaian itu, sesungguhnya ada satu pertanyaan mendasar, kapan usia atau waktu yang paling tepat untuk membekukan sel telur?


Tanya Mincah tentang Promil?

New CTA WA

Berapa Usia yang Tepat untuk Pembekuan Sel Telur?

Benar adanya bahwa kesuburan wanita menurun seiring bertambahnya usia. Hal ini terkait langsung dengan jumlah sel telur yang tersisa di ovarium dan juga kualitasnya. Tidak semua sel telur mampu dibuahi atau menghasilkan embrio yang layak untuk hidup. Secara umum, kesuburan wanita mulai menurun sejak akhir usia 20-an atau awal usia 30-an. Setelah usia 35 tahun, kesuburan wanita cenderung menurun lebih cepat karena cadangan sel telur semakin menipis.

Pembekuan sel telur telah berkembang sejak lebih dari 30 tahun silam. Keberhasilannya bergantung pada berbagai faktor, seperti usia wanita saat sel telur dibekukan, indikasi, jumlah sel telur yang dibekukan, dan metode pembekuannya. Namun, dari semua faktor ini, usia saat pembekuan adalah yang paling krusial. Prinsip “semakin muda semakin baik” ada benarnya, tetapi belum tentu efisien.

Studi oleh Doyle dkk. menunjukkan bahwa angka kelahiran hidup dari sel telur beku menurun seiring dengan meningkatnya usia (7,4 persen untuk usia <30 tahun, 7 persen untuk usia 30–34 tahun, 6,5 persen untuk usia 35–37 tahun, dan 5,2 persen untuk usia ≥38 tahun). Walaupun pembekuan sel telur di usia yang lebih muda dapat memaksimalkan jumlah dan kualitas sel telur, wanita cenderung tidak memanfaatkannya di masa mendatang. Ini karena mayoritas wanita muda akan hamil secara alami atau merencanakan cara lain untuk memiliki anak. 

Di sisi lain, pembekuan sel telur pada usia lanjut, yakni di atas 40 tahun, jarang berhasil. Pembekuan pada usia lanjut membutuhkan lebih banyak siklus pengambilan sel telur—oleh karena jumlah dan kualitas sel telur sudah jauh berkurang—sehingga meningkatkan beban fisik, mental, dan finansial individu. Dengan kata lain, harus ada keseimbangan antara manfaat yang diharapkan dan efektivitas biaya dalam menentukan usia ideal untuk melakukan pembekuan sel telur. 

Nagy dkk. meneliti para wanita yang menjalani pembekuan sel telur elektif dan menemukan bahwa angka kelahiran hidup pada usia <35 tahun lebih besar secara bermakna dibandingkan pada usia 35 tahun (23,8 persen versus 12 persen). Lebih detil lagi, sebuah studi berbasis model di tahun 2015 menyimpulkan bahwa:

  • Pembekuan sel telur kurang bermanfaat pada usia 25-30 tahun, dengan manfaat maksimal di usia 32-37 tahun.
  • Pembekuan sel telur memberi manfaat terbesar (angka kelahiran hidup)—dibandingkan dengan tanpa tindakan—ketika dilakukan saat usia wanita 37 tahun (51,6 persen versus 21,9 persen). 
  • Peluang tertinggi kelahiran hidup (di atas 74 persen) didapat ketika pembekuan sel telur dilakukan pada usia <34 tahun .
  • Dari segi biaya, pembekuan sel telur paling efisien bila dilakukan pada usia 37 tahun. 

Dari hasil studi ini, para pakar menyimpulkan bahwa membekukan sel telur pada usia yang sangat muda (<30 tahun) tidak efisien (hemat biaya) karena kecil kemungkinan sel telur tersebut akan digunakan. Dengan alasan yang sama, menjalani prosedur ini di usia tua (>40 tahun) juga tidak efisien karena peluang keberhasilan kehamilan yang dihasilkan dari sel telur yang diambil sangat rendah.

Oleh sebab itu, usia awal hingga pertengahan 30-an menjadi kelompok usia yang tepat untuk melakukan pembekuan sel telur elektif. Spesifiknya, antara usia 32 hingga 38 tahun menurut studi oleh Polyakov dkk. di tahun 2023. Usia yang lebih muda mungkin direkomendasikan pada individu dengan cadangan ovarium yang berkurang atau berisiko mengalami insufisiensi ovarium prematur (POI).

Berapa Lama Sel Telur Bisa Disimpan?

Membekukan sel telur bisa menjadi cara yang sangat efektif untuk menentukan kapan waktu yang tepat untuk hamil. Secara teori, sel telur bisa dibekukan selama 10 tahun atau bahkan lebih tanpa kualitasnya berkurang. Namun, data studi sampai saat ini hanya tersedia untuk penyimpanan hingga 4 tahun dan sebagian besar klinik fertilitas memiliki batas atas usia di mana sel telur ini bisa digunakan untuk proses kehamilan. Selain itu, ingat bahwa semakin tua usia wanita saat hamil, semakin tinggi peluang terjadinya komplikasi kehamilan, seperti keguguran, tekanan darah tinggi, dan diabetes

Ketika seorang wanita sudah siap untuk hamil, sel-sel telur yang dibekukan ini akan dicairkan (thawing) hingga mencapai suhu tubuh. Setelah itu, dilakukan penilaian terlebih dulu apakah sel-sel tersebut layak untuk menjalani pembuahan melalui proses injeksi sperma intrasitoplasma (ICSI). Selanjutnya, sel telur yang telah dibuahi akan ditumbuhkan terlebih dulu (kultur embrio) selama 3-5 hari. Setelah itu, embrio dipersiapkan untuk ditransfer ke dalam rahim agar berimplantasi dan menghasilkan kehamilan.

Kesimpulan

Pembekuan sel telur telah terbukti bisa menjadi salah satu alternatif dalam mencapai kehamilan dengan embrio yang berkualitas. Akan tetapi, usia wanita saat membekukan sel telur menjadi komponen yang sangat krusial. Dengan mempertimbangkan peluang kehamilan dan angka kelahiran hidup, serta efisiensi biaya, hasil studi menemukan bahwa usia terbaik untuk membekukan sel telur adalah di pertengahan usia 30-an, yakni antara usia 32 sampai 38 tahun.

cheer

Jadwalkan Konsultasi

Jika Anda belum hamil setelah satu tahun usia pernikahan, kami menyarankan Anda untuk melakukan pemeriksaan kesuburan dengan spesialis fertilitas kami.

Buat janji konsultasi dengan menghubungi kami di (021) 50200800 atau chat melalui Whatsapp melalui tombol di bawah.

Referensi
  • Cascante SD, Berkeley AS, Licciardi F, McCaffrey C, Grifo JA. Planned oocyte cryopreservation: the state of the ART. Reproductive BioMedicine Online. 2023 Aug 24:103367.
  • Mesen TB, Mersereau JE, Kane JB, Steiner AZ. Optimal timing for elective egg freezing. Fertility and sterility. 2015 Jun 1;103(6):1551-6.
  • Pai HD, Baid R, Palshetkar NP, Pai A, Pai RD, Palshetkar R. Oocyte cryopreservation-current scenario and future perspectives: a narrative review. Journal of Human Reproductive Sciences. 2021 Oct 1;14(4):340-9.
  • Polyakov A, Piskopos J, Rozen G. Focus: Elective egg freezing: State of the ART. Australian Journal of General Practice. 2023 Jan 1;52(1/2):20-3.
  • Wang RJ, Al-Saffar SI, Rogers J, Hahn MW. Human generation times across the past 250,000 years. Science Advances. 2023 Jan 6;9(1):eabm7047.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

doctors
Buat Janji