▶️ You might be interested

Jenis-Jenis Abortus: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Cara Penanganannya

Kenali Jenis-jenis Abortus yang Bisa Dialami Bunda

Sebagian besar kejadian abortus atau keguguran disebabkan oleh kelainan genetik, membuat komplikasi kehamilan ini sulit dicegah.

Secara definisi, abortus atau keguguran adalah terhentinya kehamilan secara spontan sebelum usia kehamilan mencapai 20 minggu. Angka kejadiannya sekitar 10-20 persen dari seluruh kehamilan. Namun, angka kejadian yang sebenarnya lebih tinggi oleh karena banyak abortus terjadi sangat dini, bahkan sebelum seorang wanita menyadari bahwa dirinya hamil.

Sesuai waktu kejadiannya, dikenal dua macam abortus:

  • Abortus dini (early miscarriage/early pregnancy loss), yang terjadi pada usia kehamilan <13 minggu atau 12 minggu 6 hari. Kejadian abortus paling sering ditemukan pada periode ini.
  • Abortus lambat (late miscarriage/midtrimester fetal loss), yang terjadi sejak akhir trimester pertama (usia kehamilan >13 minggu) hingga berat janin <500 gram atau usia kehamilan mencapai 20 minggu.

Dalam artikel ini, akan lebih banyak dibahas soal abortus dini, yang juga dikenal dengan istilah abortus spontan.

Apa Itu Abortus Spontan?

Abortus spontan (spontaneous abortion) adalah keguguran yang terjadi tanpa intervensi medis, biasanya disebabkan oleh kelainan genetik (abnormalitas kromosom) pada embrio.


Tanya Mincah tentang Promil?

New CTA WA

Fakta penting:

  • 50% kasus abortus spontan terjadi karena embrio tidak berkembang akibat kelainan kromosom.

  • Penyebabnya bukan karena olahraga, stres, jatuh, pertengkaran, atau hubungan intim.

Prosesnya terjadi secara acak, bukan kesalahan salah satu pasangan.

Abortus spontaneus atau abostus spontan terjadi pada sekitar 10 dari 100 kehamilan. Setengahnya terjadi ketika embrio tidak berkembang baik, yakni akibat materi genetik (kromosom) yang tidak normal. Kromosom terdapat di setiap sel tubuh dan membawa gen-gen yang menetukan perkembangan dan fungsi tubuh individu. 

Saat pembuahan, ketika sel telur dan sel sperma bergabung, dua set kromosom akan bertemu. Bila sel telur atau sperma memiliki lebih banyak atau lebih sedikit kromosom dari biasanya, embrio tentu akan mengandung jumlah kromosom yang tidak normal. Inilah yang memicu keguguran.

Perlu dipahami bahwa keguguran terjadi secara acak. Kejadiannya bukan akibat kesalahan salah satu pasangan. Bukan pula akibat bekerja, berolahraga, stres, adu argumen, berhubungan intim, atau menggunakan pil KB sebelum hamil. Morning sickness atau mual muntah yang terjadi pada awal kehamilan pun tidak menyebabkan keguguran. 

Sebagian wanita yang pernah mengalami keguguran percaya bahwa hal itu terjadi akibat terjatuh, pukulan, ketakutan, stres, atau pertengkaran. Pada sebagian besar kasus, ini tidak benar. Hal-hal tersebut bisa saja terjadi pada waktu yang hampir bersamaan saat keguguran terjadi dan masih segar dalam ingatan.

Baca Juga : 7 Penyebab Air Mani Tidak Keluar dan Cara Mengatasinya 

Adakah Pengaruh Usia Terhadap Kejadian Abortus Spontan?

  • Abortus dini (early miscarriage): < 13 minggu kehamilan.

  • Abortus lambat (late miscarriage): > 13 minggu hingga usia 20 minggu.

Risiko abortus spontan meningkat seiring dengan bertambahnya usia wanita. Bagi wanita yang berusia di atas 40 tahun, sekitar 1 dari 3 kehamilan berakhir dengan keguguran. Dan bila seorang wanita berusia lebih dari 35 tahun, risiko keguguran lebih tinggi ketimbang yang lebih muda. Secara spesifik, berikut angka risiko keguguran sesuai usia: Ya. Risiko meningkat seiring bertambahnya usia ibu.

Risiko keguguran berdasarkan usia:

  • 35 tahun → 20%
  • 40 tahun → 33–40%
  • 45 tahun → 57–80%

Ada juga beberapa bukti bahwa kelainan kromosom pada embrio meningkat seiring bertambahnya usia pria. Namun, tidak jelas pada usia berapa kelainan ini mulai terjadi. 

Faktor-faktor lain yang meningkatkan risiko abortus, mencakup:

  • Adanya riwayat keguguran. Wanita yang sudah pernah mengalami keguguran, baik satu kali ataupun lebih, berisiko lebih tinggi mengalaminya kembali pada kehamilan berikutnya. 
  • Mengidap penyakit kronis, seperti diabetes atau hipertensi yang tidak terkontrol, atau kelainan autoimun. 
  • Adanya masalah pada rahim atau jaringan serviks yang lemah (inkompetensi serviks).
  • Merokok, mengonsumsi alkohol dan kafein berlebihan, dan menggunakan narkoba.
  • Status gizi yang ekstrim, berat badan terlalu rendah (underweight) atau berat badan berlebih (overweight) dan obes.
  • Kelainan genetik. Terkadang, salah satu pasangan mungkin sehat tetapi memiliki kelainan genetik yang meningkatkan risiko keguguran. Misalnya, salah satu pasangan memiliki kromosom unik yang terbentuk ketika potongan dua kromosom berbeda saling menempel—disebut translokasi gen. Kemungkinan keguguran menjadi lebih besar bila translokasi gen ini diwariskan kepada keturunannya.

Apa Ciri-ciri Abortus Spontan?

  • Perdarahan vagina (bercak atau deras).

  • Nyeri/kram perut bawah.

  • Keluarnya cairan atau jaringan janin.

Catatan:
Sedikit bercak darah bisa normal, tapi jika berlanjut atau disertai kram, segera konsultasikan ke dokter.

Tanda paling umum dari suatu keguguran adalah perdarahan dari vagina baik itu hanya berupa bercak darah (spotting) atau perdarahan yang lebih hebat. Perdarahan dapat maupun tidak disertai oleh nyeri/kram perut bawah. Tanda keguguran lainnya, yaitu keluarnya cairan dari vagina, meski tidak ada nyeri perut bawah ataupun perdarahan, dan keluarnya jaringan janin dari vagina.

Sejumlah kecil perdarahan di awal kehamilan bisa menjadi hal yang normal dan belum tentu mengarah pada keguguran. Namun, wanita perlu segera menghubungi dokter yang merawat bila perdarahan yang sedikit itu terjadi berhari-hari, semakin banyak, atau disertai rasa sakit seperti kram perut bawah.

Bagaimana Diagnosis Abortus Spontan?

Dokter akan melakukan:

  • Tes darah: Memeriksa kadar hormon beta-hCG.

  • Pemeriksaan panggul: Mengecek apakah serviks terbuka.

  • USG: Melihat detak jantung janin dan kondisi rahim.

  • Tes jaringan: Bila keluar jaringan dari vagina.

  • Tes kromosom: Jika terjadi keguguran berulang.

Untuk memastikan kejadian abortus spontan, dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan:

  • Pemeriksaan darah, untuk menilai kadar hormon beta-human chorionic gonadotropin (beta-hCG) di dalam darah. Kadarnya yang rendah atau menurun dapat menjadi tanda keguguran. 
  • Pemeriksaan panggul, untuk mengecek apakah serviks mulai terbuka. Bila lubang serviks terbuka, kemungkinan keguguran menjadi lebih besar.
  • Ultrasonografi (USG), untuk menilai detak jantung janin dan mencari tahu apakah kehamilan berkembang baik. Bila hasilnya belum jelas, dokter akan meminta pemeriksaan ini diulang satu minggu kemudian.
  • Tes jaringan, bila wanita telah mengeluarkan sesuatu yang tampak seperti jaringan dari vagina. Jaringan ini akan dikirim ke laboratorium untuk mengonfirmasi keguguran dan bahwa gejala yang dialami tidak terkait dengan penyebab lain.
  • Tes kromosom, bila wanita telah mengalami dua kali atau lebih keguguran sebelumnya. Dokter akan merekomendasikan pemeriksaan ini untuk dilakukan oleh kedua pasangan. Tes ini dapat membantu mengetahui apakah susunan kromosom wanita atau pria berkaitan dengan peningkatan risiko keguguran.

Apa Saja Jenis-jenis Abortus Spontan?

Berdasarkan hasil tes, keguguran atau kecurigaan terhadap itu akan dijelaskan melalui istilah-istilah di bawah ini. Istilah-istilah ini sebenarnya mencerminkan jenis-jenis abortus spontan yang mungkin terjadi:

  • Abortus Iminens: Ancaman keguguran. Perdarahan, tapi serviks masih tertutup.

  • Abortus Insipiens: Keguguran tidak terhindarkan. Serviks terbuka, janin masih ada.

  • Abortus Inkomplet: Sebagian jaringan keluar, sebagian tertinggal.

  • Abortus Komplet: Semua jaringan sudah keluar (biasanya < 12 minggu).

  • Missed Abortion: Janin tidak berkembang atau sudah mati, tapi tertahan di rahim.

  • Abortus Septik: Infeksi pasca keguguran (demam >38°C, nyeri, cairan berbau).

  • Abortus Berulang (RPL): ≥ 2 kali keguguran (primer atau sekunder).

Untuk lebih memahami istilah-istilah ini, lihat gambar berikut.

Jenis Jenis Abortus optin

Terkadang, hasil konsepsi yang tertinggal di dalam rahim pasca keguguran dapat menyebabkan infeksi. Infeksi yang terjadi sekitar 1-2 hari kemudian ini disebut dengan abortus septik. Gejalanya mencakup:

  • Lebih dari dua kali mengalami demam di atas 38 derajat Celcius.
  • Menggigil
  • Nyeri perut bawah.
  • Keluar cairan seperti keputihan yang berbau busuk
  • Perdarahan dari vagina

Selain itu, ada satu jenis abortus lagi, yakni abortus berulang. Kelainan ini dialami oleh sekitar 1 persen pasangan usia subur. Keguguran berulang (recurrent pregnancy loss/RPL) ini diartikan sebagai dua atau lebih kehamilan yang gagal dikonfirmasi melalui pemeriksaan USG atau histopatologi (pemeriksaan mikroskopis). Dua jenis keguguran berulang, yaitu:

  • RPL primer, yang mengacu pada keguguran berulang pada wanita yang belum pernah melahirkan bayi hidup.
  • RPL sekunder, yang mengacu pada keguguran berulang pada wanita dengan riwayat kelahiran hidup sebelumnya. 

Setelah dua kali keguguran, biasanya dokter akan menganjurkan pemeriksaan fisik dan diagnostik yang menyeluruh.

Bagaimana Cara Mengatasi Abortus Spontan?

Abortus yang perlu diwaspadai adalah abortus inkomplit. Oleh karena berisiko menjadi abortus septik, hasil konsepsi yang tertinggal harus dibersihkan. Ada beberapa opsi untuk membersihkan jaringan ini. Pilihannya tergantung pada banyak faktor, termasuk seberapa besar kehamilan telah berkembang.

Bila wanita tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi, dokter kandungan mungkin menyarankan untuk wait and see terlebih dulu, membiarkan jaringan keluar secara alami. Biasanya, ini akan memakan waktu hingga 2 minggu, namun bisa lebih lama pada sebagian kasus. Pilihan lainnya adalah minum obat untuk mengeluarkan jaringan. 

Kedua pilihan ini akan memicu perdarahan, yang bisa berat. Sisa hasil konsepsi yang keluar dapat terlihat seperti gumpalan darah bercampur dengan material berwarna putih keabuan atau tampak seperti kantung berisi cairan bening.

Untuk memastikan rahim sudah bersih dari sisa hasil konsepsi, dokter akan mengulangi pemeriksaan USG dan atau tes darah untuk mengecek kadar beta-hCG. Bila hasilnya masih menunjukkan adanya sisa hasil konsepsi, dokter mungkin menyarankan pembedahan untuk membuangnya.

Pada dasarnya, pembedahan direkomendasikan bila wanita menunjukkan tanda-tanda infeksi, perdarahan hebat, atau ada kondisi medis lain yang menyulitkan. Jenis pembedahan dapat berupa:

  • Aspirasi vakum, yakni mengeluarkan isi rahim dengan alat penghisap. Alat ini dimasukkan melalui serviks ke dalam rahim. Prosedur ini dapat dilakukan di poliklinik rawat jalan dokter kandungan.
  • Dilatasi dan kuretase (D&C) biasanya direkomendasikan bila kehamilan besar atau kala mengalami perdarahan hebat. Prosedur ini bisa dilakukan di ruang rawat jalan maupun ruang operasi rumah sakit. Serviks dilebarkan (dilatasi), lalu dilakukan kuretase menggunakan instrumen untuk membersihkan rahim dari sisa hasil konsepsi.

Risiko kedua prosedur ini, antara lain perdarahan, infeksi, dan cedera pada organ dalam.

Bisakah Abortus Dicegah?

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, seringkali tidak ada yang dapat dilakukan untuk mencegah abortus spontan. Oleh sebab itu, sebaiknya fokus untuk merawat diri dan kehamilan dengan melakukan hal-hal berikut:

  • Rutin melakukan kunjungan prenatal saat hamil hingga 40 hari pasca bersalin. 
  • Hindari faktor risiko keguguran, seperti merokok, mengonsumsi alkohol dan narkoba.
  • Rutin mengonsumsi multivitamin hamil.
  • Bila sudah pernah mengalami keguguran (satu kali atau lebih), infokan dan diskusikan dengan dokter yang merawat apa yang harus dilakukan untuk menghindari keguguran berulang.
  • Batasi konsumsi kafein, yakni hanya 200 mg (2 cangkir/350mL) per hari selama hamil. Jangan lupa periksa label kemasan makanan untuk mengetahui jumlah kafein yang terkandung di dalamnya. 
  • Diskusikan dengan dokter bagaimana cara terbaik untuk mengendalikan masalah-masalah kesehatan yang harus dikelola dalam jangka panjang, agar tidak berefek pada kehamilan.

Bagi pasangan yang menginginkan keturunan, tentu abortus menjadi hal yang sangat tidak diharapkan. Namun, ada kalanya hal itu harus terjadi karena ada yang salah dengan embrio yang terbentuk. Sesungguhnya, sebuah kehamilan yang berhasil itu adalah survival of the fittest embryo.

cheer

Jadwalkan Konsultasi

Jika Anda belum hamil setelah satu tahun usia pernikahan, kami menyarankan Anda untuk melakukan pemeriksaan kesuburan dengan spesialis fertilitas kami.

Buat janji konsultasi dengan menghubungi kami di (021) 50200800 atau chat melalui Whatsapp melalui tombol di bawah.

Referensi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

doctors
Buat Janji